Ps : gak ada hubungannya sama alur. Ini cuma hibur-hiburan aja. So, happy reading.
Di Amerika.
Keluarga Gelbert bukanlah sekedar nama keluarga biasa. Mereka orang-orang terhormat dengan harta yang bertimbun di dalam rekening. Tidak, bahkan lebih dari itu. Harta mereka tidak cukup untuk hanya disembunyikan di bawah ranjang.
Hari ini adalah hari ulang tahun perusahaan keluarga mereka. Dan tentunya keluarga tersebut menjadi tuan rumah dari acara ulang tahun yang mewah tersebut.
"Kimo, lo udah siap?" tanya Kemi yang sudah lengkap dengan tuxedo yang dikenakannya. Laki-laki itu terlihat begitu menawan, tapi perempuan di depannya tidak kalah menawan lagi.
"Gue gak mau ke sana. Lo saja yang pergi," kata perempuan itu, Kimo. Dia bersiap kembali masuk ke kamarnya yang seperti kamar seorang bangsawan dan membuka gaunnya. Ia tidak menyukai ini.
Dengan cepat Kemi menahan lengan perempuan itu. "Jangan kabur lagi. Udah cantik gini masa gak jadi?"
Kimo menatap saudaranya dengan datar, lalu kembali mencoba untuk ke kamar. Kemi tidak bisa diam dan malah menarik lengan Kimo.
"Kemi jangan paksa gue" kata perempuan itu. Kemi tidak mendengarkan. "Lo tau gue gak akan pergi kalau gak ada--"
"Bunda?" Kimo terdiam. "Bunda gak ada Kim. Bunda di rumah sakit. Bisa lo lakuin ini sekali aja untuk ayah?"
Kimo masih terdiam, tapi dia langsung menatap mata saudaranya dengan datar.
"Kim, kita semua sedih karena gak ada bunda. Tapi, kita masih punya ayah. Ayah perlu kita Kim. Ayah perlu kita untuk berada di sisinya."
Kimo menghela napas dengan pelan. Ia menyerah. Tidak ada yang bisa membuat dirinya menyerah kalau bukan karena Kemi. Kimo akhirnya mengangguk, membuat senyum kecil Kemi merekah.
"Gandeng?" Kimo langsung menggandeng tangan besar Kemi. Tangan besar yang selalu membuatnya aman.
***
Mereka sampai dan puluhan kilatan menghadang mereka. Kimo sudah biasa seperti ini dan seperti biasa ia berusaha untuk tidak memberikan ekspresi apapun. Di sebelahnya Kemi menggandengnya, sama seperti dirinya, juga tidak memberikan ekspresi apapun.
Kimo dengan pakaian sedikit terbuka dengan menampakkan bahu dan punggungnya, berjalan masuk ruangan. Mereka ditatap puluhan mata yang merupakan tamu-tamu undangan.
Acara pun dimulai. Setelah acara formal selesai, masuklah kemudian ke acara non formal. Lagu dansa terdengar dan orang-orang mulai mencari pasangan dansanya.
"Kamu Kimora?" tanya seorang laki-laki tampan kepada Kimo yang kebetulan sedang sendirian. "Hai, aku Carel." laki-laki itu memperkenalkan diri.
"Kamu sendirian? Mau berdansa? Kebetulan aku mencari pasangan dansa. Kamu mau?" tawar laki-laki itu sudah menengadahkan tangannya ke arah Kimo. Ia menunggu sampai Kimo membalas uluran tangannya.
Bukannya uluran tangan Kimo, laki-laki itu malah mendapat uluran tangan Kemi yang kemudian memutar lengan Carel secara spontan. Carel memegang lengannya kesakitan, menatap Kemi dengan tidak terima.
"Jangan ganggu Kimo. She's mine," kata Kemi menatap laki-laki itu tajam.
Kemudian Kemi melepaskan tangan Carel dan Carel pun langsung pergi dari sana. Tidak lupa ia memberikan tatapan tajam kepada Kemi.
"Lo kenal dia?" tanya Kimo.
"Enggak," jawab Kemi.
Kimo menatap laki-laki tadi sekali lagi yang sekarang malah menawarkan dansa lagi kepada perempuan lain. "Dia keliatan bodoh."
"Ya kan?" tanya Kemi yang ternyata juga sepikiran dengan Kimo. Kemudian keduanya terkekeh kecil. "Mau dansa sama gue?" tanya Kemi.
"Lo gak cari perempuan lain? Katanya mau cari perempuan cantik."
"Iya, tapi gak secantik elo." Kimo tersenyum.
Tanpa perlu dijawab, Kimo langsung menggandeng tangan Kemi dan membawa laki-laki itu ke tengah lantai dansa.
"Kalau ada laki-laki yang mau deketin lo, harus berhadapan dulu sama gue," kata Kemi setelah saudarinya mengalungkan tangannya di lehernya.
"Kenapa?"
"Karena gue gak mau lo sama cowok yang seperti tadi. Bodoh. Lo pantas dapatin yang lebih."
"Oh ya? Gue belum berpikir tentang itu," kata Kimo sedikit terkekeh. Seketika wajah perempuan itu menjadi berkali-kali lipat lebih cantik setelah tersenyum.
Kemi menyentuh sebelah pipi Kimo dan mengusapnya dengan lembut. Hanya tuhanlah yang tau betapa ia menyayangi kembarannya itu.
"Gue pengen lo bahagia, Kim. Gue akan selalu melindungi lo sebelum ada laki-laki pantas yang akan menggantikan peran gue."
"Jadi setelah itu lo gak akan melindungi gue? Istri lo yang jadi prioritas selanjutnya?"
Kemi terkekeh dan begitu pula dengam Kimo. "Lo selalu dalam prioritas gue, walaupun gak jadi yang utama lagi. Kan ada suami lo entar."
Kimo tersenyum. Kapan lagi dia bisa merasakan kehangatan seperti ini. Hanya dengan Kemi. Berbincang ringan seperti ini saja sudah cukup baginya untuk menghilangkan segala luka.
Kimo pun menyandarkan kepalanya pada bahu Kemi. Di sana ia memejamkan mata, merasa nyaman dengan posisi mereka.
"Makasih Kem," kata Kimo dengan tulus. Kemi tersenyum dan ikut memejamkan mata.
"Untuk sekarang romantisannya sama gue aja. Jangan lirik laki-laki lain sampai lo dapat laki-laki yang pantas."
"Posesif sekali kembaran gue."
"Iya, tapi bakal diturunin deh kalau lo udah sama suami lo," canda Kemi dan lagi-lagi mengundang tawa kecil Kimo.
"Kasihan yang jadi istri lo entar. Lo nya terlalu posesif."
Kemi terkekeh, dengan percaya diri menjawab, "Gaklah. Yang jadi istri gue bakal gue buat jadi perempuan yang paling bahagia di dunia ini. Sama kayak lo yang gue bikin bahagia."
Kimo mengangguk. "Sekarang sama gue aja dulu ya, Kem."
"Iya. Lo juga, sama gue aja dulu ya?"
Dan Kimo tidak bisa lagi menahan senyumannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet but Psycho
Novela JuvenilTerlahir sebagai anak konglomerat mungkin terlihat sangat menyenangkan. Namun mereka tidak tahu senang dan ancaman adalah satu paket yang harus diterima oleh anak konglomerat. Kimora salah satunya, perempuan yang terlahir dari keluarga konglomerat...