Veinte

473 26 6
                                        

"Lo mau tau nggak gimana caranya biar bisa dapetin hati Kimo?" ucap Ares ketika mereka berjalan bersama-sama di trotoar menuju rumah masing-masing yang kebetulan sekomplek walaupun masih berjarak jauh satu sama lainnya.

Dino, Theo, Tara dan Ray menoleh ke arah Ares dengan serentak. Es yang berada di tangan Ray perlahan meleleh karena teriknya matahari ditambah karena laki-laki itu terlalu lama memegang es tersebut di tangannya.

"Sini, sini. Ngumpul dulu," suruh Ares. Keempat laki-laki itu langsung mencondongkan kepalanya ke arah Ares. Walaupun mereka tidak semuanya menyukai Kimo seperti Ray yang menyukai Kimo-menurut dugaan mereka- Dino, Tara, dan Theo tetap penasaran. Mereka bersama-sama diam menunggu Ares berbicara. Tapi Ares tak juga kunjung berbicara.

"Apasih lo! Jadi ngomong gak nih?" Ray berkata dengan kesal.

Langsung Ares memasang wajah paling jahil yang pernah ia perlihatkan. Sangat jelek wajah laki-laki itu sampai daging berlebih di dagunya muncul berlipat-lipat. "Yak nunggu ya?"

Gelak tawa keempat laki-laki lainnya langsung keluar menggelegar membuat orang-orang disekitarnya melihat ke arah kelima remaja SMA itu. "Hiya, hiya, hiyaaa..." canda Dino. Dilanjut Tara, "Maklum bro, si Ray dah ngebet banget cuy!" Theo langsung menggoyang-goyangkan badannya kegirangan, "Gas! Langsung lamar."

Ray cepat-cepat melepaskan sepatunya dan kemudian segera ia melempar sepatu tersebut ke arah teman-temannya membuat teman-temannya berlarian berhamburan supaya tidak kenak.

"Jangan gitu dong! Ngegas ae lo!" kata Tara.

"Jadi mau tau gak nih?" tanya Ares sambil menaik turunkan alisnya.

"Ogah!"

***

Sebentar lagi bel pulang sekolah berbunyi. Kali ini Kimo membersihkan barang-barangnya lebih awal dari hari-hari sebelumnya yang mana Kimo akan selalu menjadi orang terakhir yang ada di kelas. Kimo memutar kepalanya seolah mencari seseorang. Diam-diam Ray memperhatikan.

"Zea!"

Zea menoleh ke arah suara yang memanggil namanya. Perempuan itu tersenyum, kemudian berjalan ke arah Kimo. "Kenapa?"

"Gue mau beli hp," kata Kimo dengan nada bicara datarnya.

Entah bagaimana, Zea langsung mengerti apa maksud dari kata-kata Kimo. Perempuan itu sedikit terkekeh dan tidak bisa dipungkiri terbesit rasa senang dalam hatinya. "Oke, gue temenin."

Kimo tersenyum singkat, lalu Zea kembali ke tempat duduknya.

Ray memperhatikan Zea dan Kimo daritadi. Otaknya seolah sedang mencerna pembicaraan teman sebangkunya itu. Keningnya berkerut seiring dengan bunyi bel kelas yang menggema ke seluruh penjuru sekolah. Kimo hendak berdiri, namun dengan cepat laki-laki itu dengan berani menahan pergerakan Kimo. Ray menarik lengan baju Kimo.

Kimo menoleh ke arah Ray dengan tatapan tajam khasnya.

"Eeee, gue denger lo mau beli hp ya?"

"Lo nguping?"

"Bukan gitu..." Ray jadi bingung. Ia menggaruk bagian belakang kepalanya yang sama sekali tidak terasa gatal. Hanya sedikit salah tingkah. "Kedengeran aja tadi, hehe."

Kimo menaikkan sebelah alisnya, kemudian langsung berjalan ketika Ray sudah tidak berbicara. Ray lagi-lagi menahan perempuan itu. "Maaf, gue Mau ngomong..." Apa Ray? "Lo mau beli hp dimana?Kebetulan gue juga mau beli charger. Mau bareng?"

Gue dah gila. Sejak kapan gue mau beli charger woi!

"Gak usah. Gue pergi bareng Zea. Lo sendiri aja."

Sweet but PsychoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang