2. Friendzone

20.7K 1K 42
                                    

- Aku lebih suka untuk tetap mencintaimu, tidak peduli betapa menyakitkannya itu. Aku ingin tetap menyukai mu, tidak peduli sebenci apapun kamu pada perasaan ini. -

"Sini ke depan!" Suara Pak Rudy menginterupsi di kelas yang telah disulap menjadi beku. Hening. Senyap.

Lea berdiri dengan lambat. Berjalan ke depan dengan kaki yang sedikit gemetar.

Ini gak ada kamera apa, ya?

Mau lambai-lambai ini aduh gak kuadh:(

"Apa maksud kamu ngomong gitu?"

"M-maaf Pak... saya hanya berusaha jujur," Lea menundukkan wajahnya dalam-dalam, "saya tidak bermaksud merendahkan Bapak, atau menghancurkan image Bapak di depan Bu Riza. Saya hanya menjawab pertanyaan Bu Riza yang di tujukan pada saya, Pak," Lea masih setia menundukkan wajah di depan Pak Rudy. Bukan takut, hanya tidak berani.

"... d-dan, s-saya bukan tukang ngadu Pak! Saya berbicara sesuai dengan apa yang saya rasakan," lanjut Lea.

Pak Rudy sedikit melebarkan matanya, menepuk-nepukan tangannya dengan sinis, "WAW!!"

"Hebat!! Saya sangat kagum melihat siswi tidak tau sopan santun di depan saya ini," ucap Pak Rudy penuh penekanan. Membentuk senyuman miring, dengan tatapan nyalang ke arah Lea.

Setelah puas memberikan ancaman lewat tatapan mata pada siswi yang berhasil menyulut amarah nya itu, kini Pak Rudy mengalihkan fokusnya pada anak-anak yang begitu sunyi tak bersuara.

"Kelas XII IPA-3!! Apakah semua murid yang ada di ruangan ini sama tidak menyukai saya?! Membicarakan kejelekan saya di belakang?" Pak Rudy menjeda kalimatnya sebentar, namun tidak ada satu anak pun yang berani menjawab.

Guru laki-laki itu tersenyum picik, "Kalian sama seperti dia?" Pak Rudy menunjuk Lea penuh amarah, "Yang udah tau salah, tapi masih berani cari alasan! Yang udah tau salah, tapi gak tau caranya minta maaf!"

Lea yang tadinya menundukkan wajah dalam-dalam, kini mendongakan kepalanya dengan tegas. Menatap pria di hadapannya dengan tajam. Akibat kalimat memuakkan yang baru saja ia dengar.

Melihat anak XII IPA-3 hanya diam, membuat Pak Rudy merasa diacuhkan, "Apa kalian juga sependapat dengan dia? Apa yang dia bicarakan tentang saya itu benar menurut kalian juga?!"

Semuanya diam.

"JAWAB!!!"

"E-enggaaak Pak!" Teriak mereka kompak.

Lea membulatkan matanya. Tadi mereka juga ikut teriak-teriak, kok! Kenapa sekarang bilang enggak?!

Ah gak punya nyali!

Pak Rudy menyunggingkan senyum kemenangan. Beralih menatap Lea dengan menyebalkan, lalu mengangkat sebelah alis dengan bangga, "See? Berarti disini cuman kamu yang gak suka sama Saya?"

Lea berdecih tak percaya, "Bapak kira mereka jujur, Pak? Bapak kira mereka bakal berani ngomong yang sebenernya depan Bapak? Mereka gak punya nyali, Pak!" Suara lantang Lea membuat teman-temannya semakin diam merasa bersalah.

Merasa bersalah membiarkan Lea melawan Pak Rudy sendirian. Merasa bersalah, sebab memilih menjadi pengecut daripada mengungkapkan kebenaran. Bodoh. Mereka sungguh merasa bodoh!

"Jika kamu memang tidak suka Saya... silahkan keluar sekarang! Saya tidak butuh murid tak tahu aturan macam kamu!"

Lea menyipitkan matanya sekilas. Mengepalkan tangan kuat-kuat. Menahan amarah yang sudah ingin dikeluarkan ke permukaan.

Why Stay Away?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang