- Tidak ada yang bertanggung jawab atas lukamu, itu resiko mencintai -
•••
Dua cogan itu memfokuskan pengamatannya pada titik yang sama, monitor. Setelah mencari semalaman dan tidak menghasilkan apapun, akhirnya mereka memutuskan untuk datang ke sekolah lebih pagi, bahkan terlalu pagi.
Keduanya terfokus pada rekaman CCTV yang hanya ada satu-satu nya di sekolah mereka ini. CCTV yang hanya dipasang di dekat gerbang. Berharap dapat menemukan petunjuk; ke arah mana Lea pergi.
Seza dan Rayyan terdiam, penjaga sekolah yang menemani mereka pun ikut terdiam, walau sebenarnya tidak tau apa-apa, tapi Pak Mulya mengizinkan dua anak menyebalkan ini untuk melihat CCTV nya, siapa tau memang ada yang serius.
Saat terlihat sudah tidak ada lagi yang keluar dari gerbang itu, Seza dan Rayyan saling melempark pandangan bingung.
"Gua gak ngeliat Lea," kata Rayyan.
"Berarti dia belum keluar," Seza menundukkan wajahnya, berusaha berpikir.
Handphone Lea gak bisa dihubungin. Di sekolah ini, yang gak ada sinyal cuma di..
"Gua tau!" Seza mendongak, lalu segera berlari meninggalkan Rayyan yang juga langsung mengikuti gerakan Seza.
"Kemana Za?!"
"Gudang atas!!" Seza terus berlari tanpa sedikitpun mengurangi kecepatannya, membuat Rayyan sedikit tertinggal dibelakang nya.
Koridor yang masih belum terlalu ramai, membuat mereka dapat dengan cepat sampai di depan gudang ini.
Mereka berhenti di depan bangunan yang berada di paling pojok lantai dua. Sangat sepi.
"Lo yakin Lea ada di dalem?" Rayyan memegang lututnya, capek juga lari dari bawah kesini.
"Iya," napas Seza pun tak kalah hebatnya dari Rayyan; sama-sama kehabisan napas.
"Leaa!!" Seza mulai menggedor-gedor pintu tua itu. Tidak ada jawaban.
"Aleaaa!!" Kali ini Rayyan.
Masih tidak ada jawaban.
Sementara di dalam, teriakan-teriakan itu membuat mata Lea terbuka pelan. Ia bernapas lega, akhirnya ada orang yang berhasil menemukannya. Sialnya tubuhnya tak mampu melakukan pergerakkan apapun, ia sudah tidak kuat. Napas nya berhembus sangat pelan, bahkan untuk mengeluarkan suara pun rasanya sulit.
"Gue disini," bisiknya pelan, sangat pelan.
"Leaa? Kasih kita tanda kalo lo ada di dalem!" teriak orang diluar sana. Membuat Lea rasanya ingin berteriak. Tapi akhirnya, ia hanya bisa mengetukkan jarinya pada pintu itu. Itu pun sangat pelan.
"Gua denger sesuatu!" Seza menempelkan telinganya pada pintu.
"Lea?" panggilnya.
"Tolong," bisikan itu samar-samar di telinga Seza. Tapi dia yakin, itu Lea.
"Lea ada di dalem, gua yakin!"
Kekhawatiran Rayya memuncak, mata nya menunjukkan kecemasan. "Dobrak pintunya?"
"Jangan! Gua denger suara Lea disini," Seza menunjuk sudut kanan pintu, "kalo kita dobrak, Lea bisa kebanting."
Rayyan mendengus, "Terus gimana?"
"Pecahin jendelanya," kata Seza pelan.
"Pake apa?"
Seza diam sebentar, mengedarkan pandangannya, mencari sesuatu yang dapat menghancurkan jendela gudang ini. Tapi sayangnya tak ada apapun, di lantai dua ini mana ada benda keras seperti batu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Why Stay Away?
Teen Fiction"Salah gue cinta sama lo? gue bahkan gak tau, sejak kapan perasaan itu ada. Gua bahkan gak ngerti, kenapa gue bisa cinta sama lo. Gue bahkan gak pernah sadar, kalo gue takut kehilangan lo!" [Alea Afsheen Nindya] "Gue kira, gue gak suka dia. Tapi ter...