Diecinueve

428 32 8
                                    

Ray berdiri bersandar di dinding seraya memain-mainkan kakinya. Sesekali kepalanya menoleh ke arah pintu yang tertulis tanda toilet perempuan di sana. Perempuan yang ditunggunya tak kunjung keluar, membuat Ray mau tak mau berdiam diri seperti orang kebingungan di depan toilet anak perempuan.

"Ngapain lo Ray?" tanya Ares tak sengaja melihat Ray di sana. "Lo kalau mau ke wc salah arah. Buta kali ya mata lo, tuh liat. Toilet cewek itu Bambank!" Ares jadi gemas sendiri.

Ray memutar bola matanya malas. "Kepo banget lo kek emak-emak! Sana lo!"

Ares kesal, lalu bersikap seolah ia akan meninju laki-laki sialan yang bernama Ray itu. Untung teman kalau tidak sudah habis itu si Ray di tangan Ares. Bego-bego begitu Ares masih jago berkelahi juga.

"Si kampret! Untung masih perhatian gue," gumam Ares lalu pergi meninggalkan Ray di sana sendirian.

Ray berdecak kecil, lalu kembali memain-mainkan kakinya dengan menendang-nendangkan kakinya ke segala arah. Lucu juga, pikir Ray ketika melihat tali sepatunya yang salah selip. Tali sepatu itu terlihat seperti akan jatuh ke lantai tapi tidak juga karena salah selip tadi. Bergantung di awang-awang kalau kata Theo si gembul.

Mungkin karena terlalu fokus dengan tali sepatu yang sebenarnya tidak terlihat menarik sama sekali, tidak sengaja kakinya menendang sepatu seseorang. Ray langsung mendongak dan mendapati Kimora yang sedang menatapnya dengan datar.

"Lo..." Mampus Ray kehilangan kata-katanya.

Kimo menatap Ray sejenak. Tidak lama, karena kemudian perempuan itu melanjutkan langkahnya. Seperti biasa Kimo tidak peduli sama sekali, apalagi untuk sosok seperti Ray. Membuang waktu saja.

"Gue minta maaf!" kata Ray setengah berteriak. Perempuan itu, Kimo, tidak menoleh sama sekali. Ray jadi frustrasi harus berbuat apa lagi.

Lo Ray bingung lagi. Apa yang harus ia katakan? "LO JUAL MAHAL BANGET SIH JADI ORANG!"

Apa? Ray lo gilaa!

Kimo berhenti, memiringkan badannya sedikit untuk menolehkan kepalanya sedikit saja ke arah Ray. Mata tajam itu, Ray bertatapan kembali dengan mata tajam itu. Ray sedikit merinding. Sekarang apa Ray? Setelah mengatakan itu, apa yang akan laki-laki itu katakan selanjutnya?

Jantung! Iya jantung! Jantung Ray tidak sehat. Sepertinya ia terkena serangan jantung sekarang. Tapi yang benar saja, hanya karena menghadapi perempuan yang berstatus sebagai teman sebangkunya itu Ray jadi serangan jantung? Tapi kalau bukan serangan jantung, jadi Ray kenapa? Dadanya terasa sakit dan degup jantungnya benar-benar cepat. Napas Ray jadi berat.

"Lo bego ya?"

"Hah?" Ray melongo. "Bukan bego, tapi,-"

"Tapi bodoh?"

"Hah?" lagi-lagi Ray hanya bisa melongo setiap mendengar kalimat Kimo. Dalam hati Ray bertanya kepada dirinya sendiri karena bersikap seperti laki-laki yang lupa cara berbicara. Yang keluar dari mulutnya hanya hah heh dan hoh.

Karena terlalu lama, Kimo kembali berbalik dan melanjutkan langkahnya. Ray benar-benar laki-laki bodoh, pikir Kimo. Walaupun begitu, senyum Kimo sedikit tertarik. Iya sedikit.

***

Ray benar-benar merasa canggung, berbeda sekali dengan perempuan di sebelahnya. Biasa-biasa saja seolah tidak terjadi apa-apa. Menyebalkan, seolah Ray seperti remaja laki-laki yang malu-malu kucing kepada gebetannya.

Gebetan? Emang Kimo gebetan gue?

Ray tertawa sendiri memikirkan isi pikirannya sendiri.

Sweet but PsychoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang