3

17.7K 1K 9
                                    

Seseorang mengangkat tubuh Nina. Nina yang setengah sadar membuka matanya.

Nina tersenyum, "Nino??"

Orang yang menggendong Nina, mengerutkan dahinya.

"Ngelindur Na? Ini Reyhan tau, bukan Nino!!"

Nina membelalakkan matanya. Reyhan pun meletakkan Nina, di kasurnya. Mereka sudah sampai kamar.

Nina menautkan alisnya, 'perasaan tadi Nino yang gendong deh'.

"Nina kira tadi Nino."

Reyhan menggeleng heran, "Nino tuh udah ngebo dari tadi, perasaan lo tadi tau deh. Lo juga kebiasaan tidur di ruang keluarga, kalau ngantuk ya langsung ke kamar. Berat tau gendong ke lantai dua," omel Reyhan.

Nina menggaruk kepalanya yang tidak gatal sambil cengengesan, "iyaa deh, kak. Maaf kak, emang kebiasaan. Tapi makasih kak,"

Reyhan tersenyum sambil mengacak rambut Nina yang sudah menjadi kebiasaannya, "yaudah, kakak ke kamar dulu. Tidur nyenyak, Na,"

Nina hanya tersenyum. Reyhan pun akhirnya keluar dari kamarnya. Dan ia pun melanjutkan tidurnya.

###

Bunyi alarm jam weker milik Nino membangunkan Nino. Hal itu tentu saja mengganggu Nino.

"Ck," ia mematikan jam wekernya tanpa melihat jam berapa saat ini.

Sebenarnya jam wekernya sudah berbunyi dari tadi, tapi ia selalu memencet tombol snooze. Bisa kalian bayangkan betapa terganggunya Nino.

Seseorang menggedor pintu kamar Nino. Membuat Nino mengerutkan dahinya.

"Nino kamu sampai kapan mau tidur?? Dibangunin dari tadi nggak bangun-bangun juga. Ini udah setengah tujuh, kamu mau telat??"

Nino langsung membelalakkan matanya dan melihat jam wekernya.

Ia menepuk dahinya, 'mampus gue,'

"Iyaa bun, Nino udah bangun kok," teriak Nino.

Ia langsung masuk ke kamar mandi, hanya membasuh muka dan menggosok gigi. Apalah kata orang nanti karena ia tak mandi. Nino sedikit membasahi rambutnya agar terlihat segar.

Ia pun buru-buru keluar kamar mandi dan memakai seragamnya. Ia menyemprotkan parfum yang banyak, sehingga dia tidak kelihatan kalau ia tak mandi. Tak lupa menata jambul kebanggaannya.

Setelah rapi, Nino segera menyambar tas dan segera turun ke bawah.

Di bawah sudah ada Bunda. Ia langsung memakan rotinya dan meminum susu cokelat yang telah disiapkan.

Bunda tergeleng-geleng, "kalau makan itu ya pelan-pelan. Tadi Nina udah berangkat sama Reyhan pagi-pagi,"

Nino tak menghiraukan perkataan Bunda. Tak sampai 5 menit, akhirnya sarapannya habis.

"Bun, Nino berangkat dulu," Nino mencium punggung tangan Bunda.

"Hati-hati. Kamu juga pake parfum wangi banget,"

Nino hanya bisa menyengir, "biar cewek pada klepek-klepek, Bun,"

Bunda hanya terkekeh. Sebenarnya ia tahu bahwa Nino belum mandi. Ia hapal betul dengan putranya satu ini.

Nino segera ke garasi. Dan menaiki 'si manis' alias motor ninja merah kesayangannya.

Nino memacu si manis dengan cepat. Tapi hal itu sama saja saat ia sampai di persimpangan jalan yang selalu macet.

Kembaran✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang