Bel istirahat pun berbunyi, membuat semua murid berhamburan keluar kelas. Begitu pun juga Nina. Ia bergegas menemui kembarannya di perpustakaan.
Ya, tentunya dia datang sendiri. Ia pun akhirnya sampai di perpustakaan. Ia berkeliling mencari-cari kembarannya itu.
Sampai pergelangan tangan kanannya ditarik oleh seseorang.
"Aaa.." Nina yang sedikit berteriak membuat mulutnya dibekap oleh orang itu.
"Ih, Nina. Ngapain sampe teriak gitu??" Tanya orang itu sambil memelototkan matanya.
Mata Nina yang tadi tertutup menjadi terbuka perlahan.
"Segitu kagetnya ya? Sampe nutup mata gitu," Orang yang di depan Nina terkekeh melihat tingkah Nina.
"Lho? Sherin? Gue kira siapa,"
Ia menjadi malu. Sedangkan orang di depan Nina itu hanya terkekeh. Sherin adalah teman sebangku Nina waktu MOS. Sherin sekarang masuk jurusan IPA, sedangkan Nina jurusan IPS.
'Pantesan suaranya cewek, eh ternyata bukan Nino. Sejak kapan juga suara Nino jadi kayak cewek,' Batin Nina.
"Udah ah, gue mau balik dulu ya. Gue belum ngantin nih," Sherin mengelus perutnya.
"Oh oke, Sher. Hati-hati ya," Ujar Nina sambil melambaikan tangannya ke Sherin. Hingga ia tidak sadar ada seseorang di belakangnya.
Nina membalikkan tubuhnya. Sekali lagi ia dibuat kaget. Tapi orang dibelakangnya adalah orang yang ia cari.
"Ya ampun No, ngagetin aja," Nina mengusap dadanya.
"Lebay," sindir Nino yang membuat ia mendapat lirikan tajam dari kembarannya itu.
"Jadi ada apa nyuruh gue kesini?" Tanya Nina to the point.
"Gue cuma mau bilang. Lo kalo di sekolah jangan deket-deket gue,"
"LHA KENAPA?!!? GUE KAN KEMBA.." mulut Nina dibekap oleh Nino. Lalu Nino melepaskannya.
"Lo kalo ngomong jangan keras-keras! Ini perpustakaan!!" Gertak Nino dengan suara kecil. Meskipun dengan suara kecil tetap saja membuat nyali Nina ciut.
"Tapi kenapa? Gue kan kembaran lo?" Kata Nina.
"Ya pokoknya jangan deket-deket gue. Anggap aja kita nggak saling kenal,"
Kata-kata Nino membuat Nina merasa dijatuhkan dari lantai dua sekolah.
"Lo ngerti kan? Lo jangan bilang sama orang rumah. Detailnya juga bakalan gue jelasin nanti,"
Nina pun mengangguk.
Nino tahu bahwa Nina adalah anak yang penurut. Maka ia yakin Nina akan menurutinya.
Nina sendiri sudah menahan air matanya. Sekali kedipan saja, pertahanan ia akan jebol. Tapi tetap saja pertahanannya jebol.
"Lo berubah, No. Gue masih maklum kalo lo cuek sama gue. Tapi nggak gini juga caranya!!" Bentak Nina.
Ia pun langsung meninggalkan Nino. Untung perpustakaan sedang sepi.
***
"Ya ampun, mata lo kenapa Na? Kok sembab gitu?" Rena, teman sebangku Nina langsung menghampiri Nina.
Nina tersenyum. Ya, senyum palsu.
"Gapapa kok, tadi kelilipan. Pedih banget lagi," Dustanya.
Rena mengernyitkan dahinya, "Gue yakin lo bohong. Cerita dong sama gue,"
"Maaf gue nggak bisa cerita ini sama lo. Ini privasi,"
Rena mengerti dengan kemauan Nina, "Oke, kalau gitu. Gue ngerti,"
Nina hanya mengangguk, sedangkan Rena hanya bisa mengelus punggung Nina.
Nina pun sebenarnya masih bingung dengan sikap Nino yang selalu mengacuhkan dirinya sejak Ayah mereka meninggal.
Ya, sejak Ayah meninggal, sikap Nino sedikit demi sedikit berubah. Ia menjadi lebih pendiam, lebih cuek, dll.
Untuk urusan cuek, Nina masih bisa terima. Tapi untuk menjauhi Nino, Nina pasti tidak akan mungkin melakukannya.
"Gue kangen Nino yang dulu," gumam Nina yang mungkin hanya bisa didengar oleh Nina sendiri.
###
Ini apaan tambah gajelas gini.
Jangan lupa vomment xx
KAMU SEDANG MEMBACA
Kembaran✔
Teen FictionKlise. Mungkin banyak diantara kalian yang menganggap bahwa memiliki saudara kembar adalah hal yang menyenangkan. Apalagi kembarannya berbeda jenis kelamin. Tapi berbeda dengan yang berbeda dialami oleh Nina Felicia dengan kembarannya Nino Fernando...