39

11.9K 672 12
                                    

"Wow, pada masak apa nih?" tanya Reyhan yang baru saja turun dari lantai dua. "Baunya aja udah enak tuh."

"Eitts," Nina menodongkan spatula tepat di depan wajah Reyhan. "Jangan deket-deket masakan buatan gue, nanti bau badan Kak Reyhan nular ke masakan gue!!"

Reyhan lalu menyentil dahi adiknya itu, "mana ada bau badan nular ke makanan??" Reyhan lalu mendekatkan hidungnya ke ketiak, "ga bau tuh."

"Bau!! Radius 2 km aja udah bau."

"Haduh, kalian berdua apaan sih?? Masih pagi nih, jangan berisik," gerutu Nino.

Bunda memelotkan matanya begitu melihat Nino yang sudah rapi, "wow, kamu mau kemana, No? Masih pagi nih, rapi amat."

Nina membisikkan sebuah kaliamat ke Bunda, "mau ngapel Sherin itu, Bun."

Nina dan Bunda menjadi terkikik bersama.

Nino menunjuk Nina dengan telunjuknya, "gue denger lho tadi!!" Tapi Nina malah menjulurkan lidahnya.

"Udah," lerai Bunda. "Ini masih pagi, jangam ribut. Bunda pusing dengernya. Lebih baik kalian duduk, kita sarapan dulu."

Ketiga anak tersebut langsung menuruti Bunda kesayangannya.

"Whoa, masakan Bunda emang terbaik," puji Nino kepada Bunda.

"Haha, makasih, Nino sayang."

Nina mengangkat sudut bibirnya, "masakanku juga enak tuh."

Nina mengambilkan cah kangkung untuk kembarannya, "nih, ini buatanku lhoo," Nina rupanya tak mau kalah.

"Hey, masakan buatan lo juga enak, sayang," puji Reyhan untuk Nina.

Mata Nina melebar, "really?" Lalu ia memeluk Reyhan yang duduk di sampingnya, "makasih, Kak Rey."

"Tadi bilang Kak Rey bau badan, dasar," gumam Nino.

"No, I can hear you, bro." Reyhan melirik Nino dengan sinis.

Bunda hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Melihat kelakuan ketiga anaknya yang unik ini.

###

Nino segera mencari nomor ponsel Sherin. Ia akan mengajak Sherin untuk belajar bersama hari ini. Karena seminggu lagi, mereka akan benar-benar menghadapi sebuah olimpiade matematika tingkat Kota.

"Halo, Sher..." sapanya saat ia tau bahwa Sherin mengangkat telponnya.

"Ini Nino temen belajarnya Sherin ya??"

Nino mengerutkan keningnya. Yang ia dengar hanyalah suara laki-laki. Dan ia berasumsi bahwa pemilik suara itu adalah Rio, kakak Sherin.

"Oh ini Kak Rio ya? Sherin mana?"

"Sherin lagi nggak enak badan, No. Tuh lagi istirahat di kamar."

"Bisa gue bicara sama Sherin, kak? Dia nggak lagi tidur kan?"

"Actually, dia cuma tiduran aja, nggak tidur kok. Gue kasih telponnya ke Sherin ya."

"Okay."

"Halo? Nino? Ada apa?"

Entah kenapa Nino merasa khawatir saat mendengar kabar bahwa Sherin sedang tidak enak badan.

"Lo baik-baik aja kan? Udah minum obat??"

"I'm okay, No. Kenapa lo tiba-tiba jadi perhatian kayak gini?"

Kembaran✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang