14

13.9K 850 6
                                    

"Nina??" Suara itu membuat Nina menoleh ke sumber suara.

Dikira Nina suara itu adalah suara Gala. Suara itu adalah suara Nino. Sedangkan Gala sudah berjalan ke ruang tamu.

"Anjir, ngagetin lo," Nina memukul lengan kembarannya itu.

"Lo jangan sampe ketahuan Kak Gala," tersirat rasa kekhawatiran di wajah Nino.

Nina menyipitkan matanya, "Nino, you break the rules."

Nina langsung naik ke lantai dua. Entah kenapa ia kecewa dengan Nino.

Sekarang ia ingin ke atap. Sendirian. Ia tidak takut di atap sendiri.

Langit mulai berubah menjadi warna oranye. Burung-burung bertebangan untuk kembali ke arahnya.

Nina tersenyum melihat langit senja. Menurut langit senja sangat indah saat ia melihatnya dari atap rumahnya.

Hal itu selalu bisa menenangkannya. Jika ia galau atau rindu Ayah, ia pasti akan kesini.

###

"Gue balik dulu, No. Makasih ya No,"

Nino menyunggingkan senyumnya, "Sama-sama kak, hati-hati!"

Sebelum Gala memakai helmnya, kepala Gala mendongak ke atas untuk melihat matahari yang sudah mulai terbenam.

Pandangannya tertuju pada seorang perempuan yang sedang membenamkan kepalanya di antara kedua lututnya.

Gala tersenyum, "pasti itu kembaran Nino."

Gala pun bergegas meninggalkan rumah Nino.

###

Keesokan harinya, Nina merasa malas sekali untuk pergi ke sekolah.

Apalagi pada waktu jam pertama ada pelajaran penjasorkes. Dan ditambah lagi ia belum sarapan. Lengkap sudah penderitaannya.

"Ya ampun, Na. Lo pucet banget," sambut Rena begitu Nina sampai kelas.

Nina tersenyum tipis, "lebay deh, nggak ah. Cuma perasaan lo aja kali."

"Ih beneran dah, Na."

Nina tertawa kecil. Mana mungkin dia belum sarapan doang sampe bikin dia pucet. Tapi kalau ia telat makan, itu adalah satu pantangan Nina. Bisa-bisa ia pingsan.

Nina segera membuang jauh-jauh pikiran negatifnya itu.

"Rena...Rena..!! Hot news!!!" Seru Kiera sambil meloncat-loncat.

Rena menaikkan salah satu alis matanya, "Hah? Apaan?"

"Si Nino jadian sama Kak Stefanny."

Rena menggebrak meja tiba-tiba, "SUMPAH??? DEMI APA LOO??!! YA AMPUN NINO KUUU!!"

Nina memutar bola matanya melihat teman sebangkunya yang histeris itu. Tipikal Rena yang sangat nge-fans dengan Nino.

Padahal Nino memiliki kembaran perempuan. Dan kembarannya itu selalu berada di samping Rena. Yaitu Nina.

Nina sebenarnya tidak suka dengan Stefanny, mulai dari MOS. Pasalnya, Stefanny pernah mempermalukan Nina di depan teman-teman Nina karena satu hal sepele saja.

Bel masuk berbunyi. Setelah berdoa bersama di kelas. Nina dan teman sekelasnya bergegas ke lapangan.

Setelah pemanasan, satu kelas pun berlari mengelilingi lapangan yang luasnya 2 kali lapangan basket sebanyak 3 kali.

Baru satu putaran, Nina tidak merasakan apa-apa. Dua putaran, kepalanya pusing. Ditambah cuaca yang terik menambah rasa pusingnya.

Menjelang putaran ke 3, ia merasakan pusing yang hebat. Badannya lemas. Bahkan ia tertinggal oleh teman-temannya.

Ia merasakan pandangannya berkunang-kunang. Terakhir yang ia ingat teman-temannya mengerubunginya. Dan seseorang mengangkat tubuh mungilnya. Dan semua menjadi gelap.

###

"Eh, ada anak pingsan tuh, No," Sandi, teman sebangku Nino mencolek bahu Nino.

Awalnya Nino tak peduli karena terpaku pada soal ulangannya, tapi entah kenapa perasaannya jadi tak enak. Ia pun langsung mengarahkan pandangannya ke luar jendela.

Ia melihat seseorang mengangkat tubuh anak yang pingsan. Nino mempertajam penglihatannya dan ia mendapati anak yang pingsan itu adalah kembarannya sendiri.

"Nina??"

"Hah? Lu kenal No??"

Ups, Nino keceplosan, "eh iyaa.. eh enggak. Gue cuma tau namanya doang."

Nino kembali mengerjakan ulangannya. Tapi pikirannya tidak tenang. Ia memikirkan Nina.

Ia buru-buru menyelesaikan ulangannya. Untung saja ulangannya kali ini tampak mudah bagi Nino.

Setelah mengumpulkan ulangannya, Nino segera izin ke guru untuk ke kamar mandi. Tentu saja guru itu mengizinkannya.

Tapi bukan kamar mandi yang ia tuju. Tetapi kantin. Ia membeli sekotak susu full cream.

Ia langsung berlari ke UKS. Untung suasana UKS sedang sepi.

Ia melihat perempuan yang berbaring lemah di kasur. Terdapat kantung hitam di bawah matanya. Bibir yang kering dan pucat. Perempuan ini terlihat berantakan.

"Mungkin bener, gue harus maafin Nina," Nino tidak bisa membohongi fakta kalau ia menyayangi kembarannya ini.

Tapi ia menjauhi Nina karena satu hal yang paling utama yaitu ia tidak ingin Nina terganggu oleh kepopularitasannya di sekolah. Ia tidak ingin Nina akan berakhir sama dengan dia, yang mengisi hatinya dulu.

Ia meletakkan sekotak susu tersebut di meja samping Nina. Lalu ia meninggalkannya.

###

"Akhirnya lo sadar juga, Na," Rena menghela nafas lega.

Nina menyipitkan matanya, hah? Gue pingsan lagi??.

Rena menyodorkan segelas teh hangat ke Nina, dan itu ditolak oleh Nina.

"Maaf Ren, gue nggak suka teh hangat."

Mata Nina melirik ke meja kecil yang berada di samping kasur. Ia mendapati sekotak susu kesukaannya tergeletak di meja tersebut.

Ia langsung mengambil dan menyedot isi kotak tersebut.

"Aneh, padahal tadi sebelum gue ninggal lo ke kantin, susu ini nggak ada di sini. Pas gue balik, eh tau-tau ada susu disini," ucap Rena panjang lebar.

Nina jadi mengerutkan dahinya, aneh, padahal temen-temen gue nggak ada yang tau kalo gue sukanya susu. Lah terus siapa yang ngasih gue susu ini?

###

Satu rahasia terungkap? :)
Tapi masih banyak rahasia yang lain. Tunggu aja yaa.

Vomments jangan lupa.

Kembaran✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang