17

13.1K 781 2
                                    

Nino jadi tersedak karena kehadiran Stefanny secara tiba-tiba.

"Kemarin katanya mau vidcall, eh ujung-ujungnya nggak jadi," Stefanny dan gengnya pun mengambil kursi untuk bisa satu meja dengan Nino.

Nino melap mulutnya dengan tisu, "kemarin lampu mati, gelap."

Stefanny memutar bola matanya, "hih, untung sayang."

Nino jadi tersenyum melihat tingkah pacarnya tersebut. Nino mencubit pipi Stefanny gemas.

"Ih, sakit tau!!"

Anggota geng Stefanny dan geng Nino hanya bisa tertawa geli melihat leader mereka masing-masing.

Salah satu anggota geng Stefanny, bernama Asha tiba-tiba datang dengan nafas yang tidak teratur.

Sontak saja semua anak yang ada di meja pun diam seketika.

"Lo kenapa, Sha?" Tegur Stefanny.

Asha tidak menjawab, ia menyodorkan ponselnya ke Stefanny.

Dan mata Stefanny langsung melotot melihat ponsel Asha.

Ia melihat foto kekasihnya tengah berboncengan seorang cewek di jalan. Dan ia sangat yakin jika yang ada di fotonya itu kekasihnya dan... Nina.

Stefanny langsung mengambil ponsel Asha lalu memperlihatkan foto itu ke Nino yang sedang terheran-heran.

"Is that you?" Tanya Stefanny dengan amarah yang menggebu di dadanya.

Nino melotot melihat foto itu. Ia jadi ingin mengeluarkan kata-kata kasar bagi siapapun yang mengambil foto itu.

"Aku tanya Nino, ini kamu kan?" Stefanny menatap Nino tajam.

Nino mengangguk, "iya, ini aku."

Ya, tadi pagi Nino terpaksa harus membonceng Nina gara-gara mereka bangun kesiangan. Dan tau-tau ada yang memfotonya.

Stefanny menggeram sambil mengepalkan tangannya,"Bangsat si Nina," amarah Stefanny memuncak.

Cewek itu langsung beranjak dari duduknya dan mencari Nina. Ternyata tempat Nina tidak jauh dari tempatnya berada.

Merasa sesuatu yang buruk akan terjadi pada kembarannya, Nino segera mencegah Stefanny.

"Bagus ya, ketawa-ketiwi habis ngerusak hubungan orang," ujar Stefanny sarkastik, membuat Nina, Rena, Vio,dan Radin menjadi terdiam.

Nina melirik Stefanny, ia tidak takut dengan cewek satu ini, "apa sih kak?"

Stefanny mengambil air putih yang ada di meja Nina, lalu mengguyurkan ke kepala Nina.

Sontak hati Nina memanas saat Stefanny melakukan hal itu. Sedangkan siswa lain tidak petcaya aksi Stefanny barusan.

"Dasar, sok polos! Lo kira gue nggak tau tentang lo dan Nino tadi pagi hah?!" Stefanny memperlihatkan foto itu tepat di depan wajah Nina.

Foto Nina dengan Nino berboncengan.

Nino terlambat mencegah Stefanny. Stefanny benar-benar kehilangan arah sekarang.

"Stef, apaan sih? Aku nggak ada apa-apa sama Nina. Kita cuman temen lama," bentak Nino.

"Oh, teman ya..." Stefanny menjadi sarkastik sekarang, "tapi temen nggak kayak gini!! Baru aja jadian kemarin, nggak bisa apa liat orang seneng," Stefanny lagi-lagi membentak tepat di depan wajah Nina.

Nina tak bisa berkutik sekarang, lidahnya menjadi kelu.

"Kak Stef, lo apa-apaan sih? Nina emang cuma teman lama Nino," sekarang Rena membela Nina.

Stefanny melirik Rena tajam, "lo nggak usah ikut campur."

Nino kini memegang lengan Stefanny. Mencegah Stefanny mengguyurkan air ke Nina lagi.

"Stef, lo ikut gue!" Nino menarik tangan Stefanny. Menjauh dari Nina dan kawan-kawannya.

Nina? Sudah tidak ditanya lagi, perasaan Nina bagaimana. Kesal, marah, kecewa, dan malu. Campur menjadi satu.

Apalagi air putih yang diguyurkan Stefanny, membuat ranbut dan bajunya basah.

Nina tidak akan membalasnya, Nina diam saja tadi. Toh, Stefanny cuma salah paham saja.

Karena satu fakta yang belum diketahui Stefanny yaitu Nina adalah kembaran pacarnya.

Nina terdiam. Bahkan teman-temannya tidak berani untuk menegurnya. Karena menurut Rena, Vio, dan Radin, diamnya Nina itu menyeramkan.

Nina beranjak dari duduknya meninggalkan teman-temannya.

"Na, tungguin!!" Ucap Rena, Vio, dan Radin bersamaan. Mereka berusaha mengejar Nina.

Tapi Nina berjalan terlalu cepat. Hingga ia seperti menghilang di antara siswa yang ramai di kantin.

###

Akhirnya Nina sampai pada tempat tujuannya. Setidaknya di tempat ini tenang dan tidak akan ada yang mengganggunya.

Ya, dia di rooftop sekolah.

Kini air mata yang ia bendung sedari tadi, mengalir deras begitu saja.

Nina memang tidak takut dengan Stefanny. Tapi Nina tidak pernah diperlakukan seperti itu. Dan ia tidak suka diperlakukan seperti itu. Hal itu tidak etis baginya.

Apakah Nino benar-benar buta? Sampai ia mencintai cewek seperti Stefanny yang attention seeker. Hati orang tidak bisa ditebak.

"Udahan nangisnya," suara berat itu membuat jantung Nina berdegup.

Jadi dari tadi gue nangis ada yang dengerin?, batin Nina.

Kini ia mulai mengatur nafas dan mulai memberanikan diri untuk mencari sumber suara itu.

Ia sepertinya kenal suara itu.

###

Maaf part ini pendek, tapi emang sengaja dibuat pendek sih. Hehehehhe

Gimana pendapat kalian tentang teenfiction ini? Tambah bagus, gaje, atau apalah gitu. Comment yaaaa.

Semoga kalian suka part ini. Dan makasih yang udah baca part ini.

Vote+comments as always

Kembaran✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang