21. Rindu Tak Selalu Cinta

10.9K 510 21
                                    

- Kenapa perempuan selalu mengharapkan laki-laki yang hatinya entah untuk siapa, tanpa melihat sosok lain yang sudah jelas memperdulikannya? -

•••

Lea membulatkan mata, melihat sosok yang menyebalkan baginya memasuki kelas dengan angkuh.

Dengan cepat gadis itu menoleh pada Zahra, "Jam pertama IPS emang, ya?"

Zahra menoleh, "Itu siapa?"

Lea sedikit mengerutkan keningnya. "Ya Pak Rudy, lah."

"Pak Rudy guru apa?"

"Ips." Sahut Lea dengan polos.

"Ya udah gak usah nanya." Kata Zahra dingin, lalu mengalihkan pandangannya ke depan.

Lea mendelik, "Rese."

Pak Rudy menyimpan buku andalannya di atas meja guru, lalu berdehem. Mata nya menyapu setiap orang anak yang diam memandangi nya.

"Kamu, sama kamu! Ngapain masih disini? Keluar!" Hardik guru itu, dengan telunjuk yang mengarah pada Lea dan Seza. Menyebalkan.

Lea menghembuskan napas pelan. Kemarin kemarin dia seneng seneng aja kalo disuruh keluar. Dua jam pelajaran IPS itu bisa ia habiskan dengan sekejap bersama Seza. Tapi sekarang? Oh, ayolah, hubungannya dengan Seza sedang merenggang. Bagaimana bisa ia menghabiskan 80 menit itu dengan bosan?

Lea dan Seza masih diam ditempat. Sama-sama enggan beranjak.

"Cepetan keluar!" seru Pak Rudy lagi, kali ini dengan nada yang sedikit lebih tinggi.

Mereka --Lea dan Seza-- mendengus, lalu beranjak, bersamaan.

"Buang-buang waktu aja," ucap Pak Rudy pelan, ketika dua remaja itu melangkah keluar kelas.

Lea terdiam sejenak di belakang tubuh tegap milik Seza, sampai akhirnya laki-laki itu melangkah menjauhinya. Entah akan kemana.
Lea menghembuskan napas pelan, terlalu menyakitkan melihat Seza menjauhuinya dengan jelas seperti ini.

"Kemarin lo baik sama gue. Hari ini lo jauhin gue lagi. Sebenci itu lo sama gue?" Seza berhenti, saat suara bergetar milik Lea menyelusup ke telinganya.

"Gue bukan layangan yang bisa lo tarik ulur seenaknya." Lea menggigit bibir bawahnya, masih menatap punggung Seza yang tetap diam tanpa kata.

"Dan gue gak sebego itu, sampe gak bisa bedain mana layangan mana manusia." Kata Seza dingin.

"Soal kemarin, lo gak usah baper. Gue nganterin lo karena lo udah nolongin gue, padahal gue gak butuh perlindungan dari cewek."

Setetes air keluar secara otomatis dari mata penuh luka milik Lea. Hey, kemarin itu sakit. Bahkan masih terasa sampai sekarang di perutnya.

"Oh." Hanya itu yang mampu Lea katakan. Pita suaranya terlalu lemah untuk mengalahkan rasa sakit yang menghantam sekeping hati tulus miliknya.

Ia ingin mengatakan banyak hal pada Seza. Tentang rasanya yang tak pernah meminta balasan. Tentang hatinya yang masih tetap memilih Seza. Tentang sesuatu yang hilang saat Seza pergi menjauhinya. Tentang semuanya.

Isakan kecil membuat Seza menghembuskan napas gusar. Hatinya berteriak untuk berbalik, tapi ego nya berkata jangan. Ia juga merasakan sakit yang sama. Bagaimana rasanya harus menjauh, padahal dia ingin dekat. Bagaimana rasanya harus terlihat dingin, padahal dia rindu kehangatan. Cinta memang selalu membawa luka, karena itu ia membencinya. Andai saja sahabatnya itu tidak terjebak dengan kata cinta, mungkin semuanya akan tetap sama seperti dulu. Tidak ada luka.

Seza menarik napas, "Lupain gue."

Lea sontak mendongak, "Lupain rasa itu. Berhenti suka sama gue. Hapus nama gue di hati lo. Lupain semuanya yang bikin hati lo jatuh ke gue. Cukup sampe sini lo patah hati."

Why Stay Away?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang