54

9.6K 548 22
                                    

Sherin segera melangkahkan kakinya ke dalam kafe yang selalu ia kunjungi bersama Nino. Senyumnya tak bisa di tahan lagi saat ia mendapati Nino yang kini sedang duduk di dalam kafe, ditemani dengan secangkir teh hijau favoritnya.

Padahal ia sangat tahu bahwa Nino sebenarnya sudah memiliki janji bersama ketiga teman idiotnya. Tapi kini lelaki itu juga menepati janji yang dibuat bersama Sherin. Entah mengapa, hari ini Sherin sangat ingin menghabiskan harinya bersama Nino.

"Gue kira lo nggak bakalan dateng," Sherin mendaratkan bokongnya di kursi yang tepat menghadap Nino.

Nino menyengir, "apa sih yang enggak buat kamu?"

"Tapi lo kan juga udah ada janji sama temen-temen lo."

"Udah selesai kok urusannya," Nino menatap manik mata Sherin yang menjadi favoritnya. "Jadi... ada apa?"

Sherin menundukkan kepalanya, ia sungguh tidak mampu membalas tatapan pacarnya yang begitu tajam.

"Ehm, gue sebenernya lagi bosen dan bingung mau ngapain di apartemen, jadinya gue ngajak ketemuan disini."

"Bosen?" Nino mengangkat satu alis tebalnya. "Hei lo bisa minta gue dateng ke apartemen lo. Nggak usah sampe janjian disini, lo-nya jadi susah gitu."

Sherin tersenyum tipis mendengar perkataan Nino,  "gapapa kok, sekalian cari angin juga."

"Mau minum?"

Sherin menggeleng pelan.

Nino menghela napasnya, "jadi sekarang kita mau ngapain?"

"Gatau, gue sendiri bingung."

Nino memutar otaknya, mulai mencari ide untuk membuat Sherin ceria, pasalnya kali ini wajah Sherin terlihat lesu. Dan hal itu benar-benar mengganggu pikiran Nino Fernando. Tidak memerlukan waktu lama, sekelebat ide tiba-tiba lewat di otak Nino.

"Movie marathon?"

Sherin mengerutkan dahinya, "di apartemen gue?"

Nino mengangguk yakin.

"Ah, gue bosan di apartemen, No. Di luar aja," tolaknya secara halus.

Perkataan Sherin membuat Nino kembali memutar otaknya. Ia harus mengajak Sherin kemana? Bioskop? Menurut Nino, hal itu akan sangat membosankan. Lalu sekelebat ide pun muncul kembali di otaknya.

"Lo tunggu di luar dulu ya, gue mau bayar minum," pinta Nino secara tiba-tiba. Membuat perempuan di hadapannya itu melebarkan mata.

"Hah? Mau ngapain?"

"Udah, pokoknya keluar aja dulu."

Nino mendorong punggung Sherin pelan ke arah luar. Membuat perempuan itu bingung dan akhirnya terpaksa menuruti pacarnya itu.

Setelah beberapa menit di luar kafe, akhirnya Nino pun keluar dari kafe tersebut.

"Kita mau kemana sih?" Tanya Sherin bingung.

"Udah pokoknya ikut aja," Nino menarik tangan Sherin ke arah motornya yang terparkir.

Ia langsung menaiki motor tersebut dan mengaktifkan mesinnya. "Naik, Sher."

"Hah? Tapi gue nggak bawa helm."

"Kita ke apartemen lo dulu aja. Lagian nggak mungkin kan, kamu bakalan keluar pake kaos doang, suhunya sekarang dingin lho. Jadi nggak usah bawel, naik aja."

Pikir Sherin, ucapan Nino ada benarnya. Ia memang hanya memakai kaos lengan pendek saja, tanpa jaket. Padahal baru saja satu jam yang lalu hujan berhenti. Hal itu membuat suhu mendingin. Sherin menghela napasnya, ia akhirnya menurut pada Nino.

Kembaran✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang