Hari ini jadwal Farel dan teman-temannya untuk berkumpul. Perkumpulan mereka tidak berbahaya kok, hanya bermain-main dan saling bercanda ria di markas mereka atau dengan kata lain rumah Sena yang terbengkalai begitu saja. Geng Farel dan teman-teman juga punya nama tentu saja. Mereka menyebutnya Solar System.
"Gue mau main PS!" teriak Adang dengan keras. Seperti biasa dia lah orang yang paling menggebu kedua setelah Rafael.
"Yaudah, ngapain pake bilang juga sih? Main tinggal main, makan tinggal makan," kata Sena yang tidak sengaja mendengar teriakan Adang itu. Sebenarnya niat Sena adalah menyindir, tapi sepertinya tidak ada yang peka. Sena menghela napas.
Sena berjalan menjauhi keramaian yang dominan ada di ruang keluarga. Sena berjalan ke arah sebuah kamar yang di dalamnya terdapat berbagai alat elektronik yang dipakai Sena untuk melakukan pekerjaan yang seringkali ia sebut sebagai hobi.
Sena duduk, lalu kembali menatap layar terang yang menampilkan web forum itu. Ia mengusap wajahnya dan kembali menghela napas karna lelah. Sudah tidak terhitung berapa kali Sena sudah menghela napas karena situs ini. Ternyata web forum itu bukan situs web main-main, bahkan tingkat security nya terlalu tinggi untuk dihancurkan atau dibobol. Sena mulai menyerah.
Pintu kamar itu terbuka. Farel masuk dan langsung mendekati Sena.
"Apa?" tanya Sena malas.
"Menurut lo kenapa gue ke sini hah?"
Sena memutar kursinya ke arah Farel. Ia berdiri seperti hendak mengambil sesuatu. Di dalam lacinya, terlihat banyak sekali kumpulan kertas berjilid yang Farel tidak tau pasti itu apa. Sena mengambil salah satu kertas dari sekian banyak kertas di sana. Sena berhenti di depan Farel dan memberikannya dengan wajah datar. Sena pun kembali duduk di tempatnya. Laki-laki itu kembali berkutat dengan komputernya.
"Apaan nih?" tanya Farel dengan mata membulat.
"Katanya lo pintar, masa itu aja ga ngerti."
Farel kesal dengan yang dikatakan Sena, tapi ia memilih untuk tetap membaca. Maksud dari apaan nih yang dikatakan Farel bukan pure apaan nih sesuai artinya. Ia hanya ingin Sena untuk menjelaskannya lebih detail.
"Jadi penghasilan yang didapat sama mereka dah sampai 1 M? Gila juga," gumam Farel sambil membolak-balikkan kertas tersebut. "Tapi apa aja yang mereka kerjain sampai dapat uang sebanyak ini?"
"Gue gak tau juga. Gue gak berhasil. Susah banget nge bobolnya." Sekali lagi Sena menghela napas.
"Sampai kapan kita rahasiain ini dari anak-anak? Mereka juga berhak tau," kata Farel membuat Sena terdiam.
"Lo ngomong kayak kita orang tua tiri yang mau ngasih tau anaknya siapa orang tua kandungnya tau gak? Hiih merinding."
Farel langsung memukul kepala Sena dengan kertas yang dipegangnya. Sena tidak merasa sakit, tapi perlakuan Farel memang sedikit mengganggu kepalanya yang sudah pusing juga.
"Kasih tau ajalah. Siapa tau mereka punya ide kan? Lagipula mereka gak seudang itu."
"Dan gak sepintar itu," lanjut Sena sambil tertawa. Farel melongos, kemudian laki-laki itu pergi keluar. Laki-laki itu berniat untuk mengatakan semuanya kepada teman-temannya. Memang seharusnya seperti itu kan? Lagipula Solar System bukan hanya miliknya dan Sena, tapi juga milik teman-temannya yang otaknya tak lebih dan tak kurang dari udang. Walaupun begitu Farel tetap cinta. Wadooh.
"... Jadi gitu ceritanya." Farel sudah menjelaskan semuanya kepada teman-temannya yang sudah berkumpul. Mereka tidak terlalu memperlihatkan ekspresi yang signifikan, tetapi mereka sama-sama hanyut dalam keterdiaman. Mungkin mereka juga ikut berpikir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet but Psycho
Teen FictionTerlahir sebagai anak konglomerat mungkin terlihat sangat menyenangkan. Namun mereka tidak tahu senang dan ancaman adalah satu paket yang harus diterima oleh anak konglomerat. Kimora salah satunya, perempuan yang terlahir dari keluarga konglomerat...