"Lo nyari Sherin?"
Nino melirik ke pemilik suara itu. Lalu menghela napasnya saat tebakannya benar, ia sangat mengenali pemilik suara itu.
"Mending kita duduk dulu aja." Tawar Gala sambil menunjuk sebuah kursi panjang yang kosong. Ia pun berjalan mendahului Nino menuju kursi tersebut.
Nino pun menyusul kakak kelasnya itu untuk duduk sejenak. Hening menyelimuti dua laki-laki itu. Belum ada yang memulai pembicaraan, hingga pada akhirnya Nino-lah yang berbicara.
"Sherin nggak ada di kelas waktu pembagian rapor, padahal kakaknya datang dan bahkan kakaknya omong-omongan sama gue. Gue udah berusaha nyari dia, tapi hasilnya nihil."
"Lalu?"
"Gue nggak tau persis apa yang terjadi sama Sherin," Nino menghela napasnya. "Yang gue tau, dia di bully. Dan gue pun nggak tau kapan Sherin disakiti kayak gitu. Gue... gue merasa jadi pacar yang buruk."
Gala mengangkat salah satu sudut bibirnya. "Gue tau persis apa yang mereka lakuin ke Sherin waktu itu. Gue lihat semuanya."
Nino mengerutkan dahinya dan menatap Gala dengan tajam. "Maksud lo??"
Gala tak menjawab pertanyaan Nino, lelaki itu malah mengeluarkan sesuatu dari saku celananya dan memberikan lembaran-lembaran foto itu pada Nino.
Nino mencermati foto-foto tersebut dengan seksama. Ia melihat Sherin yang sedang di hadang oleh beberapa perempuan. Tapi ia tak tau siapa perempuan-perempuan itu. Dan ia juga bisa melihat wajah Sherin yang sangat ketakutan. Hal itu membuat hatinya mendidih seketika.
Nino mengangkat foto-foto tersebut tepat di hadapan Gala. "Lo dapet foto-foto ini dari mana??"
Gala menghela napasnya. "Gue lihat Sherin waktu digituin."
"Kenapa lo nggak nolongin dia hah?"
"Gue nolongin dia setelah cewek-cewek itu pergi. Gue mau buat bukti dulu, biar lebih gampang aduin ke sekolah."
Tangan Nino mengepal, ia menarik kerah seragam Gala. "Lo, kenap nggak bantuin Sherin dari awal hah?!?! Kalo bantuin Sherin dulu, dia pasti nggak bakal terpuruk kayak gini!!!"
"Terus apa kabar lo yang ninggalin pacarnya yang pulang sendirian hah?!! Lo tau, Sherin itu butuh lo, tapi lo nggak ada. Masa lo sebagai pacar nggak ngerasain yang ganjil sih?!"
Nino melepaskan tangannya dari kerah seragam Gala. "Gue emang bukan pacar yang baik, gue nggak bisa lindungin Sherin dengan baik."
"No, Sherin itu sayang banget sama lo, dia nggak serius pas dia bilang dia pengen putus sama lo. Dia diancam, No."
Nino terdiam.
Gala menepuk pundak Nino. "Perjuangin Sherin kalau lo bener-bener sayang sama dia. Dia ada di gudang perpustakaan sekarang. Gue mau balik duluan."
Gala pun meninggalkan Nino yang kini masih terpaku di tempatnya. Gudang perpustakaan. Ya, Nino ingat bahwa tempat itu adalah tempat yang membuat Sherin tenang. Meskipun namanya gudang, tapi ruangan itu tidak seperti yang kalian pikirkan. Gudang tersebut sangat terawat dengan baik.
Tanpa berpikir lagi, Nino segera melangkahkan kaki jenjangnya ke tempat tersebut.
Sesampainya di gudang perpustakaan, ia melihat Sherin yang kini sedang membaca sebuah buku tebal. Entah buku apa itu, Nino tidak peduli. Ia langsung berjalan ke hadapan Sherin.
Sherin yang menyadari kehadiran Nino langsung beranjak dari duduknya dan ia ingin segera keluar dari ruangan tersebut.
Tapi Nino menghentikannya dengan menahan tangan Sherin. Lagi, air mata Sherin jatuh kembali.
"Jangan pergi," lirih Nino membuat Sherin menahan tangisnya. "Jangan tinggalin aku."
Nino pun langsung menarik Sherin kedalam pelukannya. Ia meletakkan dagunya pada puncak kepala Sherin.
"Aku emang bukan pacar yang baik buat lo. Maafin aku yang nggak disamping kamu waktu kamu butuh aku. Tolong jangan nganggap ancaman-ancaman itu serius, Sher. Aku... aku sayang kamu."
"Aku takut sama semua itu, No. Aku takut." Lirih Sherin dengan suara yang bergetar.
Nino melepaskan pelukannya, "Ada aku, Sher. Aku janji bakal ngelindungin kamu. Sekarang senyum dong, jangan nangis lagi."
Perlahan senyum Sherin terukir di wajah cantiknya. "Makasih, No. Aku sayang kamu."
####
Gala mengernyitkan dahinya saat mendengar ajakan Nina. Nina sedang meneleponnya.
"Nonton??"
"Iyaa, nonton film bagus yang baru keluar itu lhoo. Gue nggak mungkin ngajak Nino, ya lo tau sendiri kan kalau dia lagi nyelesaikan masalahnya sama Sherin. Please, temenin Nina yaa."
Gala menghembuskan napasnya, demi gebetannya, ia akan menurutinya. Meskipun ia tidak suka dengan film yang akan dilihat Nina, yang menye-menye. Sebenarnya ia lebih suka dengan film action.
"Yaudah, gue bakal kesana dalam 10 menit lagi. Lo siap-siap ya."
Lalu terdengar suara Nina yang berteriak kegirangan.
"Yeayy, makasih Kak. Nina siap-siap dulu ya. Hati-hati dijalan nanti."
Gala tersenyum senang mendengar Nina. "Oke, gue tutup dulu ya."
Gala pun memutuskan sambungan teleponnya dengan Nina. Ia tidak bisa menahan rasa senangnya saat ini, karena untuk pertama kalinya, ia dan Nina akan nonton berdua.
"Untung gue udah mandi." Gumamnya sambil memilih baju yang akan dipakainya.
Ia memilih untuk memakai kaos favoritnya saja. Kaos berwarna biru yang bertuliskan 'MAINE'. Dan ia padukan dengan ripped jeans hitam.
Setelah puas dengan penampilannya, ia segera berangkat ke rumah Nina.
####
Hayyy, akhirnya bisa ngelanjut ini. Maaf kalau part ini absurd dan pendek. Ini cuma penyelesaian masalah antara Nino sama Sherin aja. Tapi aku kasih Nina-Gala sedikit disini.
Dan makasih untuk 100k readersnya, aku seneng banget pas buka wp barusan ini. Dan ternyata udah 100k+ yang baca.
Maafin aku juga, pada part kemarin aku nggak bales comment kalian. Entah kenapa, wpku nggak bisa dibuka selama beberapa waktu. Dan aku baru buka sekarang ini aja.
Vote dan comment yaa untuk part ini. Makasih, sampai jumpa di chap selanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kembaran✔
Teen FictionKlise. Mungkin banyak diantara kalian yang menganggap bahwa memiliki saudara kembar adalah hal yang menyenangkan. Apalagi kembarannya berbeda jenis kelamin. Tapi berbeda dengan yang berbeda dialami oleh Nina Felicia dengan kembarannya Nino Fernando...