- Dia yang bahkan dengan mata terpejam mampu membuat hatiku bergetar. Dia yang bahkan dalam keadaan tak sadar mampu membuat darahku berdesir hebat.-
. . .
Langkah tak tenang yang datang dari arah kiri berhasil mengusik ritual diam seorang Randy. Ia mendongak, melihat beberapa siswa/siwi SMA yang ia kenali adalah teman sekelasnya kini tengah melangkah menghampirinya, bersama Ayra yang memimpin langkah mereka. Cowok itu memicingkan mata heran, mencari-cari sosok yang ia tunggu-tunggu sejak tadi. Namun sosok itu tak tertangkap irisnya, tak mendamaikan hatinya.
"Ren, Seza gimana?" tanya salah satu dari mereka.
"Zahra mana? Katanya mau kesini?"
"Tadi dia berantem sama Lea di depan, terus pergi keluar gak tau kemana."
Randy bangkit dengan cepat, menatap lekat-lekat pada tujuh orang teman nya yang datang, "gak ada yang nahan dia?"
"Pengkhianat kayak dia buat apa dilindungi Ren? Kita udah tau semuanya," sahut teman laki-lakinya.
Randy berdecak, "bacot lu semua!"
Ia segera berlari menerobos kerumunan yang menghalangi jalannya. Berlari cukup kencang menyusuri koridor yang dapat membawanya menuju pintu depan.
Langkahnya tiba-tiba tercekat saat melihat dua orang yang sangat ia kenali tengah berjongkok ditengah-tengah koridor. Randy menghela napas, kembali ia ciptakan langkah kecil yang membawanya sampai di depan mereka.
"Zahra mana?" suara datar nan dingin milik Randy berhasil membuat Lea dan Rayyan mendongak bersamaan.
Rayyan mengernyitkan dahi, "ngapain lu nyari Zahra?"
Randy diam. Tak ingin menjawab.
Lea memicingkan mata, "lu ada di pihak dia?"
Randy menarik napas, "lu berhak marah sama dia, lu berhak caci maki dia, lu berhak lampiasin segala kekecewaan lu sama dia. Lu berhak buat lakuin itu semua, karena dia emang salah. Tapi sekarang udah jadi tugas gue untuk selalu ada disisi dia, tugas gue buat nenangin dia, dan akan selalu jadi tugas gue buat lindungin dia," Randy menyelesaikan cerocosannya dengan santai, mengundang perangahan tak percaya dari kedua orang yang menatap dirinya.
Randy mendengus, "kalo gak tau yaudah," cowok itu kembali mengambil langkah cepat untuk mencari Zahra. Mencari gadis yang telah berhasil mencuri hatinya.
Lagi-lagi kaki Randy dipaksa untuk berhenti saat sudut matanya tiba-tiba seperti melihat sosok yang tak biasa tengah berdiri di samping pintu. Seolah bersembunyi dari sesuatu. Secepat kilat Randy menoleh pada sosok itu. Takut sosok itu akan tiba-tiba menghilang seperti yang biasa ada di film-film.
Dan, rengutan sempurna akhirnya terlukis jelas di wajah Randy. Afra?
Cowok itu menaikkan sebelah alisnya, "ngapain lu disini?"
Gadis itu diam. Menegang ditempat. Menelan ludahnya dengan kuat.
Randy mengernyit. Lalu entah kenapa matanya tiba-tiba tertarik kembali pada dua orang yang kini sudah mengambil posisi di kursi besi tanpa tangis yang menghiasi. Cowok itu diam sebentar. Berusaha peka pada perasaan wanita. Sejurus kemudian ia segera melempar tatapan usil nya, berusaha menggoda Afra yang kini tak mampu berbuat apa-apa.
Sedetik setelahnya, senyuman miring segera terbentuk dari bibir Randy, "sakit ya, liat pujaan hati sama
cewek lain," setelah berhasil menggoda dengan telak, tanpa menunggu respon apa-apa Randy segera berlari dan berseru, "SAKIT ANJING SAKITT!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Why Stay Away?
Teen Fiction"Salah gue cinta sama lo? gue bahkan gak tau, sejak kapan perasaan itu ada. Gua bahkan gak ngerti, kenapa gue bisa cinta sama lo. Gue bahkan gak pernah sadar, kalo gue takut kehilangan lo!" [Alea Afsheen Nindya] "Gue kira, gue gak suka dia. Tapi ter...