"Mau beli popcorn?" Tawar Gala saat melihat penjual popcorn yang berkeliling sebelum film diputar.
Nina mengalihkan pandangannya dari ponsel dan menatap manik mata Gala, "kalo lo pengen, ya beli ajalah."
Gala mengacungkan tangannya bermaksud untuk memanggil penjual tersebut. Setelah mendapat yang ia inginkan, Gala memberikan miliknya pada Nina.
"Lho kok dikasih ke gue? Kan lo yang kepengen," Nina mengangkat satu alisnya.
"Gue beli dua, nggak mungkin gue makan sendirian juga," Gala mengangkat popcorn miliknya.
Nina membuka kotak berisi popcorn tersebut. Ia tersenyum melihat makanan itu. Rasa karamel adalah kesukaaannya. Ia berpikir, bagaimana Gala bisa tahu rasa kesukaannya.
"Makasih, kak."
Gala mengacak rambut Nina. "Cuma bilang makasih nih? Nggak mau bilang apa-apa lagi?"
Nina mencubit pipi tembam milik Gala, "emangnya mau bilang apa lagi? Udah ah, jangan bawel!! Filmnya mau mulai."
Gala mengerucutkan bibirnya. Dia kira, Nina akan baper karena ia membelikan caramel popcorn. Ternyata responnya biasa saja. Tapi Gala kembali membuat senyum di wajahnya saat ia tahu Nina yang tersenyum waktu memakan brondong jagung itu.
Dua jam kemudian, Gala hanya melihati Nina yang sangat ekspresif saat melihat film itu. Kadang tertawa, kadang serius, dan kini cewek itu sedang terisak. Terlalu menghayati dalam melihat film itu. Gala yang tidak tega melihat Nina yang menangis langsung merangkul Nina. Ia memang tidak bisa melihat Nina menangis.
Awalnya Nina kaget saat Gala tiba-tiba merangkul tubuhnya. Tapi ia tidak bisa menolaknya, ia memang butuh pelukan. Ending dari film yang ditontonnya itu memang membuatnya sedih.
"Jangan nangis, nanti muka lo jelek."
Suara berat itu membuat Nina menatap tajam cowok berambut hitam disebelahnya itu.
"Diem deh, nggak tau kalau lagi menghayati film nih??" Ujarnya sambil menghapus air matanya.
Gala menghela napas berat, lalu berinisiatif mengambil satu pack tisu dari tas kecil milik Nina. Lalu cowok itu mengusap pipi Nina yang basah.
Lagi-lagi Nina kaget dengan perlakuan Gala. Jadi ia hanya bisa mengangkat satu alisnya.
"Filmnya udah mau habis. Lo mau keluar dengan keadaan seperti itu??"
Nina tersenyum kecil. Memang perkataan Gala tidak ada manisnya sama sekali. Tapi entah kenapa hatinya menghangat.
"Ma-makasih, Kak."
10 menit kemudian, pintu keluar telah dibuka. Semua orang bergegas meninggalkan ruangan itu. Film memang telah selesai. Begitu pun Gala dan Nina yang kini beranjak tempat duduknya.
"Na, kita makan dulu ya?" Ajak Gala.
Tanpa pikir panjang lagi, Nina mengangguk. Perutnya memang sudah keroncongan.
Gala mengajaknya makan di foodcourt. Ia malas untuk berjalan ke restoran yang jaraknya jauh dari bioskop.
"Lo mau pesen apa?"
"Samain aja deh sama lo. Gue mau cari tempat dulu," jawab Nina sambil celingukan mencari tempat kosong.
"Yaudah, gue pesen makanan dulu ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kembaran✔
Teen FictionKlise. Mungkin banyak diantara kalian yang menganggap bahwa memiliki saudara kembar adalah hal yang menyenangkan. Apalagi kembarannya berbeda jenis kelamin. Tapi berbeda dengan yang berbeda dialami oleh Nina Felicia dengan kembarannya Nino Fernando...