"Gimana persiapan kalian untuk olimpiade?" Kini Nino dan Sherin sedang berhadapan dengan Pak Reno di ruangannya.
Sherin menggeleng pelan,"maaf pak, kami belum ada persiapan. Kami masih fokus ke ulangan harian. Apalagi setelah ini udah mau UAS," jelasnya.
Pak Reno memijat dahinya pelan, "ya, tidak apa-apa. Saya tahu kesibukan kalian. Tapi sebisa mungkin, tolong kalian luangkan waktu untuk berlatih bersama."
"Iya, Pak. Akan kami usahakan," kini Nino angkat bicara.
Pak Reno menghela napasnya, lalu pria berusia 50 tahun itu berjalan ke sebuah loker. Lalu mengambil sebuah map yng berada di dalamnya.
"Ini soal olimpiade tahun lalu, saya harap kalian bisa menggunakan ini untuk berlatih," diserahkannya map itu kepada Nino.
Nino membuka map tersebut, ia menelan ludahnya sendiri karena melihat isi map tersebut yang penuh dengan soal-soal yang memusingkan. Begitu pun juga yang dilakukan Sherin. Gelagatnya hampir sama dengan Nino.
"Kalau kalian kesusahan, kalian bisa tanya saya. Maaf saya belum bisa membimbing kalian."
Pandangan Sherin beralih ke Nino. Ia tidak yakin bahwa dirinya dan Nino bisa memenangkan olimpiade itu.
"Baiklah pak, kami permisi dulu," Nino menggandeng tangan Sherin. Dan perempuan itu dibuat kaget olehnya.
"Lo yakin bisa ikut olimpiade?" Tanya Nino.
Sherin mengangkat bahunya, "apa salahnya untuk mencoba?"
"Jadi kapan latihan bareng?"
"Gue sih terserah, boleh kapan aja. Nggak tau lo nya gimana," kata Sherin santai. Ia melirik ke Stefanny yang sedang berjalan ke arahnya, lebih tepatnya ke arah Nino.
"Oke, nanti di Rain Cafe," kata Nino.
Stefanny sudah berada di dekat Nino, langsung mengamit tangannya, "lo deket sama cewek cupu ini?"
Kuping Sherin memanas seketika mendengarkan ejekan Stefanny. Memangnya orang yang berkacamata dan rajin harus cupu?
"Maaf, saya bukan cupu yang seperti kakak bayangkan," desis Sherin kesal.
"Well, cewek cupu kayak lo emang nggak pantes deket sama pacar gue." Stefanny menyeringai kecil, "ayo ke kantin, sayang."
Nino mengangguk, lalu ia menatap Sherin sebelum lengannya ditarik oleh Stefanny. Tersirat wajah kesal dan marah di muka Sherin. Dan akhirnya perempuan itu berbalik.
###
"Gue kira lo nggak dateng," Sherin menyipitkan matanya begitu melihat Nino duduk di depannya.
Nino mengangkat bahunya, "gue sebenernya terpaksa ikut olimpiade ini. Gue bukan tipe cowok yang suka ginian. Yah, meskipun gue pinter," Nino tersenyum membanggakan.
Sherin memutar bola matanya muak, "terserah lo dah, No. Gue kira Stefanny nggak bakalan ngijinin lo buat latihan bareng."
"Stefanny takut sama Pak Reno. Makanya dia ngebolehin."
Sherin tidak menanggapi perkataan Nino, ia mulai membuka soal latihan dan mulai mengerjakannya.
Otak jahil Nino mulai berfungsi lagi, ia sangat ingin menjahili cewek di depannya ini. Karena menurut Nino, Sherin ini merupakan tipe cewek yang sulit dijahili. Tidak seperti cewek lain yang akan histeris atau menangis, Sherin hanya terdiam seakan tidak ada yang terjadi pada dirinya. Makanya dia tertantang.
Nino mengambil penghapus milik Sherin dan mulai menghapus cara yang dikerjakan Sherin.
Mata Sherin mendelik karena keisengan Nino itu, "lo sekali aja nggak isengin cewek kenapa sih?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kembaran✔
Teen FictionKlise. Mungkin banyak diantara kalian yang menganggap bahwa memiliki saudara kembar adalah hal yang menyenangkan. Apalagi kembarannya berbeda jenis kelamin. Tapi berbeda dengan yang berbeda dialami oleh Nina Felicia dengan kembarannya Nino Fernando...