20. Aku sayang kalian, kawan.

9.8K 482 5
                                    

Rayyan menghentikan motor ninja milik nya di depan sebuah gerbang hitam bercorak ellegant. Laki-laki itu menautkan alis, bingung, melihat gerbang rumah nya yang sedikit terbuka.

Gak mungkin maling. Pikir nya.

Rayyan kembali melajukan motor, membawanya masuk ke arah garasi.

Laki-laki itu mengernyit untuk kedua kalinya, melihat sebuah mobil sedan hitam milik ayah nya telah terparkir cantik di garasi sana.

Tumben Papa udah pulang.

Rayyan kembali melajukan motor, menyimpan nya di samping sedan hitam milik ayahnya. Laki-laki itu membuka helm, menampakkan wajah lesu, serta sedikit luka lebam dekat bibir tipis nya. Ia sedikit merapihkan rambut, sebelum akhirnya turun dari motor andalannya.

Laki-laki itu berjalan santai ke arah pintu depan, membukanya, lalu memasukinya, tak perlu mengetuk nya dulu. Buang-buang tenaga, katanya.

Rayyan sontak menghentikan pergerakan, ketika samar-samar ia mendengar Papa nya sedang mengobrol dengan seseorang. Ia berusaha menajamkan pendengarannya, tapi pembicaraan itu tidak terlalu jelas.

Rayyan berdecak.

Ia memutuskan untuk berjalan semakin dalam menuju suara itu, tidak perlu diam-diam menguping, lebih baik langsung melihat, siapa yang berada di rumah bersama Papa.

Rayyan berdehem. Seolah memberitahu kedua orang yang sedang tertawa kecil di sana, bahwa ia sedang berdiri memperhatikan mereka.

"Eh, Ray, udah pulang?" Rivan --ayah Rayyan-- langsung menghentikan tawa nya, ketika deheman dari Rayyan berhasil menyelusup ke telinganya.

Rayyan memasang wajah datar, "Kalo belum pulang, gak mungkin ada disini."

Rivan mendengus samar. Ia sudah mengira, putra tunggal nya itu akan bersikap seperti ini saat melihat ada seorang wanita bersamanya.

Ia mulai beranjak, berjalan ringan ke arah Rayyan.

"Mau makan dulu gak? Alvira tadi udah masakin buat kamu."

Rayyan melirik sekilas pada wanita yang masih duduk menatapnya segan, lalu mengalihkan pandangannya pada Rivan, seolah meminta penjelasan, siapa wanita itu?

Rivan berdehem, mengambil ancang-ancang untuk menjelaskan semuanya pada Rayyan. "Alvira, dia teman Papa waktu SMA, kita berteman baik sampai saat ini," Rivan menarik napas nya, ragu untuk mengungkapkannya pada Rayyan.

"Kamu tau kan? Selama ini Papa hidup sendirian--"

"Kan, ada Rayyan." Anak itu memotong ucapan ayah nya dengan nada datar.

"Maksud Papa..." Rivan menggantungkan kalimatnya, bingung harus mengatakan apa, "Papa butuh seorang wanita untuk mendampingi Papa." Pria paruh baya itu menatap bola mata putranya yang terlihat begitu dingin.

Rayyan tercekat. Ini yang dari dulu ia takutkan. Seseorang datang di hidup Papa, dan menggantikan posisi ibunya. Tak pernah sekalipun ia menginginkan ibu yang lain, selain ibunya.

"Papa mencintai Alvira, izinkan Alvira menjadi istri Papa, Papa percaya Alvira, Ray."

Rayyan menghembuskan napas pelan, sebelum menundukkan wajah sekilas, hingga ia memilih membalikan tubuhnya, meninggalkan Rivan tanpa sepatah kata, dengan beribu kecewa.

"Papa kasih apapun yang kamu mau, tapi tolong izinkan Papa menikahi Alvira." Permohonan lirih itu mampu membuat langkah Rayyan terhenti.

"Apapun?"

"Iya."

"Bunda," Pemuda itu berhenti sebentar, "Dimana Bunda?"

•••

Why Stay Away?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang