33

13K 853 26
                                    

"Lo gila ya, No."

Nino menggeleng pelan, "ada alasan sendiri gue kayak gini. Dan gue baru sadar kalau itu kesalahan terbesar gue. Seharusnya gue nggak ngelakuin."

"Maksud lo, No?" Sherin kini bertanya.

Nino menggeleng, lalu ia tersenyum, "lupain aja deh. Lagian sepele kok."

Sherin, Nina maupun Gala menatap Nino dengan pandangan aneh. Seperti ada yang disembunyikan.

Mereka pun terdiam, fokus ke pikiran masing-masing.

Hingga suasana hening tersebut dibuyarkan dengan kedatangan Reyhan, kakak si kembar itu.

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam, Kak.

Reyhan tertegun oleh adanya Gala dan Sherin yang belum pernah dilihatnya.

"Teman Nina sama Nino?"

Sherin dan Gala mengangguk.

"Alhamdulillah, akhirnya adek gua ini bawa temen juga," Reyhan pun sampai sujud di lantai saking lebaynya.

Gala dan Sherin terkikik geli melihat Reyhan. Sedangkan Nina dan Nino sama-sama menundukkan kepalanya untuk menahan malu.

"Woah, udah lama disini? Nama lo siapa?" Reyhan menunjuk Gala.

"Gala, kak"

Sekarang berganti Reyhan menunjuk Sherin, "Saya Sherin, kak."

"Nggak usah pake 'saya', santai aja," ucap Reyhan santai dan dibalas Sherin dengan anggukan kepala.

"Haduh, Kakak ini ganggu aja! Katanya pulang malem, eh jam segini udah pulang," keluh Nina.

"Suka-suka gue dong!!" Reyhan menjulurkan lidahnya.

"Ih dasar, udah masuk aja tuh ke kamar!! Ganggu aja," Nina mendorong punggung Reyhan ke kamarnya.

Reyhan terkekeh melihat perilaku adik kembarnya itu. Tapi ia merasa ganjil dengan penampilan Nina yang berbeda.

"Lo potong rambut, Na?" tanya Reyhan.

Pertanyaan Reyhan berhasil membuat Nina menjadi tegang, "i...iya kak."

"Tumben."

"Nggg...a..nu kak," ucapan Nina pun menjadi terbata-bata.

Ia tak ingin Reyhan tahu kejadian yang sebenarnya.

"Kenapa, Na?"

"Gue suruh potong, Kak. Gue bosen sama gaya rambut Nina!" cetus Nino.

Reyhan menaikkan satu alisnya, "sejak kapan lo peduli sama Nina?"

Pertanyaan itu juga sukses membuat jantung Nino seperti tertancap benda tajam.

Nina memutar bola matanya, "udah, Kak Reyhan masuk ke kamar aja!! Nino kan udah mulai akrab sama Nina. Kak Rey nggak perlu khawatir."

Reyhan akhirnya memilih mengalah, "ya udah, gue masuk."

Setelah Reyhan masuk kamar, mereka yang ada di ruang tamu kini mampu bernapas lega.

Tatapan Nino beralih ke kembarannya, "lo punya rencana, Na?"

Nina menatap Nino bingung, "rencana apa?"

"Ya buat Steffanny."

Nina menunduk, "hmm, entahlah. Gue rasa nggak usah"

"Hah? Kenapa Na? Dia kan jahat sama lo!!" tukas Nino.

"Bales dendam nggak bakal nyelesain semuanya."

Nino mengangkat satu alisnya ketika mendengar perkataan Nina, "bukannya dulu lo itu berani banget sama Steffanny, malah kayak mau ngajak perang. Sekarang lo kok kayaknya takut banget gitu?"

Kembaran✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang