Kimo terbangun ketika hidungnya terasa gatal karena debu yang masuk. Matanya langsung terbuka lebar saat sesak yang hanya bisa ia rasakan. Tubuhnya menjadi sangat panik ketika tangannya diikat dengan tali dan rantai. Begitupun dengan kakinya yang bernasib tak jauh beda. Ketika Kimo hendak berteriak, ia baru sadar kalau mulutnya sudah diplester. Kimo menjadi sangat panik hingga tanpa sadar traumanya dipancing untuk kambuh.
Kimo beteriak keras walaupun tertahan karena pelster di mulutnya. Keringatnya bercucuran begitu deras saat setelah ia coba begitu keras, ia tidak bisa terbebas. Teriakannya semakin menjadi-jadi diikuti dengan kepalanya yang mulai pusing. Ruangan ini terlalu berdebu. Seperti gudang atau ruangan dari sebuah gedung yang lama ditinggalkan. Dalam hati Kimo bertanya-tanya tempat apa ini. Dia sebenarnya berada dimana?
"Sudah bangun?" tanya Faras yang tiba-tiba masuk ke dalam ruangan itu. Ia berjalan mendekati Kimo.
"Maaf gue harus menjadi teman yang berkhianat ke elo karena gue lebih mementingkan uang 4 miliar yang akan gue dapatkan sebentar lagi." Laki-laki itu menyeringai. Tidak dapat dipercaya kalau laki-laki itu kini sedang memegang pistol. Kimo membulatkan matanya dan segera memberontak agar bebas.
"Gue kira lo pintar Kim, ternyata lo ga lebih pintar dari gue."
Kimo lagi-lagi memberontak dan berteriak-teriak dibalik plesternya. Ia benci dengan apa yang terjadi. Ia juga benci dengan dirinya yang terlalu menganggap Faras adalah mainan. Ia harusnya lebih waspada dengan laki-laki itu. Apalagi ketika mengingat bagaimana dengan mudahnya Faras menyuntiknya di acara yang sangat ramai yang seharusnya sangat sulit untuk berbuat kriminal sebesar ini. Menculik? Benar-benar keji laki-laki itu.
"Lo terlalu berisik. Lo diam saja, gue tidak akan melukai lo, oke." Laki-laki itu berjalan mendekati Kimo.
Faras dengan sengaja menyentuh dagu Kimo dengan seringai milik laki-laki itu yang menyebalkan. Kimo muak sekali, rasanya ingin melawan, tetapi bagaimana caranya dia melawan jika dia sendiri dalam keadaan terikat seperti ini.
"Lo cantik Kim, tapi lo licik. Gue tidak suka perempuan yang licik." Setelah mengatakan itu, dengan sengaja Faras mendorong wajah Kimo sampai membuat kepala Kimo terdongak ke belakang. Faras suka melihat Kimo dalam keadaan seperti ini entah karena apa.
"Gue akan tinggalin lo di sini sendirian. Bentar lagi juga bakal ada orang yang akan datang."
Kemudian, Faras pun pergi begitu saja, meninggalkan Kimo sendirian lagi namun kali ini dalam keadaan sadar.
Napas Kimo menipis, ruangan tersebut terlalu berdebu untuk Kimo. Kimo tidak tahan, ia ingin menghirup udara sebanyak-banyaknya, tapi tidak bisa. Air mata Kimo tergenang di pelupuk mata, pikiran buruk juga mulai berputar-putar di kepalanya. Sepertinya ini adalah hari cara Kimo meninggalkan dunia, pikirnya.
Perlahan pandangan Kimo memburam, kepalanya menjadi pusing karena kekurangan oksigen. Badannya rasanya begitu lemah sampai rasanya dirinya sendiripun tidak kuat untuk menopang tubuhnya sendiri. Demi tuhan Kimo ingin keluar sekarang juga.
Penderitaan Kimo berlanjut dengan dadanya yang terasa berat seolah di sana isinya hanya debu. Kelopak mata Kimo sebentar lagi akan menutup, tapi dengan sekuat tenaga ia coba untuk bertahan. Tapi apa daya, lagi-lagi ia sendiri tidak bisa apa-apa.
"Kimo!" teriak seseorang.
Kimo tidak bisa melihat siapa yang datang dan berteriak panik kepadanya. Buram, tapi Kimo yakin orang itu adalah laki-laki. Siapakah itu? Apakah laki-laki ini adalah Ray?
"Tenang saja, sebentar lagi lo akan selamat Kim. Gue akan lindungin lo kali ini."
Suara ini, ini bukan milik Ray. Dengan mata yang sudah mengunang-ngunang, Kimo masih mencoba untuk memfokuskan penglihatannya agar ia tahu siapa orang yang tengah membantunya ini. Tetapi tidak bisa, pandangannya tetap saja buram. Suara laki-laki di depannya ini, Kimo rasa kenal. Kimo merasa pemilik suara itu begitu dekat dengan kehidupannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet but Psycho
Fiksi RemajaTerlahir sebagai anak konglomerat mungkin terlihat sangat menyenangkan. Namun mereka tidak tahu senang dan ancaman adalah satu paket yang harus diterima oleh anak konglomerat. Kimora salah satunya, perempuan yang terlahir dari keluarga konglomerat...