Hari yang paling ditunggu-tunggu oleh Nina akhirnya datang juga. Yaitu hari festival sekolah yang diadakan pada hari minggu. Tapi ada satu hal yang membuat Nina kecewa, yaitu karena Nino yang tidak bisa datang ke festival karena ia sedang mengikuti olimpiade. Tapi Nina masih memegang janji Nino, bahwa Nino akan ke sekolah setelah selesai olimpiade.
"Si Nino mana sih, Na? Kok nggak kelihatan." Tanya Rena yang hingga saat ini masih menjadi fans Nino. Nina dan ketiga sahabatnya kini berada di salah satu stan bazar.
"Dia lagi olimpiade." Jawab Nina dengan seadanya.
Radin yang gemas dengan tingkah Nina langsung mencubit kedua pipi Nina. "Kok malah cemberut sih? Senyum dong, Na."
"Pasti Nino bakalan dateng kok, Na. Tenang aja." Tambah Vio.
"Iyaa, dia bakalan dateng. Tapi pas gue selesai tampil." Ujar Nina dengan sarkastik dan membuat ketiga temannya terdiam.
Lalu pandangan Nina beralih pada panggung pentas yang terlihat sangat ramai. Ia jadi tidak tertarik mendekati panggung. Nina juga baru tahu bahwa festival ini juga dibuka untuk umum dan hal itu membuat Nina muak dengan keramaian ini. Ditambah lagi dengan Eza yang sedang sibuk mengurusi bazar.
Kini Nina hanya duduk bersama ketiga sahabatnya di salah satu stan yang menjual sosis bakar.
"Oh, ayolah Na. Lo itu nanti tampil, senyum dong. Bukannya lo yang paling semangat buat festival ini." Cetus Vio.
Nina menghela napasnya, lalu ia menyunggingkan senyuman termanisnya. "Begini??"
Radin memutar bola matanya jengah. "Itu kayaknya maksa gitu deh."
Seseorang berdeham membuat empat cewek itu menoleh kepada orang itu.
Dengan senyum yang menawan, orang itu berkata. "Gue ganggu nggak? Gue boleh pinjem Nina-nya??"
Rena mengangguk dengan mantap. "Oh bolehlah, Kak."
"Iyaa, Kak Eza. Bawa aja Nina, dia cemberut aja dari tadi."
Nina hanya melirik Eza yang dari tadi tersenyum bodoh di hadapan teman-temannya itu. Tanpa basa-basi, Nina beranjak dari duduknya.
"Makasih ya.." ucap Eza seraya menggandeng Nina.
Mereka berdua lalu berjalan meninggalkan ketiga cewek itu. Eza lalu mengalihkan pandangannya pada cewek yang masih berstatus menjadi pacarnya.
"Kenapa sih cemberut terus?"
Nina lagi-lagi menghela napasnya. "Gara-gara Nino tuh, dia janji mau lihat penampilan kita nanti. Eh dia malah olimpiade."
Eza menghentikan langkahnya untuk rambut Nina dengan gemas, membuat Nina semakin cemberut. "Kamu itu kembaran model apa sih? Seharusnya kamu dukung dan nyemangatin dia dong, jangan malah jadi sebel kayak gini."
Nina tertegun mendengar perkataan Eza begitu pas kena hatinya. "Mungkin aku terlalu kayak anak kecil, ya."
"Bukan kamu yang kayak anak kecil. Tapi sikapmu aja yang nggak dewasa."
Nina mencubit lengan Eza. "Hey, itu sama aja!!"
Eza terkekeh melihat Nina yang makin cemberut sampai memajukan bibirnya begitu. Lalu ia tiba-tiba melihat binar di mata Nina, juga Nina yang mulai menunjukkan senyumnya.
"Permen kapas!!" Seru Nina yang kini berlari ke sebuah stan yang menjual berbagai macam jenis permen kapas. Dan permen kapas adalah salah satu makanan kesukaan Nina walaupun pernah merusak gigi Nina karena sering memakannya.
Eza hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia heran bahwa pacarnya itu masih menyukai permen kapas.
"Mau?" Nina mendekatkan permen kapas yang dibelinya ke depan muka Eza.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kembaran✔
Teen FictionKlise. Mungkin banyak diantara kalian yang menganggap bahwa memiliki saudara kembar adalah hal yang menyenangkan. Apalagi kembarannya berbeda jenis kelamin. Tapi berbeda dengan yang berbeda dialami oleh Nina Felicia dengan kembarannya Nino Fernando...