Lea segera terduduk lemas tepat saat pintu IGD tertutup. Membatasi dirinya dengan Seza yang kini sedang ditangani para medis di dalam sana.
Ia menenggelamkan wajah dibalik kedua tangan yang bersangga pada lutut. Menangis sejadi-jadinya. Melepas segala risau yang merajalela. Menumpahkan rasa takut yang benar-benar menjebaknya.
Ada banyak orang disana. Rekan setim Seza, barisan kepelatihan, bahkan management tim. Tapi tetap saja Lea merasa sendirian. Ia terus menangis seakan tidak punya siapa-siapa lagi selain Seza.
Perlahan... dalam kedua tangan yang menutupi wajah, ingatan Lea kembali mengulang detik-detik menyakitkan beberapa jam yang lalu....
Seza sudah melesat menuju tempat latihan sekitar tiga puluh lima menit yang lalu. Ney pun sudah berangkat ke akademi sepakbola nya.
Setelah menyelesaikan semua pekerjaan rumah, dan membiarkan Key bermain di ruangannya, Lea berniat membereskan kamar tidurnya yang pasti ditinggalkan dalam keadaan berantakan oleh Seza.
Benar saja.
Segera Lea melangkah mendekati ranjang, berniat merapikan selimut besar di atas kasur.
Mendadak gerakannya terhenti, akibat beberapa noda merah yang ia temukan di selimut Lea dan Seza. Lea mengernyit. Pelan-pelan ia cium bau noda itu. Reflek ia merengut. Sungguh, baunya tidak sedap. Seperti... bau darah.
Lea mengerjep beberapa saat. Jika memang darah, lalu darah siapa? Lea kan sedang tidak menstruasi?
Sudahlah, akan ia tanyakan pada Seza nanti.
Segera Lea tumpukkan selimut itu bersama baju-baju kotor yang akan ia cuci. Beralih menempatkan bantal di posisi yang seharusnya. Membaliknya...
Dan lagi-lagi!
Pergerakan Lea terhenti.
Ia tertegun di tempat.
Akibat noda merah yang kembali ia lihat di bantal Seza tepat saat Lea membalikkan bantal itu.
Lea membeku.
Dengan risau yang tiba-tiba singgah, ia buru-buru membuka sarung bantal nya, berniat menyatukannya pada tumpukan cucian.
Namun...
Lagi-lagi!
Setelah membuka sarung bantal yang terdapat noda merah... Lea kembali dibuat terdiam akibat sekantung obat yang terjatuh dibalik sarung bantal itu.
Kini kekhawatiran Lea benar-benar mencapai puncaknya. Ia tidak bisa lagi menunggu Seza pulang dan bertanya padanya. Ia tidak bisa lagi tinggal diam!
Tanpa memedulikan cucian yang lumayan menumpuk di kamar, Lea segera melangkah keluar bersama obat yang ia genggam erat-erat. Menuju kamar bermain Key, lalu buru-buru membawa putrinya ke dalam gendongan.
Dengan cepat Lea berlari keluar, terus berlari menuju jalan yang lebih banyak dilewati taksi. Tidak menjawab walau Key beberapa kali bertanya 'mau kemana?'
Saat itu resahnya benar-benar merusuh dalam dada.
Tujuan Lea satu. Menuju rumah sakit terdekat. Mencari tau, obat apa yang kini sedang ia genggam erat-erat.
Setelah susah payah ia redam resah nya beberapa saat dalam taksi yang kini mengantarnya kesini. Tepat di depan rumah sakit besar di daerah nya. Buru-buru Lea membayar argo yang tertera. Lalu kembali melangkah cepat masuk ke rumah sakit itu, bersama Key yang tiba-tiba tak terasa berat dalam pangkuannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Why Stay Away?
Teen Fiction"Salah gue cinta sama lo? gue bahkan gak tau, sejak kapan perasaan itu ada. Gua bahkan gak ngerti, kenapa gue bisa cinta sama lo. Gue bahkan gak pernah sadar, kalo gue takut kehilangan lo!" [Alea Afsheen Nindya] "Gue kira, gue gak suka dia. Tapi ter...