"Gimana tadi soal-soalnya?" Tanya Pak Reno yang selaku guru pendamping Nino dan Sherin dalam olimpiade yang diadakan setiap tahun.
Sherin menutup mukanya. "Susah dijelasin, Pak. Pokoknya susah banget soal-soalnya."
Pak Reno hanya terkekeh mendengar keluhan Sherin. Lalu pandangan beliau beralih kepada Nino yang sedang menyedot es jeruknya.
"Gimana, Nino?"
"Perkataan Sherin tadi sudah menjelaskan semuanya, Pak." Ujarnya dengan datar.
"Saya takut, Pak. Saya takut nggak bisa lolos." Keluh Sherin.
Guru berumur 40 tahun tersenyum melihat dua muridnya yang begitu tidak semangat setelah mengikuti olimpiade. "Saya nggak memasalahkan itu, dengan kalian mengikuti olimpiade ini saja saya sudah bangga."
Nino menengadahkan kepalanya. "Meskipun kita berdua kalah??"
"Hey, jangan begitu. Optimis saja bahwa kalian akan menang," Pak Reno tetap menyemangati dua murid kebanggaannya. "Ini sudah jam satu. Kalian nggak mau ke sekolah buat lihat festival??"
"Iyaa, Pak. Hampir aja saya lupa," Nino menepuk dahinya. "Ayo Sher, kita ke sekolah sekarang."
Kontan Nino dan Sherin langsung menyalimi Pak Reno. "Hati-hati ya bawa motornya." Ujar Pak Reno.
"Iyaa, Pak. Terima kasih sudah mendampingi kami." Kata Sherin sembari memberikan senyuman lebar pada Pak Reno.
"Ah, itu sudah menjadi tugas saya. Saya juga mau pulang dulu."
"Baik, Pak. Terima kasih."
Mereka berdua pun berpisah dengan Pak Reno dan berjalan menuju parkiran. Tanpa basa-basi lagi, setelah menaiki motor besar Nino. Mereka pun langsung melaju ke sekolah mereka. Untung saja mereka sudah bawa baju ganti dari rumah agar tidak disebut saltum. Mereka juga sudah ganti baju di tempat olimpiade tadi.
"Menurut lo, Nina nanti marah nggak ya sama gue??" Tanya Nino kepada Sherin saat mereka sudah sampai di sekolah.
"Hmm, entahlah," Sherin mengangkat bahunya. "Tapi gue yakin, Nina nggak bakal marah kok."
"Yah, semoga begitu."
###
"Astaga, penampilan lo tadi bagus banget, Na!!!" Ketiga sahabat Nina yang sudah berada di backstage langsung memeluk Nina yang baruaan turun dari panggung.
"Wow, makasih temen-temen. Gue juga nggak percaya kalau bakalan banyak yang antusias lihatnya." Nina senang, saking senangnya ia sampai meneteskan air matanya.
"Iyaa lah, banyak yang lihat. Yang nyanyi kan lagi pacaran mana suaranya bagus juga." Cetus Vio sambil melirik Eza yang sedang ngobrol dengan anak OSIS.
Pandangan Nina dan Eza saling bertemu, mereka tersenyum satu sama lain. Setelah mengucapkan beberapa kata kepada anak OSIS itu, Eza menghampiri Nina dengan senyuman yang terukir di wajahnya.
Begitupun Gala, Nafa, dan Willi yang juga ikut berkumpul bersama Nina dan Eza.
"Well, hari ini kita cukup sukses, guys!!" Ucap Gala dengan antusias.
Mereka berlima berpelukan satu sama lain. Bersyukur bahwa penampilan mereka sukses 'memecahkan' SMA Cakrawala.
"Nina!!" Suara itu membuat Nina menoleh ke sumber suara. "Congrats!!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kembaran✔
Teen FictionKlise. Mungkin banyak diantara kalian yang menganggap bahwa memiliki saudara kembar adalah hal yang menyenangkan. Apalagi kembarannya berbeda jenis kelamin. Tapi berbeda dengan yang berbeda dialami oleh Nina Felicia dengan kembarannya Nino Fernando...