35 (1)

13.3K 741 12
                                    

Di kediaman Nina, Nino, dan Reyhan. Mereka bertiga mondar-mandir di dalam rumah. Tentu saja untuk menyiapkan kedatangan Bunda dari Jepang.

Dan menurut mereka, hal itu harus dirayakan. Mereka memendam rindu yang mendalam karena kepergian Bunda ke Jepang untuk sebulan lebih.

Perayaan yang mereka adakan, bukan perayaan yang istimewa. Hanya perayaan sederhana, tapi bisa mengena di hati Bunda.

Nina sibuk berkutat di dapur, memasak sederet makanan yang spesial untuk Bunda. Untung saja, ia sekarang sudah lihai memasak. Jadi, hal itu bukanlah masalah baginya.

Sedangkan Nino dan Reyhan sibuk menata taman belakang menjadi sedemikian rupa. Balon nama, lampu gantung, dan alat pemanggang pun ditata dengan apik.

Nino menghela napasnya, ia lega akhirnya pekerjaannya selesai juga. Ia melihat jam dinding. Matanya membelalak, jam sudah menunjukkan pukul 17:00.

Ia lupa, kalau ia akan latihan bersama Sherin di apartemennya. Tanpa ganti baju, Nino langsung menyambar kunci motor yang tergeletak di meja.

"Woi, mau kemana?" teriak Reyhan saat melihat Nino keluar.

"Mau ketemu Sherin!!"

###

Sudah satu jam Sherin mondar-mandir di ruang tamu apartemennya. Ya, ia menunggu kedatangan Nino. Spaghetti yang ia masak juga mulai mendingin.

"Ck, mana sih si Nino??"

Ia mengecek ponselnya, tak ada balasan dari Nino.

Tiba-tiba bel apartemennya berbunyi, Sherin pun langsung berlari ke arah pintu.

"Nino!!" ucapnya saat ia membuka pintu.

Namun, seketika ekspresinya berubah. Bukan Nino yang datang, tapi kakaknya. Rio.

"Kak Rio..."

Rio langsung memeluk tubuh adiknya itu, "kangen kakak ya? Tapi siapa tuh Nino?"

Sherin terdiam, ia ingat kejadian yang menimpa dirinya satu tahun yang lalu.

"Kamu itu, nggak diinginkan oleh keluarga kita. Lihat sekarang, gara-gara kamu, mama sama papa cerai!!!"

Sherin terisak, "Sherin salah apa ma?"

"Kamu mau tau salah kamu? Banyak! Kamu dilahirin di dunia ini pun salah!!Mama nggak akan mau ngurus kamu. Apalagi papa kamu. Mama cuma mau ngurus Rio, dia lebih baik dari kamu!!"

"Jangan tinggalin Sherin, maa!!!"

"Sherin? Kamu ngelamun lagi?"

Sherin mengusap air matanya yang hampir jatuh, "eh? Iya kak."

Rio mengusap rambut adiknya itu, "jangan mikirin 'itu' lagi, ya? Kakak nggak mau kamu inget itu terus."

"Iyaa, kak."

"Kakak sayang banget sama kamu, kamu tenang aja."

Sherin baru sadar kalau Rio membawa ransel yang biasa ia pakai untuk pergi kemah.

"Kakak mau kemah lagi?"

Kembaran✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang