36

12.7K 711 7
                                    

Eza melangkahkan kaki jenjangnya dengan cepat ketika ia mendengar panggilan untuk segera naik pesawat.

Ya, ia akan meninggalkan Perancis malam ini. Ia memang meninggalkan Perancis tanpa membicarakan kepada siapapun. Termasuk kedua orang tuanya.

Setelah hari itu, hari dimana ia tahu bahwa ia akan dijodohkan oleh kedua orang tuanya. Dan di hari itu, ia bertengkar hebat dengan kedua orang tuanya.

Ia bukanlah boneka milik kedua orang tuanya, yang bisa diatur dengan sesuka hati. Ia berhak menentukan hidupnya sendiri.

"Pokoknya kamu harus menikah dengan Aya!!" Gelegar suara papanya tersebut tak membuatnya takut.

"Mama sama Papa kira Eza ini boneka?!! Aku nggak suka diatur kayak gini!!"

Mama Eza mendekati Eza dan mengelus putra semata wayangnya, "tapi ini buat kebaikanmu, Nak."

"Kebaikanku? Bukannya kebaikan mama sama papa aja?!!"

"Anak kurang ajar!!" Papa hampir melayangkan pukulan ke wajah Eza, namun terhenti.

Rahang Eza mengeras, "kenapa nggak jadi pukul aku?! Pukul aja, Pa!!"

Dan sejak hari pertengkaran itu ia sering mengunci kamar. Ia tak menghiraukan panggilan mamanya untuk makan. Ia tak peduli itu.

Hingga malam ini, akhirya ia bisa kabur. Ia memang sengaja mem-booking tiket untuk penerbangan malam. Ia sudah tak peduli dengan kedua orang tuanya itu.

Ia kini tersenyum melihat isi LINE dari Nina. Pacarnya.

Nina Felicia : di Perancis sekarang malam atau siang??

Nina Felicia : Ezaaa!!!

Nina Felicia : kok nggak dibales??

Nina Felicia : ditempatmu udah malem ya? Pasti udah tidur.

Nina Felicia : yaudah deh, good night, Kak. Dari Nina yang lagi kangen.

Eza kembali tersenyum, maaf Na. Maaf nggak bisa bales.

Batinnya sebelum ia mengatifkan mode terbang pada ponselnya.

Akhirnya pesawat yang ia tumpangi pun berangkat menuju tanah kelahirannya.

###

"Nino maafin akuu---"

Suara cempreng Stefanny terus mengikutinya kemanapun ia berada. Kecuai di kelas dan toilet.

"No, lo nggak risih sama suara Stefanny??" bisik Karel kepada Nino. Ia memang sangat risih dengan Stefanny yang mengikuti mereka berdua dari tadi. Tapi jawaban Nino hanya gelengan kepala.

Bahkan Karel merasa bahwa Sandi dan Aron lebih beruntung dari dirinya. Sandi dan Aron memang tidak masuk hari ini. Mereka berdua memang kompak dengan urusan tidak masuk sekolah.

Jadi mereka berdua tak perlu pusing dengan suara Stefanny yang mengikuti Nino dengan dirinya.

Bel masuk pun berbunyi. Membuat semua siswa segera meninggalkan kantin. Begitu pun Nino dan Karel yang langsung meninggalkan toilet.

Dan ditengah perjalanan mereka menuju kelas, tiba-tiba Stefanny lagi-lagi menghadang jalannya.

"Plis, maafin aku, No..." lirih Stefanny.

Kembaran✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang