55

11.6K 635 33
                                    

Warning!! Terdapat 2000++ kata di chapter ini. Vote dan comment yaa, jangan lupa!!

####

"Ha? Nginep di apartemen lo?"

"Iyaa, Na. Malem ini ya?  Cuma sampe besok kok. Gue takut sendirian di apartemen, gara-gara liat film horror, jadi parno sendiri. Gue udah izinin ke Bunda, katanya gapapa."

Nina menghela napasnya, kalau sudah begini, ia tidak bisa menolaknya. Ia memang tipe anak yang tidak suka menolak permintaan sahabatnya. Lagian Nina juga cukup kasihan dengan Sherin yang lagi parno di apartemennya.

"Yaudah deh, gue mau."

"Yayy, lo emang yang terbaik, Na. Udah sekarang lo siap-siap ya."

"Okay, lo juga harus siap-siap makanan yang banyak buat gue ya?" Nina menyengir sedikit.

"Iyaa deh, yaudah gue tutup ya. Gue tunggu lo di rumah. Daah Nina."

"Iyaa, daah Sherin."

Sambungan telepon pun akhirnya dimatikan. Nina menghela napasnya sekali lagi, ia rasa menginap di apartemen Sherin sampai besok bukanlah keputusan yang buruk. Tapi... besok adalah hari spesialnya.

Kakinya lalu melangkah menuju kamar mandi, ia memutuskan untuk mandi saja dulu.

Setelah limabelas menit berkutat di kamar mandi, kini Nina pun menyiapkan segala sesuatu yang nanti akan ia butuhkan di apartemen Sherin. Setelah semua sudah siap, barulah ia keluar dari kamar dan menemui kembarannya.

Sedangkan Nino yang sedang asyik menonton TV pun dibuat heran oleh Nina yang turun dari lantai dua dengan ransel.

"Lo mau kemana? Mau minggat?"

"Gue mau nginep di rumah Sherin," jawab Nina dengan singkat. "Anterin gue."

"Sampe kapan? Sherin kok nggak ngomong sama gue dulu?" Nino mengerutkan dahinya.

"Sampe besok, No. Sherin itu lagi parno gara-gara lihat film horror, makanya dia minta ditemenin gue sampe besok," jelas Nina.

Nino mengangguk paham, "oh, pantesan. Lagian dia juga udah gue larang buat nontom film horror, tapi dia bandel mulu. Yaudah gue anterin sekarang."

"Eitsss!!!" Nina menahan lengan Nino yang sekarang beranjak dari duduknya. "Lo udah mandi belum? Masa mau ketemu pacar masih bau."

Kemudian cowok itu menjitak kembarannya dengan pelan, "nggak usah ngeledek lo. Jelas gue udah mandi lah, udah wangi kayak gini."

"Hmm iyaa deh iyaa. Yaudah lo keluar dulu, gue mau ngunci pintu," teriak Nina pada Nino yang sudah keluar rumah lebih dulu.

Setelah selesai mengunci pintu, barulah Nina menghampiri kembarannya yang sudah siap dengan sepeda motornya. Lantas Nina segera naik jok belakang.

"Ayo, No!!" Seru Nina.

Nino tak menjawab, tapi tiba-tiba mengegas motornya. Membuat Nina sedikit terjungkal.

"Isssh, lo itu bikin gue hampir jatuh, No," Nina memukul bahu Nino dengan keras.

"Aw! Iyaa iyaa, sorry," ringis Nino.

Nina sedikit terkekeh dengan tingkah Nino.

Tak lama kemudian, si kembar itu sampai di depan apartemen dimana Sherin tinggal. Setelah memarkirkan sepeda motor milik Nino, barulah mereka berdua berjalan menuju apartemen Sherin yang berada di lantai lima.

Nina memencet bel apartemen Sherin. Tak sampai satu menit, pintu pun dibuka oleh pemilik apartemen tersebut. Sherin langsung memeluk Nina. Memang benar, Sherin sedang ketakutan, bisa Nina rasakan bahwa badan Sherin yang bergetar dan juga beberapa bagian tubuhnya yang berkeringat.

Kembaran✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang