52

10.1K 557 9
                                    

"Oke, gue bakalan jelasin sekarang," ujar Gala sambil mematikan mesin motornya. Gala dan Nina kini sudah berada di depan rumah Nina. Nina pun segera turun dari motor Nina.

Nina tak menanggapi perkataan Gala. Hanya terdiam menunggu penjelasan dari Gala.

Gala menghembuskan napas beratnya. Sudah saatnya ia menjelaskan rasa yang ia pendam selama ini.

"Jadi, gue mulai suka lo pas pertama kali gue lihat lo mau audisi eskul band."

Nina melebarkan matanya, ia membatin, jadi selama ini Kak Gala udah nyukain gue sejak lama?

"Gue tau love at first sight itu mustahil terjadi, apalagi bagi cowok kayak gue. Tapi nyatanya gue ngerasain itu."

Nina hanya terdiam mendengar penjelasan Gala. Bukannya ia tak ingin menanggapi, tapi lidahnya terlalu kelu. Dan tentu saja ia sangat shock.

"Pas gue tau lo pacaran sama Eza-- sahabat gue sendiri, gue emang awalnya agak sakit hati," Gala tersenyum mengingat hal itu. "Tapi lihat lo bahagia sama Eza, gue... juga ikut seneng lihat lo senyum kayak gitu, meskipun lo senyumnya bukan buat gue."

Nina menundukkan kepalanya. Bahkan saat ini ia tak berani menatap mata Gala. Ia pun tidak menanggapi perkataan Gala.

"Gue ngerasa bodoh, gue emang terlalu gengsi buat nunjukkin perasaan gue ke lo. Dan akhirnya Eza dapetin lo duluan. Gue udah nyoba buat ngelupain lo, tapi gue nggak bisa," lanjut Gala sambil menggenggam tangan Nina yang dingin.

"Jadi gue sayang sama lo sampai detik ini," ia mengeratkan genggamannya. "Sekarang, gue merasa lega. Gue nggak bakalan maksa lo buat bales perasaan gue, Na."

Nina mendongakkan kepalanya, menatap wajah Gala dengan matanya yang mulai berair. Gala sendiri pun kaget, karena cewek yang didepannya itu menangis.

"A-aku minta maaf, Kak," lirih Nina. "Maaf karena selama ini, aku nggak bisa peka."

Dan di detik itu juga Gala membawa tubuh kecil Nina ke dalam pelukannya.

####

Nina mengerjapkan matanya karena cahaya pagi hari yang menyelinap masuk ke dalam kamarnya.

Ia melirik jam dinding. Jam menunjukkan pukul 7 pagi. Ia menghela napasnya. Satu jam lagi, pesawat yang dinaiki Eza akan berangkat ke Perancis.

Jujur, ia bingung. Apakah ia harus ke bandara atau tidak? Ia sangat ingin, tapi setelah ia mengingat kejadian semalam. Ia yakin bahwa akan terjadi awkward momment antara dirinya, Eza, dan Gala. Bahkan yang terburuk adalah Gala bisa saja tidak datang.

Nina menggeram kesal, mengapa kisah cintanya akan serumit ini? Ia hanya perempuan yang ingin merasakan cinta yang umum terjadi pada remaja seusianya. Tapi ia malah dihadapkan oleh semua ini, membuat kepalanya ingin pecah saat itu juga.

"Na, lo udah bangun belum? Gue mau masuk!!" Teriakan yang disertai ketukan pintu itu membuat Nina melirik ke arah pintu.

"Masuk aja! Nggak dikunci."

Pemilik suara tersebut pun masuk ke kamar Nina disertai senyuman yang terukir di wajahnya. Tapi senyuman itu pudar ketika ia melihat sang pemilik kamar yang masih duduk di tempat tidur, memakai piyama, dan rambut yang masih acak-acak.

"Ya ampun, Nina Felicia!! Lo sadar sekarang jam berapa?!"

"Jam 7," jawab Nina santai.

Kembaran✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang