EPILOG

3.1K 181 33
                                    

Lea dan Seza bersandar di depan mobil hitam. Menunggu munculnya sang surya di ujung laut sana. Sesekali
Lea melirik arloji hitam yang terlingkar di tangan kiri nya. Tidak sabar menunggu sunrise yang tak muncul juga.

Detik berikutnya, semburat cahaya orange mulai muncul di ufuk cakrawala. Sebuah tanda sang surya akan menghangatkan setiap insan. Sebuah awal cahaya akan bersinar di langit sana.

Lea tersenyum semangat, lalu segera menarik tubuhnya tiga langkah ke depan. Seza tidak mengikuti langkah Lea, hanya ikut tersenyum, lalu mulai memakai kacamata hitam yang sejak tadi berada di genggamannya.

Lea memejamkan mata saat matahari mulai naik semakin terang. Ia tak butuh kacamata hitam untuk melindungi matanya, sebab Lea hanya butuh memejamkan mata, demi merasakan cahaya hangat yang dipancarkan sang surya pada semesta.

Langit tanpa awan pagi ini membuat laki-laki tampan di belakang Lea dapat melihat indah nya sunrise dengan bebas dibalik kacamata hitamnya.

Sedang Lea, ia hanya ingin merasakan hangat damai matahari fajar. Lea menghirup udara sebanyak-banyaknya. Bersyukur, Tuhan masih mengizinkan dia menyaksikan sunrise yang mungkin akan menjadi yang terindah dalam hidupnya.

Namaku Alea,
Aku terlahir saat senja menyelimuti bumi.

Namun aku tak begitu mengagumi keindahan senja, seperti banyak orang yang tergila-gila dengan senja yang katanya indah.

Pesona jingga senja memang memukau. Aku setuju.

Namun dibalik itu semua, ada gelap yang paling pekat menantinya....

Fajar memang tak seindah senja. Aku tau.

Namun kurasa semua orang paham, bahwa tak seperti senja yang menjadi awal kegelapan, justru fajar menjadi awal kebahagiaan.

Oleh sebab itu, aku menyukainya....

Sungguh, inginku sederhana....
Hanya ingin bisa menikmati fajar dalam waktu yang lama, bersama laki-laki yang sama.

Hanya itu.

Perlahan... dalam pejaman mata yang menghangat, Lea kembali mengulang momen-momen sederhana yang tak pernah hilang dari ingatan. Momen-momen menyenangkan, bersama dia yang membuatnya jatuh cinta berulang-ulang.

Saat ia main ps hingga larut malam bersama Seza. Ditemani cemilan yang selalu habis dalam waktu satu jam.

Saat ia dan Seza menghabiskan malam dengan menonton bola liga eropa. Lalu sama-sama ketiduran di sofa....

Seza yang dengan ikhlas menggantikan pekerjaan rumahnya saat Lea hanya mampu berbaring kala terserang demam.

Seza yang tak pernah mengeluh saat dijadikan tempat Lea bercerita panjang lebar. Menyampaikan segala hal yang membuatnya mengerutu kesal.

Seza yang selalu memakan apapun yang dimasaknya. Tak pernah sekalipun memprotes makanan yang Lea siapkan.

Seza yang selalu rela menahan lapar di perjalanan, demi memakan masakan Lea dengan lahap saat ia pulang.

Why Stay Away?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang