Dieciocho

492 37 13
                                        

"Apakah saya harus memakai seragam seperti ini Pak?" tanya Baraq ketika laki-laki itu memakai seragam sekolahnya.

"Betul Mas. Kalau di Indonesia memang seperti itu orang-orang kalau bersekolah," jawab Pak Setia membuat Baraq hanya bisa mengangguk-anggukkan kepalanya. Ia sekali lagi menatap seragamnya, kemudian sedikit menggerutu.

"Sudah siap Mas?"

"Sudah, Pak."

Baraq berjalan masuk ke dalam mobil yang pintunya sudah dibukakan oleh pak Setia sebelumnya. Setelah laki-laki itu masuk, pintu langsung ditutup oleh pak Setia. Pak Setia masuk dan mulai menjalankan mobil ke tengah jalanan padat Jakarta.

"Padahal masih pagi tapi sudah rame saja ya pak?" Mata Baraq tak bisa berhenti memandang semuanya.

"Benar Mas. Mungkin kalau kita pergi lebih lama dari yang tadi, kita bisa terjebak macet." Baraq mengangguk paham. Ia sekarang mengerti.

Baraq tersenyum, lalu menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi. Tidak dipungkiri perasaan senang bergejolak dari dalam dirinya karena antusias, tetapi ada sesuatu yang lain mengganggu pikirannya. Siapa lagi kalau bukan Kimora, perempuannya.

Sekarang Baraq sudah di sini, jadi apa yang harus ia lakukan untuk bertemu dengan Kimora? Jakarta tidak sekecil telapak tangan, atau sekecil halaman rumahnya. Baraq benar-benar merindukan perempuan itu. Ia tidak sabar untuk bertemu Kimora dan menjelaskan semuanya.

Ya, dia harus bertemu Kimora secepatnya, agar mereka kembali bersama.

***

Faras berjalan bersama segerombolan teman-temannya di lorong sekolah. Hal itu membuat sekelompok laki-laki itu menjadi fokus perhatian murid-murid lainnya. Faras dan teman-temannya memang sangat terkenal dengan keberandalan dan kepremanan mereka. Tidak ada yang berani menghadapi Faras dan teman-temannya. Terkhusus kepada Faras, karena laki-laki itu terkenal sangat berbahaya.

"Ras cabut?" tanya salah satu temannya. Tawaran yang sangat menggiurkan bagi Faras. "Lagipula ada hal penting yang harus kita diskusiin."

Faras tertawa, "Oke, tapi ntar aja. Masuk kelas dulu liatin muka, abis itu udah, keluar," kata Faras, disetujui oleh semua teman-temannya.

Dari kejauhan terlihat laki-laki ala Belanda yang berjalan masuk ke dalam ruangan kepala sekolah. Faras melihatnya dan membuat laki-laki itu menghentikan langkahnya.

"Siapa tuh?" tanya Faras. Tidak hanya Faras yang tidak tau tapi memang semua orang tidak tau. Buktinya mata-mata yang menunduk ketika Faras dan teman-teman berjalan seketika menoleh ke satu fokus yang juga menjadi fokus Faras. Perhatian orang-orang terhadap Faras seolah tercuri dengan kehadiran laki-laki bule yang tidak jelas. Faras tidak menyukainya.

"Cari tau," kata Faras singkat, teman-temannya langsung mengerti apa yang dimaksud oleh Faras. Salah satu laki-laki berpisah dari kelompok Faras dan mudah ditebak dia lah orang yang akan mencari informasi tentang laki-laki bule itu.

***

Ray benar-benar merasa canggung beberapa hari ini. Jangan tanya kepada siapa karena jelas-jelas jawabannya ada di sebelahnya. Sibuk dengan berbagai macam buku yang akan dia baca, dan telinga perempuan itu selalu ia sumbat dengan earphone yang terhubung pada ipodnya. Ray lumayan peka jadi ia mengerti kalau Kimo memang tidak mau diganggu.

Bukan berarti Kimo melakukan aktivitas yang sama tiap detiknya. Selalu ada waktu istirahat untuk perempuan itu. Harusnya pada saat itu Ray bisa berbicara dengan Kimo untuk menghilangan ketegangan dan kecanggungan antara dirinya dan Kimo, tetapi masalahnya adalah ketika Kimo tidak sedang dengan aktivitas membacanya, perempuan itu akan pergi keluar seorang diri seolah mengatakan kepada semua orang bahwa dia hanya ingin sendiri.

Sweet but PsychoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang