"Nino, kamu nanti sama Sherin ke kantor saya untuk menemui saya," ujar Pak Reno, selaku guru matematika kelas Nino.
Nino mengangkat satu alisnya, "lho, ada apa pak? Kok saya sama Sherin dipanggil?"
"Udah, pokoknya kita omongin nanti ya." Pak Reno pun berlalu melewati Nino yang masih terheran-heran.
Aron yang sedari tadi fokus ke game, kini melirik Nino bingung.
"Lo ada masalah sama Pak Reno?" Tanya Aron.
Nino menggeleng, "senakal-nakalnya gue, gue nggak pernah ada masalah sama guru."
Aron meletakkan smartphone miliknya lalu menoyor kepala Nino, "sombong lo, No."
Nino menyengir lebar, "beneran. Gue kan nggak kayak lo."
Aron mendengus kesal, ia tidak ingin berdebat panjang dengan Nino. Dan pada akhirnya ia lalu kembali fokus ke game.
Nino melihat Sherin yang sedang berumpi ria dengan teman satu geng nya. Dan akhirnya Nino menghampiri Sherin.
"Eh, ngapain gue samperin. Biar dia aja deh yang nyamperin," gumamnya.
Tapi pikirannya berubah lagi, "ah, samperin aja deh."
Kedatangan Nino membuat Sherin dengan teman-temannya yang sedang asyik ngobrol menjadi terdiam.
"Sher, nanti waktu istirahat, lo harus ke ruangan Pak Reno."
Sherin mengernyit, "buat apa? Gue nggak punya masalah sama Pak Reno. Jangan-jangan itu cuma isengan lo ya?"
Nino berdecih, "ih, gue bilangnya beneran. Lo itu dipanggil sama Pak Reno, dodol."
Mendengar kata 'dodol', Sherin jadi tidak terima. Seenaknya saja si Nino mengganti namanya dengan dodol.Ia beranjak dari duduknya dan berjalan ke hadapan Nino. Menatapnya dengan tajam.
"Lo ada masalah sama gue?"
Nino menatap Sherin tidak percaya. Baru kali ini ada cewek yang berani dengan dia.
"Lo kalo nggak percaya, tanya aja sama Aron," Nino mengarahkan telunjuknya ke arah Aron. Tapi Aron sudah hilang duluan.
"Lha? Aron mana?"
"Udah nyusul si Sandi sama Karel, No. Lagian jamkos juga," sahut salah satu teman Sherin.
Dan kini Nino merasa kalah. Tapi ia tidak mau kalah dengan sebegitu mudahnya.
"Kalo lo nggak percaya, mending lo kesana," ujar Nino.
Sherin berdeham, "oke, gue nanti kesana."
Nino menghela napas. Dan ia segera ke kantin untuk menemui tiga teman idiotnya itu. Bisa-bisanya mereka ke kantin tanpa mengajak Nino.
"Woi, gue ditinggalin!!" Nino menggebrak meja dan membuat yang ada di meja itu kaget.
"Lo sibuk sih sama, Sherin," ujar Aron dengan mulut penuhnya.
"Sumpah, tuh cewek parah banget, gue dikira iseng masa. Gue kan ngomongnya serius," gerutu Nino sambil menyedot es jeruk milik Sandi.
Mata Sandi membelalak melihat perbuatan Nino. Tapi hanya dibalas dengan cengiran khas milik Nino.
"Muka lo emang nggak serius, No." Karel kini asal ceplos saja. Memang teman Nino yang satu ini suka ceplas-ceplos.
Nino kini melempar tatapan membunuh untuk Karel. Tapi sepertinya hal itu tidak dipedulikan oleh Karel.
"Tapi aneh sih. Di antara cewek di sekolah ini. Gue rasa kayak Sherin satu-satunya cewek yang nggak tertarik sama lo. Dan dia kesannya kayak nggak suka lo," cetus Sandi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kembaran✔
Teen FictionKlise. Mungkin banyak diantara kalian yang menganggap bahwa memiliki saudara kembar adalah hal yang menyenangkan. Apalagi kembarannya berbeda jenis kelamin. Tapi berbeda dengan yang berbeda dialami oleh Nina Felicia dengan kembarannya Nino Fernando...