10

15.1K 917 11
                                    

Nino masih asyik dengan game yang sedang dimainkannya.

"Yah, kalah," dengusnya sambil melempar joystick yang dipakainya.

Handphone nya bergetar, tanda sebuah panggilan masuk. Tanpa melihat siapa yang menelepon ia pun langsung mengangkatnya.

"Halo??"

"Ninoo, jalan kuyy. Bosen di rumah sendirian nih,"

Nino mengerutkan alisnya setelah mendengar suara itu. Ya, suara Stefanny.

"Mau kemana??"

"Ke mall, aku pengen shopping."

Nino memutar bola matanya, pasalnya ia benci dengan yang berbau shopping.

Tapi apapun ia lakukan dengan cewek yang satu ini. Yah, meskipun mereka hanyalah hubungan tanpa status.

Stefanny selalu menganggap Nino sebagai pacarnya. Sedangkan Nino tidak.

Katakanlah Nino bajingan, tapi ia tidak ingin jatuh ke lubang yang sama seperti masa lalunya.

Dicintai karena ia populer, bukan karena apa adanya.

Jadi Nino mencoba mengetes Stefanny, sejauh mana cewek itu mencintainya. Ia sebenarnya juga mencintai Stefanny.

Nino melihat jam dinding. Masih menunjukkan pukul 18.30.

"Oke aku jemput habis ini. Kamu siap-siap."

"Yeayy, makasih Nino sayang. Hati-hati di jalan."

"Okee."

Setelah panggilan dimatikan, ia pun langsung ganti baju. Dan mencari outfit yang tepat. Akhirnya ia menemukannya.

Setelah itu, ia pun langsung keluar dari rumahnya. Dan mengunci rumah. Barulah ia bisa menancap gas ke rumah Stefanny.

###

"Makasih ya, udah mau nemenin gue nonton. Btw, gue mau pulang duluan. Gue mau jaga adek gue," ucap Eza.

Kak Eza, plis jangan tinggalin gue sama makhluk kayak satu ini, batin Nina.

"Okee hati-hati Za. Kalo ada semut minggir, kalo ada gajah, nengah aja, btw makasih juga udah ngajakin nonton," canda Gala yang menurut Nina terlalu receh.

Eza lalu menatap Nina yang dari tadi diam, "gue balik ya, Na?"

"Eh? Iyaa kak. Hati-hati, makasih udah ngajakin Nina nonton," Nina melambaikan tangannya ke Eza.

Kruuukkk

Suara perut seseorang tiba-tiba berbunyi. Nina merasa kalau itu bukan suara perutnya.

Kemudian ia melirik ke arah Gala yang sedang memegangi perutnya dengan pipi memerah. Membuat Nina tidak kuasa menahan gelak tawanya.

Wajah Gala lagi-lagi memerah, Gala yakin, sekarang wajahnya seperti tomat, "nggak usah ketawa. Ga lucu tau."

"Kalau laper, ya bilang kak. Udah cari makan dulu gih."

Tanpa permisi, Gala pun langsung menarik tangan Nina ke suatu tempat. Nina pun sampai gelagapn karrna langkah Gala yang cepat.

"Kak, mau kemana sih? Jangan cepet-cepet," Nina berusaha melepaskan tangannya, tapi gagal.

"Udah diem!"

Kembaran✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang