47

10.9K 596 23
                                    

"Jadi lo semua udah tau?? Tentang Eza sama Aqila itu??"

Sontak Nino, Sherin dan Gala mengangguk bersamaan untuk menjawab pertanyaan Nina.

Nina menggigit bibir bawahnya, berusaha menahan tangisnya. "Kenapa kalian nggak beri tau gue?"

Nino menatap bola mata kembarannya itu. "Gue-- eh maksudnya kita, nggak mau lo terlalu sedih, Na."

Nina tersenyum miris. "Nggak mau gue terlalu sedih?? Tapi gue tau sendiri, malah bikin gue shock sekaligus lebih sedih, No."

"Maafin gue, Na." Nino kembali memeluk tubuh Nina yang kecil itu.

"Gue udah mutusin," Nina mengelap air matanya. "Sebaiknya gue harus mutusin Kak Eza."

Sherin mengangkat alisnya tak percaya. "Oke, Na. Gue tau kalau lo itu cewek yang kuat. Tapi lo nggak usah terlalu maksain buat mutusin Kak Eza. Yang ada lo malah sakit hati Na."

"Percuma gue mertahanin hubungan gue  sama Kak Eza kalau akhirnya Kak Eza bakal sama Aqila!!"

Semuanya Terdiam mendengar Nina. Termasuk Gala yang kini hanya menatap Nina dengan tatapan yang tidak bisa dijelaskan.

####

Keesokan harinya....

"Sher, gue tinggal dulu ya?" ucap Nino sambil mengusap rambut Sherin di depan kelas mereka.

"Lo yakin mau ke perpus sendirian? Nggak mau gue anterin gitu??"

"Ya ampun, mending lo masuk kelas dulu deh. Gue gapapa kok ke perpus sendirian, badan gue kan gede gini."

Sherin terkekeh. "Yaudah, tapi cepet balik ya. Nanti kalau telat dateng kelas, bisa dijewer sama Bu Fia lagi lhoo."

"Woy, yang lagi pacaran!! Cepetan!!" Seru Karel bersama Aron dan Sandi yang sedang menunggu Nino.

"Yaudah, lo masuk dulu, Sher."

Sherin mengangguk. Lalu menatap Nino yang berjalan bersama ketiga temannya dengan canda tawa.

Sebenarnya saat ini sudah tak ada pelajaran. Tapi mau tidak mau Sherin juga harus masuk, mungkin saja ada penambahan nilai. Makanya ia memutuskan untuk tetap masuk hari ini.

Sherin berjalan gontai ke dalam kelas. Setelah sampai di bangkunya, seperti biasanya ia selalu menaruh buku-bukunya di loker bawah meja.

Tetapi ada yang aneh dengan loker Sherin. Seperti banyak sampah. Ia menundukkan kepalanya melihat isi lokernya. Dan benar saja terdapat banyak sampah di lokernya, padahal ia selalu menjaga kebersihan lokernya.

"Siapa sih yang buang kertas-kertas ini ke loker gue?" Sungutnya sambil memunguti sampah-sampah itu.

"Aww!"

Sherin meringis. Lalu ia menarik tangannya dan setetes darah menetes dari telunjuknya. Ia kembali menjulurkan tangannya dan mengambil benda yang membuat tangannya terluka.

Bunga mawar yang telah layu dan berduri itulah yang telah melukai jarinya. Pandangannya lalu tertuju pada sebuah kertas putih yang dililitkan pada batang yang penuh duri itu. Dengan hati-hati ia membuka kertas tersebut.

"MENDING LO JAUHIN NINO SEKARANG!! KALAU ENGGAK, NASIB LO BAKALAN KAYAK JARI LO SEKARANG!!!"


Bel masuk berbunyi saat itu juga. Sherin segera meremas kertas tersebut. Lalu membuangnya ke tong sampah. Setelah membuangnya ia segera duduk di kursinya. Pikiran dan hatinya berkecamuk setelah membuka surat ancaman tadi. Ia takut terjadi sesuatu padanya.

Kembaran✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang