18

14.2K 819 10
                                    

Degup jantung Nina semakin cepat begitu ia menemukan pemilik suara itu.

Cowok itu berdiri di belakang Nina tapi agak jauhan dengan sebatang rokok di sela-sela telunjuk dan jari tengahnya.

Cowok itu menghisap sisa rokoknya, lalu menghembuskanya dengan perlahan.

Cowok itu menjatuhkan puntung rokoknya, lalu menginjaknya. Ia mengambil sesuatu di saku celana abu-abunya.

Ternyata permen karet. Tentu saja cowok itu tidak mau cewek di hadapannya menghirup sisa bau rokok yang tersisa di mulutnya.

Jika kalian bertanya-tanya siapa gerangan cowok tersebut.

Dia adalah Gala. Ya, Manggala Oktovian.

Nina menatap Gala dengan tak percaya.

Gala menunjukkan sisi dimana Nina tidak pernah pikirkan sekalipun.

Nina selama ini hanya melihat Gala yang dingin, jutek. Tapi dibalik sifatnya tersebut, ia memiliki hati yang lembut. Terutama pada adik perempuannya.

Dan saat ini Gala menunjukkan sisi ke-badboynya. Sungguh Nina tidak mengerti dengan jalan pikiran kakak kelasnya tersebut.

Selama ini ia hanya dekat dengan Eza. Bukan Gala. Ia menghubungi Gala hanya untuk band mereka saja.

Tetapi ada satu sisi dimana Nina sangat penasaran dengan Gala. Tapi ia rasa Gala tidak se-welcome Eza.

Gala menatap Nina yang sangat berantakan. Rambut yang lepek, seragam basah, dan wajah yang tak karuan.

Gala memiringkan kepalanya, mencoba memandang Nina yang tertunduk. Sedangkan Nina masih terisak.

"Jangan nangis. Gue benci lihat cewek nangis," Gala mengeluarkan sapu tangannya.

Sapu tangan berinisialkan 'G' buatan Mama Gala, Gala berikan. Ia rela sapu tangan kesayangannya basah, untuk menghentikan tangis cewek di depannya ini.

Ia mengusap wajah Nina pelan. Membuat Nina menahan nafasnya sesaat.

Apa kak Gala punya kepribadian ganda? Tadi dia kayak badboy, sekarang dia kayak gini, pikir Nina.

Gala menghela nafasnya, "Stefanny emang kayak gitu dari SMP. Suka bully orang lain kalau orang itu dianggap parasit bagi dia."

Nina tersenyum pahit, "berarti gue sekarang 'parasitnya' dia dong."

Kalau Nina bukan gebetan Eza, pasti Gala sudah akan memeluknya dari tadi. Sambil berkata, 'Na, kamu jangan nangis lagi. Gue sayang lo. Nanti cantiknya ilang'. Tapi Gala tidak mungkin melakukannya.

Gala hanya tidak ingin perasaan Nina tumbuh untuk dirinya, bukan untuk Eza.

Gala melepaskan jaket yang ia kenakan. Lalu diberikannya ke Nina. Gala sangat yakin kalau Nina pasti nggak bawa jaket.

"Lo kalo pake seragam basah itu terus, lo bakal masuk angin. Mendingan pake jaket gue dulu," Gala mengelus rambut Nina yang lepek itu.

Nina hanya mengangguk, ia lebih suka sisi Gala yang seperti ini. Lembut, manis, dan membuat Nina nyaman di dekatnya.

Kini Nina bisa tersenyum, "makasih kak."

Gala membalasnya hanya dengan senyuman tipis.

Bel berbunyi. Membuat Nina dan Gala menjadi kaget.

Gala mencoba menatap mata Nina, "Udah lo balik ke kelas. Jangan bolos."

Tersirat rasa ketakutan di mata cokelat Nina, "g- gue takut ke kelas, kak."

Kembaran✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang