"Makasih ya, Kak. Udah mau temenin Nina ke toko buku."
Eza mengelus rambut pacarnya itu, "apasih yang enggak buat kamu, Na."
Nina tersenyum kikuk saat Eza memperlakukannya seperti itu, "ehm, mau mampir, Kak??"
Eza menggeleng, "enggak deh, Na. Aku pulang aja."
"Okee, hati-hati ya, Kak. Jangan ngebut-ngebut."
"Perhatian banget sih, Na," kini Eza mulai mencubit pipi Nina. "Oke, aku balik dulu ya?"
Nina menganggukkan kepalanya. Eza segera keluar dari rumah Nina. Dan menuju motornya.
Ia menghela napasnya, ia beruntung bahwa Aya atau Aqila itu tak jadi ke sekolahnya.
"Coba kalau Aya jadi ke sekolah, mati gue," gumamnya saat ia memakai helm teropong. Lalu Eza pun segera meninggalkan kediaman Nina.
Sedangkan di dalam kediaman Nina, Nina sedang berteriak kegirangan atas hubungannya dengan Eza yang membaik.
Ia lalu memeluk novel yang tadi dibelinya dengan Eza tadi. Tentu saja Nina sangat senang.
Senyumnya seakan tak bisa pudar jika mengingat Eza yang begitu membuatnya 'meleleh', lalu ia berkata, "makasih, Kak Eza."
###
Sesampai mengantarkan Aqila pulang, tentu saja Nino langsung mengambil motornya yang berada di sekolah. Bisa-bisa ia diomeli oleh ketiga temannya karena telat ke rumah Sandi.
Ia segera menyalakan mesin motor miliknya dan menjalankannya ke luar sekolah. Tapi pandangannya tertuju kepada cewek yang sedang duduk di halte. Dan cewek itu sendirian. Tentu saja ia mengenali cewek tersebut, cewek itu adalah Sherin. Nino pun segera menjalankan motornya ke halte.
"Cewek... lagi sendirian ya??" goda Nino saat ia berhenti di halte.
Sherin pun langsung menyadari kehadiran Nino yang muncul tiba-tiba di hadapannya, "Nino?"
"Lo ngapain sih disini? Sendirian lagi, nanti kalo ada yang godain lo gimana?"
"Peduli banget sih lo, No?!" ucap Sherin dengan nada jutek.
Nino mengernyit, baru pertama kali Sherin jutek begitu, "lo kok jadi jutek amat sih??"
"Biarin!! Gue mau pulang sendiri!!"
Tapi Nino menyadari bahwa mata Sherin mengeluarkan setitik air mata, "lo kok... nangis??"
"Hah?" Sherin lalu mengusap matanya, benar saja air mata Sherin sudah menetes. Padahal ia sudah berusaha menahannya sekuat mungkin.
"Gue gapapa, No. Cuma kelilipan," dustanya.
"Cewek yang bilang 'gapapa', artinya di lagi kenapa-napa tuh."
"Gue bilang gue gapapa, No!!"
"Halah, udah lo ikut gue aja," ajak Nino.
"Kemana??"
"Udah deh, pokoknya naik aja."
Dengan terpaksa, Sherin menuruti Nino. Ia pun akhirnya menaiki jok belakang motor Nino.
"Pegangan ya," ucap Nino.
Sherin memukul helm Nino dengan kesal, "dasar modus!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kembaran✔
Teen FictionKlise. Mungkin banyak diantara kalian yang menganggap bahwa memiliki saudara kembar adalah hal yang menyenangkan. Apalagi kembarannya berbeda jenis kelamin. Tapi berbeda dengan yang berbeda dialami oleh Nina Felicia dengan kembarannya Nino Fernando...