39. Luka Yang Meruntuhkan

8.2K 458 63
                                    

"Kenapa, cantik?" satu dari empat orang laki-laki itu menyapa Lea dengan nada menggoda. Mereka sudah menuruni motornya, lalu kini tengah berjalan menghampiri Lea.

Lea menelan ludah nya. Bodoh. Lea bodoh! Harusnya ia tidak turun! Ini hanya jebakan. Seharusnya ia sadar dari tadi, bahwa tempat sepi seperti ini, rawan begal. BEGAL?!

Apa benar dirinya akan dibegal? Tidak! Tidak! Itu tidak boleh terjadi! Nanti dia tidak akan diaku anak oleh ayahnya, jika mobil satu-satunya milik ayah nya dibegal dan hilang, karena dirinya.

Dengan gerakan tiba-tiba Lea segera berlari menghampiri kursi kemudi, namun tangan kekar salah seorang pembegal itu menahan lehernya. Membuat pergerakannya terhenti. Bahkan bernapas pun sangat sulit.

"Mau kemana?" seringai menakutkan terlukis dengan jelas di wajah sangar pria bertubuh besar itu.

Lea memukul-mukul tangan pembegal itu, berharap dia akan melepaskan cekikannya yang terasa begitu menghimpit kerongkongannya. Tidak mempan. Cekikan kuat pembegal itu masih setia melingkari leher Lea. Dengan tenaga yang masih tersisa, Lea sedikit berbalik dan, BUGH! Ia menendang cukup keras anu pembegal itu, hingga cekikan nya terlepas. Dan kini Lea harus terbatuk-batuk kehabisan napas.

Pembegal itu terlihat meringis menahan sakit, lalu sedetik kemudian kembali menyorotkan tatapan tajam pada manik mata Lea. Teman-temannya sudah bersiap untuk beraksi. Wajah mereka bagai penjahat yang siap untuk membunuh tanpa saksi. Tolong, Lea takut! Tanpa sadar gadis itu mundur satu langkah, menatap takut seringaian empat orang pria kekar di hadapannya. Keringat mulai bercucuran di pelipisnya, tidak mungkin ia melawan mereka sendirian! Bahkan untuk kabur pun tidak akan bisa. Oh Tuhan.. Apa yang harus Lea lakukan?

Memberikan kunci mobil nya saja agar nyawanya terselamatkan? Tidak! Tidak! Tidak akan pernah!

. . .

"Udah lama ya kita gak kayak gini, gue kangen."

Ayra semakin menyamankan kepala nya di bahu Seza. Bersandar di tempat yang selalu ia rindukan.

Seza berdehem mengiyakan, "lagian lu kemana aja bego? Lupa apa sama gue? Sampe baru nongol sekarang."

Ayra, gadis yang tadi memeluk Seza di depan gerbang, kini berdecak sebal dengan mata yang masih menatap lurus layar di depannya yang menayangkan film action, "Lu kan cowok! Harusnya lu yang nyamperin gue, bukan malah gue yang harus repot-repot kesini."

Seza terkekeh kecil, sambil sesekali memasukkan keripik di dalam toples ke dalam mulutnya. Menyandarkan kepala nya di kepala Ayra yang tersimpan di bahunya.

"Gua sibuk, jadi gak sempet kesana."

"Dua tahun lu sibuk mulu?"

"Enggak juga, sih."

"Gua tau gua ngangenin-"

Ayra segera menyela ucapan kepedean Seza dengan pukulan pada lengan cowok itu,"najis!"

"Tapi harusnya lu tunggu gua ke sana aja, gak usah repot-repot kesini, sendirian lagi."

"Nungguin lu dateng berapa tahun lagi, hah?"

Seza hanya terkekeh menanggapi ucapan telak Ayra. Benar juga. Walaupun Seza rindu Ayra, ia rasanya malas jika harus menempuh jarak Jakarta-Surabaya.

Hening. Mereka tenggelam dalam seru nya film action yang tengah ditonton bersama.

"Ay," kata Seza akhirnya, setelah cukup lama hanya diam tanpa percakapan.

Why Stay Away?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang