31. Pengkhianatan

9.5K 443 46
                                    

- Orang yang rela melukai teman nya hanya karena cinta, jauh lebih buruk dari sampah -

. . .

"Ray, mau kemana?" seru Lea saat Rayyan terus menarik nya menjauhi lapangan.

"Ikutin aja."

Gadis itu mencoba sedikit berbalik ke arah lapang, memastikan apakah Seza masih kesakitan atau tidak. Tapi sepertinya PMR telah membawanya untuk mendapatkan sedikit pengobatan.

Rayyan terus melangkah, menyusuri koridor yang tidak terlalu ramai karena sebagian besar siswa/siswi berada di lapang, untuk melihat pertandingan futsal.

Meski tidak tau akan dibawa kemana, Lea tetap mengikuti Rayyan yang tetap berjalan cepat menariknya.

Cowok itu menghentikan langkahnya di depan ruang UKS, membuat Lea mengerutkan kening sempurna.

"Ngapain disini?"

Bukannya menjawab, Rayyan malah bersandar di dinding samping pintu. Menunggu seseorang yang sebentar lagi pasti akan memasuki ruangan disampingnya itu.

"Tunggu aja bentar."

Lea mendengus keras mendengar jawaban tak pasti seperti itu. Ia memilih diam. Menunggu sesuatu yang telah Rayyan bilang.

Derapan langkah beberapa orang terdengar menghampiri mereka berdua, membuat Lea dengan reflek menoleh. Lalu terhenyak, saat mata hitam milik nya terjatuh pada mata kelam milik Seza. Cowok itu memegang tangan kanan nya yang berwarna merah sempurna, menahan perih yang berdenyut disana.

Dengan cepat Lea mengalihkan pandangannya, lalu menelan saliva susah payah. Apa maksudnya Rayyan membawa dia kesini?

"Lo khawatir sama Seza 'kan?" Lea sontak menoleh pada Rayyan yang baru saja mengucapkan kata yang entah kenapa terasa sakit di dadanya.

Gadis itu menatap nanar tepat pada manik mata Rayyan, "Ray, mak-"

"Lu harusnya gak bohongin hati lo. Kalo emang lu sayang, perjuangin dia. Jangan malah Kasih kesempatan ke cowok lain, padahal lo gak yakin lo bisa jatuh cinta sama cowok itu," Rayyan mencoba berbicara setenang dan sesantai mungkin, walau hatinya mungkin terasa sakit atas luka yang Lea torehkan.

"Ray! Waktu gue bilang, gue mau buka hati buat lo, gue serius, Ray! Gue gak pernah main-main kalo itu soal hati," Lea menatap tajam ke arah Rayyan yang seakan berkesimpulan, bahwa Lea hanya mempermainkannya. Lea tidak peduli lagi ada berapa orang disana yang bisa mendengar pertengkaran mereka, "jadi apa lo bisa, sedikit aja hargai usaha gue? Saat ini yang gue pilih itu, lo! Bukan Seza."

Tamparan hebat rasanya mendarat begitu saja di hati Seza. Sakit sekali rasanya saat Lea dengan lantang mengatakan bahwa yang dia pilih itu Rayyan, bukan dirinya. Tak bisakah Lea mengatakan itu jangan di depannya? Agar Seza tak merasa tertusuk sangat dalam seperti ini. Kenapa setiap kali Seza mulai percaya pada cinta, selalu ada saja hal yang membuat kepercayaan itu runtuh seketika?

"Tapi gua gak mau hati lo terluka, hanya karena gua."

Baru saja Lea membuka mulut, bersiap membalas perkataan Rayyan lagi, Seza berdecak keras, "kalo mau ngurusin urusan rumah tangga, gak usah disini. Pake bawa-bawa nama gua lagi," cowok itu berjalan ke arah mereka, diikuti 2 anggota PMR perempuan yang menjabat sebagai adik kelas. Tentu saja mereka bersemangat saat ditugaskan mengobati kakak kelas ganteng kayak Seza.

"Mau nungguin dulu gua mati keabisan darah, baru dikasih jalan buat masuk?" tanya Seza tajam, "minggir!"

Lea dengan otomatis mundur beberapa langkah, memberikan sedikit jalan untuk Seza. Cowok itu melangkah memasuki UKS.

Why Stay Away?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang