22

13K 773 11
                                    

Nina melewati ruang keluarga secara mengendap-endap. Ia tidak ingin Nino tahu bahwa ia udah pulang. Pasalnya ia sangat malas untuk berdebat dengan kembarannya itu lagi.

"Lo dianterin si Eza lagi, kan? Jangan dikira gue nggak tau."

"Sialan," umpat Nina dengan suara kecil.

Nina pun menoleh ke Nino, "emang apa peduli lo, hah?"

Nino berjalan ke arah Nina, "lo udah berapa kali break the rules?"

Nina menatap mata tajam milik Nino, kini dirinya sudah tidak takut melihat manik mata milik Nino.

"No,  lo tau sendiri kalo gue itu udah eneg sama perjanjian yang kita buat. Jadi, ya, aku udah dua kali bawa Eza kesini. Gue capek, No!!" Bentak Nina.

Nino terdiam mendengar bentakan Nina. Baru kali ini kembarannya membentak Nino.

"Lo nggak bisa atur hidup gue. Gue benci sama lo, No!"

Nina segera naik ke lantai dua meninggalkan Nino yang masih terdiam.

Reyhan yang tadinya berada di kamar, langsung keluar karena mendengar suara ribut kedua adiknya itu.

"Lo ribut lagi sama Nina?"

Nino hanya berdeham.

"Heh, lo pikir gue nggak tau perjanjian lo sama Nina? Gue tau semuanya, No."

Mata Nino membelalak mendengar ucapan Reyhan. Sepandai-pandai tupai melompat, pasti dia akan jatuh juga. Itulah perumpamaan yang pas untuk Nino saat ini.

"Lo itu kesurupan apa sih, No? Lo kenapa nggak ngakuin kembaran lo sendiri?!"

Nino hanya terdiam. Sungguh ia tidak tahu mau menjawab apa.

"Untung cuma gue yang tahu. Kalo bunda tau, mau jadi apa lo?

"Sebenci-bencinya lo sama kembaran lo sendiri, jangan sampe lo nggak ngakuin ke orang lain kalo Nina itu kembaran lo!!" Bentak Reyhan dengan menggebu-gebu.

"Dua minggu lagi, Bunda pulang. Gue nggak mau tau, lo harus baikan sama Nina," Reyhan pun meninggalkan Nino yang masih termangu.

"Gue ngejauhin Nina di sekolah buat kebaikan Nina sendiri. Kenapa sih nggak ada yang bisa ngerti?" Gumam Nino, lalu ia pun bergegas ke kamarnya.

Sedangkan di dalam kamar Nina, Nina terisak mendengar pertengkaran Nino dan Reyhan yang terdengar sampai ke lantai atas.

Nina merasa bahwa penyebab Nino dan Reyhan selalu bertengkar adalah dirinya sendiri.

Padahal Nina tadi benar-benar bahagia sebelum melangkah masuk ke rumahnya dan bertemu Nino.

"Kak, kita mau kemana?"  Tanya Nina bingung. Ia merasa bahwa jalan yang mereka lewati bukan jalan ke rumahnya.

"Udahlah kamu ikut aja, nanti juga tau."

Nina pun mengangguk.  Ia pun memandangi Eza yang sedang serius menyetir. Eza benar-benar tampan kalau sedang serius.

Dan Nina pun tertangkap basah karena telah mengamati Eza.

Eza menyengir, "ngelihatin aja. Emang ganteng ya?"

Nina pun mencubit lengan kiri Eza," ih pede banget ya sekarang."

Eza pun terkekeh melihat cewek sekaligus gebetannya berada di sampingnya.

"Mau drive-thru MCD nggak?" Tawar Eza.

Nina mengangguk, "boleh, kebetulan aku laper."

Eza pun segera mengegas mobilnya ke MCD terdekat. Dan sampailah mereka.

"Mau pesen apa?"

"Burger sama McFlurry matcha aja, McFlurry nya pake topping oreo," ujar Nina.

Eza pun menganggukkan kepalanya. Lalu mulai memesan.

Tak lama pesanan mereka sudah siap. Dan Eza segera membawa mobilnya keluar dari MCD.

"Mau dimakan dimana, kak?" Tanya Nina.

"Di deket rumahmu kan ada taman kecil, kita makan disitu aja."

Nina mengangguk setuju. Bukan ide yang buruk. Lagian masih jam setengah 5 sore.

Tak lama kemudian, mereka pun akhirnya sampai.

"Mau makan diluar atau di mobil?"

Nina melepas seatbelt, "udah disini aja, lagi males keluar."

Mereka berdua makan dalam diam. Tidak ada yang angkat bicara sedari tadi.

Eza melirik Nina yang melahap burger dengan semangat. Sampai mulutnya belepotan.

Eza hanya terkekeh melihatnya. Jarang sekali ada cewek yang nggak sok jaim di depan cowok, apalagi cowoknya ganteng.

"Cantik sih cantik, tapi makannya belepotan gitu," ejek Eza.

Nina pun mengangkat bahu. Ia tidak peduli, yang penting ia makan.

Eza pun mengambil selembar tisu yang berada di dashboard mobil. Lalu ia mengusap mulut Nina.

Dan hal itu mampu membuat Nina meleleh seketika.

Apakah ini hanyalah mimpi Nina?

Tidak. Bahkan rasanya menelan burger yang ada di dalam mulut Nina pun susah.

Dan terjadilah suasana yang canggung di antara mereka berdua.

Nina kini beralih ke McFlurry miliknya. Ia pun dengan perlahan menyuapkan ke mulutnya.

Ia jadi teringat pada hari dimana Eza menembaknya. Dan Nina belum memberikan jawaban apapun. Dan hal itu membuat Nina merasa bersalah.

Dan mungkin ini saatnya untuk menjawab.

"Kak.."

Eza menoleh, "apa?"

"Aku mau kak," ujar Nina.

Eza mengangkat satu alisnya.  Mencoba mencerna apa yang dikatakan Nina.

Mata Eza melebar, "kamu mau jadi pacarku?"

Nina mengangguk mantap.

Dan jangan ditanya, Eza sangat senang bukan main.

Bahkan dia membawa Nina ke pelukannya. Ia mengelus rambut panjang Nina secara perlahan.

"Makasih, Na. I love you."

"Yeah, love you too, kak."

Dan jangan ditanya lagi, bagaimana keadaan jantung Nina. Sudah pasti jantung Nina meloncat-loncat menerima perlakuan lembut Eza.

###

Haiii! Maaf pendek yaa, maaf juga kalau feel-nya nggak dapet.

Dan, finally Eza sama Nina jadian, yeayy!

Vote dan comment jangan lupa yaa.

Oh iya aku bikin teenfiction baru lhoo, judulnya Beauty Full. Adakah yang mau baca??
Kalau banyak yang mau baca, cepat atau lambat bakalan di publish kok :))

Kembaran✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang