Cincuenta y seis

141 6 0
                                    

Vino membanting tasnya ketika laki-laki itu berada di markas utama ia dan teman-temannya. Semua orang bertanya-tanya dengan keadaan Vino yang baru datang dengan keadaan yang begitu gusar. Ia kesal sekaligus panik. Pusing sekali rasanya kepalanya.

"Lo kenapa?" tanya Faras menghampiri Vino yang baru datang.

"Foto telanjang Zia ilang, anjing!" kesal Vino.

Tawa Faras tersembur. Ternyata alasan kemarahan laki-laki itu hanya karena temannya itu kehilangan foto telanjang pacarnya sendiri. Vino benar-benar laki-laki yang nakal. Faras tidak mau ambil pusing lagi karena masalah Vino sehingga ia memilih untuk duduk di depan layar laptop yang sedang menampilkan situs web forum itu. Ketika melihat misi yang seharga 4 miliyar itu, Faras tersenyum miring. Sebuah rencana sudah terpikirkan di otaknya.

"Baraq," panggil Faras kepada Baraq yang sejak tadi hanya duduk diam memandangi tempat main Faras dan teman-temannya itu. "Karena sebentar lagi bakal ada acara pensi di SMA Elangsa, lo Baraq, bakal mulai masuk dalam misi ini. Gue mau lo saat itu culik Rahma."

Sial. Umpat Baraq dalam hati.

***

Hari ini tidak ada pekerjaan yang berarti untuk Kimo. Ia tidak melakukan apa-apa dan justru merasa bosan. Berkali-kali dia membuka dan menutup hpnya, tetapi ia tak kunjung punya ide akan melakukan apa. Ia sudah coba menggulingkan badannya di kasur, tapi tidak juga membantu. Pergi keluar pun ia tidak tahu harus melakukan apa. Ia terlalu malas.

Suara ketukan kamarnya terdengar, lalu terlihat di sana asisten rumah tangganya sedang berdiri di depan pintu.

"Mbak, ada temennya di bawah," kata asisten rumah tangganya itu.

Kimo langsung terduduk di atas tempat tidurnya itu. Cepat-cepat ia mengambil cardigan longgarnya, lalu pergi setengah berlari ke bawah. Jantungnya berdetak tidak karuan, sampai rasanya akan meloncat. Anehnya perutnya seperti menggelitik, seolah ada sesuatu yang berterbangan di sana. Kimo memegangi perutnya seirama dengan bulu kuduknya yang seketika berdiri.

Gue kenapa?

Ketika Kimo berbelok kiri ke arah ruang tamunya, bahu Kimo langusng turun ketika melihat siapa yang datang. Rasa semangat yang sempat timbul, seolah menghilang begitu saja. Terbesit rasa kecewa di hatinya, tapi dalam diam dia tepis rasa kecewa itu. Kimo pun menghampiri orang yang dipanggil teman itu oleh asisten rumah tangganya.

"Ngapain kalian di sini?" tanya Kimo sinis.

Farel, Rafael, Sena, dan Adang yang ada di sana berhenti mengunyah saat mendengar nada sinis dari Kimo. keempat laki-laki itu sedang makan cemilan yang sejak tadi sudah diberikan duluan oleh asisten rumah tangga Kimo.

"Kenapa emangnya? Kan biasa aja kan kalau teman pergi main ke rumah temannya?" tanya Sena tak acuh sambil kembali mengambil cemilan yang tergeletak di meja. Tidak lama asisten rumah tangganya membawakan minuman untuk keempat teman Kimo itu. Kimo memandangi asistennya itu dengan sinis, berbeda dengan keempat laki-laki itu yang malah terlihat kegirangan.

"Makasih ya Mbok!" pekik Adang senang.

Kimo melipat kedua tangannya kesal, ia memutar bola matanya malas, lalu memilih kembali berjalan menuju kamarnya. Ia tidak peduli lagi dengan keberadaan keempat laki-laki itu. Jangankan itu, Kimo saja sudah tidak peduli dari mana mereka tahu dimana rumah Kimo.

"Rumah lu sebelas dua belas ya sama Sena. Orang kaya tuh beda ya," celetuk Adang diangguki oleh Farel dan Rafael. Sena yang mendengarnya hanya mendengus. Sena paling malas kalau teman-temannya mulai membahas soal apa yang dimiliki oleh laki-laki itu.

"Eh lo mau kemana?" tanya Farel melihat kepergian Kimo.

Spontan mereka berdiri, membawa cemilan dan minuman yang tergeletak di atas meja, dan membawanya pergi mengikuti langkah Kimo.

Sweet but PsychoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang