"Aduh gimana kalau hasil olim tadi jelek." gerutu Sherin yang membuat Nino pusing mendengarnya.
Mereka kini sedang berada di sebuah stan bazaar yang menjual milkshake. Mereka memang memilih stan yang jauh dari panggung pentas agar tidak ada yang mengganggu mereka.
"Astaga, Sher. Olim-nya juga baru selesai satu jam yang lalu. Kenapa lo paniknya sekarang??" Gumam Nino sambil menyeruput milkshake.
Sherin memijat dahinya. "Gue takut kalau nilai gue jelek. Gue ngerasa nggak yakin sama jawaban gue."
Nino tertegun lalu mengelus punggung tangan Sherin. "Di dunia ada kalah, juga ada kemenangan. Optimis aja kali, Sher."
"Lo nggak tau, No. Betapa berartinya olimpiade itu bagi gue."
"Maksud lo??"
Sherin menghela napas panjangnya. "Ini adalah satu-satunya cara buat balik ke rumah mama lagi. Salah satu bukti bahwa gue bukan anak bodoh."
Nino menelan ludahnya sendiri, ini sudah berhubungan dengan kehidupan pribadi Sherin.
"Kita udah pacaran beberapa hari, Sher. Apa lo nggak mau ceritain sesuatu ke gue? Gue bisa jadi pendengar yang baik."
Lalu mata Sherin tertuju pada seorang perempuan berjalan dengan menundukkan kepalanya. Dan ia merasa bahwa ia mengenal perempuan itu.
"Nina!!!"
Nina menghentikan langkahnya sesaat. Lalu saat ia melihat siapa yang memanggilnya, ia segera berlari secepatnya.
Nino menengokkan kepalanya ke belakang tubuhnya. Tapi tak ada seorang pun. "Mana Nina??"
Sherin beranjak dari duduknya, "dia udah lari, kayaknya dia ada masalah."
"Masalah?? Maksud lo??"
"Udah, jangan tanya-tanya dulu. Kita kejar Nina." ujar Sherin sambil menggandeng tangan Nino.
Nina masih terus berlari ke arah luar sekolah. Lalu ia berhenti di sebuah halte bus yang berada di depan sekolah. Ia berharap bahwa Sherin tak akan mengejarnya. Ia menengokkan kepalanya ke belakang, tak ada tanda-tanda Sherin atau Eza mengejarnya.
Nina kini tidak bisa membendung air matanya yang memberontak minta keluar. Ia selalu merasa, bahwa ini adalah mimpi. Tapi setelah mencubit lengannya berkali-kali. Ia yakin bahwa ini bukan mimpi.
"Na? Lo kenapa?"
Nina menoleh ke arah lelaki yang tadi memanggilnya. Tatapan lelaki yang tajam sekaligus menghangatkan itu membuat Nina ingin memeluknya.
Gala yang bingung hanya bisa pasrah pada Nina yang tiba-tiba memeluknya.
"Kak, bawa gu-- gue pergi dari sini. Gue nggak mau disini." Ucap Nina ditengah isakannya.
Untungnya Gala langsung mengerti apa yang diinginkan Nina. Lelaki itu segera mencegat taksi yang lewat. Setelah mendapatkan taksi dan memberi tahu alamat yang dituju, mereka berdua lalu memasuki taksi tersebut.
Gala hanya bisa pasrah bajunya basah karena Nina yang belum bisa menghentikan tangisannya. Sebenarnya ia bingung, mengapa Nina tiba-tiba jadi seperti ini? Padahal ia tahu bahwa Nina tadi terlihat baik-baik saja, bahkan terlihat bahagia. Ia mengurungkan niatnya untuk bertanya lebih lanjut kepada Nina. Jadi Gala hanya bisa mengelus rambut Nina.
####
"Anjir, tuh anak kemana sih?? Larinya kenceng amat!!" ucap Nino dengan frustasi.
Sherin menepuk bahu Nino. "Kayaknya ada yang aneh sama Nina deh."
"Aneh gimana?? Lo bilang kalau dia kayak ada masalah?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kembaran✔
Teen FictionKlise. Mungkin banyak diantara kalian yang menganggap bahwa memiliki saudara kembar adalah hal yang menyenangkan. Apalagi kembarannya berbeda jenis kelamin. Tapi berbeda dengan yang berbeda dialami oleh Nina Felicia dengan kembarannya Nino Fernando...