28. Pilihan Hati

10.1K 485 41
                                    

- Setelah aku memilih untuk lupa, kenapa kau malah kembali dengan cinta? -

. . .

Ninja hitam itu berhenti di pelataran rumah bergaya minimalis. Lea menginjakan kaki di pelataran rumahnya. Gadis itu membuka helm, lalu menyodorkannya pada Rayyan yang kini tengah menyisir rambutnya dengan jari.

"Beneran udah gak sakit?" Rayyan menyimpan punggung tangannya di kening Lea, merasakan suhu tubuh gadis itu yang memang terasa normal.

"Iya... Bawel banget."

Bukan tanpa alasan Lea merespon seperti itu, memang sudah entah berapa kali Rayyan menanyakan hal itu. Telinga Lea rasanya sudah bosan mendengar pertanyaan bodoh itu.

"MA? BENERAN UDAH GAK SAKIT?!" Seruan itu membuat mereka --Lea dan Rayyan-- sontak menoleh, ada Papa dan Mama Lea sedang menirukan adegan barusan; saat Rayyan menempelkan punggung tangannya di kening Lea.

"E-eh, Om, Tante?" Rayyan segera turun dari motornya, lalu dengan langkah cepat bergegas menyalami dua orang yang telah ia cap sebagai calon mertua nya itu dengan kikuk.

Lea tak bergerak di tempatnya, wajahnya menunduk malu. Dalam hati ia merutuk, punya orangtua kok gini banget Ya Allah?

"Hey!" Seru Rara, membuat Lea mengernyit ke arahnya, "mempelai wanita nya sini dong!"

Rayyan tercekat. Tubuhnya terasa kaku berada di samping orangtua Lea. Entah kenapa, padahal orangtua Lea begitu asyik juga friendly, kenapa keringatnya harus bercucuran seperti ini? Sensasi calon mertua, kali.

Lea meringis pasrah, "Ya Allah kuatkan hamba Ya Allah," katanya cukup keras, sambil berjalan lunglai ke arah mereka.

"Mah, Pah! Tolong hentikan kebodohan ini, aku lelah," Lea menampakkan wajah memelas pada orangtuanya.

Rara dengan gerakan cepat menyenggol putrinya, membuat lengan Lea dan lengan Rayyan bersentuhan secara tidak sengaja. "Pengantin baru lengket banget uuuuu, so sweet."

"Maaah! Apaa-"

"DARIMANA AJA JAM SEGINI BARU PULANG?!"

Lea tersentak kaget. Bibirnya mengatup, kenapa orangtuanya berubah mood dalam sekejap? Sumpah beneran ini mah bahaya namanya! Gadis itu menelan ludah, menatap wajah kedua orangtuanya yang terlihat begitu horror.

Jantung Rayyan berdegup kian kencang, wajahnya terus menunduk, membuat keringat dingin di pelipisnya terlihat dengan jelas. Ini terlalu tiba-tiba. Untung saja jantungnya tidak loncat mendengar bentakan keras Papa Lea.

. . .

Semburat jingga mulai menghiasi langit senja. Gadis itu menatap lurus pada sang Surya yang sebentar lagi akan menyembunyikan sinarnya.
Kenapa hatinya terasa begitu rapuh? Kenapa cinta mampu membuatnya terjatuh?

Afra menundukkan wajahnya, menyembunyikan airmata yang sebentar lagi akan jatuh dari mata Beningnya. Hening dan tingginya tebing yang ia tapaki tak sedikitpun menggetarkan hatinya. Ia sudah terbiasa dengan tempat ini, dan dia merasa nyaman berada disini. Afra menghembuskan napas kasar, ia benci dengan dirinya yang selalu saja selemah ini. Ia benci dengan hidupnya yang tak pernah memberi satu cinta yang sejati. Tubuhnya bergetar semakin keras menahan tangis. Ia kecewa, ia lelah, kenapa sesuatu yang ia cintai tidak pernah berada dipihaknya? Bahkan setelah ia melancarkan sebuah rencana berbahaya, kenapa orang yang ia cintai semakin cepat menjadi milik oranglain? Kenapa Tuhan tak adil? Tak punyakah Dia cinta yang indah yang dapat memberikannya senyuman? Tak bisakah Dia memberikannya sesosok pria yang dapat menguatkannya saat ia hampir menyerah? Tidak adakah takdir indah yang tertulis untuknya?

Why Stay Away?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang