7

16.2K 864 38
                                    

Reyhan mengela nafas, lalu mengetuk pintu kamar Nina.

"Na, maafin gue sama Nino. Gue tau gue sama Nino kayak anak kecil. Sekarang sarapan, Na. Gue tau lo belum makan dari tadi malem," ucapnya.

Tapi tidak ada jawaban dari dalam. Reyhan menautkan kedua alisnya.

"Na? Lo nggak lagi tidur kan?"

Tetap tak ada jawaban dari dalam.

"Na, lo lagi ngapain?"

Nafasnya mulai memburu. Kebiasaan buruk Nina muncul kembali.

Reyhan memutuskan untuk masuk. Ternyata pintu tidak dikunci. Ia mendapati tidak ada seorang pun yang berada di dalam kamar Nina.

"Nino.. Nino, kesini!!" seru Reyhan.

"Lo belum puas bikin ribut sama gue?" kata Nino.

"Nina ilang," ucap Reyhan.

Ia mencoba menelpon adiknya itu. Hasilnya nihil. Tidak diangkat oleh Nina.

Reyhan menarik rambutnya. Sedangkan Nino hanya santai saja, tanpa melakukan apapun.

"No? Lo kok diem aja? Bantuin kek? Panik kek? Ada kembarannya ilang malah diem aja," cercah Reyhan.

Nino mengangkat salah satu ujung bibirnya, "panik? Buat apa gue panik? Please kak, Nina tuh ya udah gede. Udah bisa jaga diri. Nanti juga bakalan telpon, lagian ini juga kebiasaan Nina."

Nino pun langsung beranjak pergi dari hadapan Reyhan yang terlihat ingin menonjoknya.

Reyhan menggeram, ia tak tau apa penyebab Nino bersikap seperti itu pada Nina. Dulu, Nino sangat menyayangi Nina. Tapi semenjak kejadian yang membuat Ayah kehilangan nyawa. Nino pun berubah.

Ia mendial nomor Nina sekali lagi, berharap adiknya itu mengangkatnya.

"Halo,"

Suara bariton laki-laki dari seberang telpon, membuat hati Reyhan mencelos. 'Nina sama laki-laki?'  batinnya.

"Halo, ini siapanya Nina ya?"

"Seharusnya gue tanya, lo itu siapa hah? Lo ngapain sama Nina?"

"Gue? Gue tanya  lo itu siapanya Nina?"

Lalu sambungan telpon pun dimatikan sepihak. Reyhan menggeram kesal. Pikiran negatif terus bermunculan di otaknya. Siapa lelaki yang bersama Nina?

###

Nina membuka matanya secara perlahan. Ia mengerutkan dahinya ketika menghirup aroma yang sangat tidak disukainya.

Yaitu bau minyak kayu putih. Katakan Nina aneh, tapi menurutnya bau minyak kayu putih tidak membuatnya rileks, malah membuatnya ingin muntah. Ia sekarang sudah ada di UKS.

"Kak, saya nggak suka bau minyak kayu putih," kata Nina dengan lemah.

"Oh maaf, gue nggak tau."

Nina mengerutkan alisnya, 'perasaan tadi sebelum gue pingsan gue sama kak Gala, kenapa sekarang jadi sama Kak Eza?' batinnya.

"Lha Kak Gala mana?"

"Lo lupa ya kalau dia ketua club? Jadi dia sekarang lagi mimpin rapat," kata Eza.

Nina hanya manggut-manggut saja. Ia mencoba duduk, tapi kepalanya sangat pusing, efek samping dari belum makan.

Kembaran✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang