11. Football Is Our Life

10.2K 535 9
                                    

- Bagaimana bisa aku tidak mencintaimu, jika setiap harinya saja, caramu mampu membuatku jatuh cinta lagi, lagi, dan lagi -

"FOOTBALL!! FOOTBALL!!"

Rayyan mengalihkan fokusnya pada cewek yang saat ini sedang adu kepalan tangan bersama Seza. Rayyan menyatukan alis, entah kenapa ada rasa kesal dalam hatinya.

Kalah ganteng sih gue kalo sama dia.

Woy, anjir! pada denger ga tuh suara hati Rayyan? Gila gila.
Cowok ganteng itu diakui ya guys, bukan mengakui, haha.

Rivalan nih gue sama dia.

Rayyan masih menatap Lea dan Seza yang terlihat sangat akrab dan dekat. Hatinya bergemuruh, ingin segera mencari tau, ada apa dengan mereka berdua?

"ALEA AFHSEEN!" Lea yang tidak menyadari situasi, terkejut mendengar bentakan milik Bu Fitri.

Ooh namanya Alea.

Mata Lea menatap mata tajam Bu Fitri, ia melipat bibirnya hingga tersisa segaris tipis.

Ini sih bahaya namanya.

Yah bu....

"SURUH SIAPA TERIAK TERIAK!!"

"Gak teriak teriak bu...."

Bu Fitri menghela nafasnya, "Barusan apa?"

"Itu mah dukung sepakbola, Bu."

"Dukung sepakbola atau dukung dia?" Belum sempat Bu Fitri melanjutkan acara ngamuknya, Rayyan sudah memotongnya. Rayyan menunjuk Seza dengan dagunya.

Semuanya hanya diam, memperhatikan.

"Sepakbola lah! Because football is my life!" Lea membalas tatapan Rayyan dengan ekspresi yang menantang.

"Ibu kan sudah menyuruh kalian semua untuk diam, kenapa kamu malah teriak dukung sepakbola?" Bu Fitri melanjutkan intimidasi nya yang sempat terganggu.

"Kan Ibu nyuruh diem nya sama yang teriak teriak basket, Bu."

"Kata Ibu juga semuanya!"

"Tapi kan Lea juga berhak menyampaikan aspirasi, Bu?" Lea menaik turunkan alisnya lengkap dengan cengiran so polos di bibirnya.

Entah untuk yang keberapa kalinya, Bu Fitri menghela nafas dalam dalam, mencoba bersabar menghadapi Lea.

"Yaudah, kamu ke lapang aja!"

"Ngapain?"

"MAIN BOLA!" Tukas Bu Fitri. Lea mengerutkan kening nya tidak mengerti.

"Sepakbola hidup kamu kan? Yaudah, sana!" Tanpa menyadari kobaran api yang tersembunyi di dalam diri Bu Fitri, Lea membinar-binarkan matanya dengan senyum bahagia tentunya.

"Beneran Bu? Makasih Ibu! Aduh Ibu kok baik banget, sih?" Lea berlari menyalami Bu Fitri yang semakin kesal dengan tingkah Lea.

"Lea ambil bolanya di ruang olahraga ya, Bu?"

"Iya, silahkan!"

Satu detik setelah Bu Fitri mengucapkan itu, Lea langsung melangkahkan kakinya menuju pintu kelas.

"Eh tunggu dulu!" Lea menoleh, menghentikan langkah.

"Ruang Olahraga udah lama ya gak di bersihin? Sekalian kamu bersihin aja ya." Bu Fitri tersenyum miring, melihat Lea yang membulatkan matanya.

"Lho--" Baru satu kata Lea mengelak, Bu Fitri melanjutkan perkataan kejam nya lagi,

"Lapangan juga pasti udah banyak daun-daun jatoh nya, ya? Kamu sapuin dulu aja! Biar nyaman main bola nya."

Lea menelan ludahnya, "Tapi--"

"Ooh, sekalian tanaman tanamam nya bersihin, biar kalo kamu lagi istirahat, jadi nya pemandangan nya indah." Lea tersenyum miris, membayangkan bagaimana ia akan membersihkan semuanya?

"Eh, gak jadi aja deh, Bu, hehe." Lea menggaruk-garuk kepalanya sambil berjalan kembali menuju tempat asal.

"Eh, jangan gitu, nanti kamu gak bisa hidup kalo gak main bola, loh."

"Gak papa kok bu, makasih, Ibu baik banget...." Lea tersenyum semanis mungkin pada Bu Fitri. Tapi senyuman itu tidaklah berguna saat ini.

"Leaaa?"

"I-iya Bu...." Jawab Lea masih dengan senyuman manisnya.

"Ayo cepet!"

"Gak jadi Bu, gak papa"

"Harus jadi."

"Enggak deh, nanti aja Bu."

"SEKARANG!!" Amukan tiba-tiba itu, membuat semua orang disana, tak terkecuali Pak Darus, kaget tak terkira.

Yah masa disuruh nyapuin lapangan yang gede nya warbyasah:(

"Cepetan!"

"Iya Bu, Iya." Lea segera berlari keluar, dengan menundukkan kepalanya. Menatap Bu Fitri dalam situasi seperti ini adalah kesalahan terbesar. Sehingga ia lebih memilih untuk keluar dengan cepat.

"Bu...." Seza mengangkatkan tangannya. Lea menghentikan langkahnya, menunggu kata-kata yang akan Seza katakan selanjutnya.

"Kenapa?" Bu Fitri mengalihkan fokus pada Seza.

"Sepakbola, bukan cuma hidup Lea Bu, tapi hidup saya juga."

Lea mengulum senyum nya, ia tau benar apa yang akan Seza lakukan.

"Terus?" Mata tajam Bu Fitri menatap lurus Seza, lengkap dengan alis nya yang terangkat sebelah.

"Jadi, jangan cuma Lea yang disuruh main bola, saya juga harus Bu. Gak seru loh Bu main bola sendirian."

Bu Fitri menatap geram Seza yang cengengesan tanpa dosa. Ia menghela nafasnya dalam-dalam kembali, mencoba menambah kesabarannya untuk menghadapi siswa-siswi seperti ini.

"Silahkan keluar." Ucap Bu Fitri dingin, ia sudah malas berurusan dengan anak-anak ini.

"Oke Bu!" Seza mengangatkan jari jempol nya, menahan tawa melihat ekspresi Bu Fitri yang sepertinya sudah lelah meladeninya.

"Santai Bu, kalo sama kita mah pasti langsung bersih." Seza mengangkatkan alisnya sekilas, sambil berjalan menghampiri Bu Fitri, untuk menyalaminya.

"Cepetan keluar!"

"Dosa loh Bu, nolak salam gitu."

Bu Fitri langsung menjabat tangan Seza, lalu mengarahkannya pada dahi cowok itu. Cukup keras, sehingga Seza meringis dan mengusap-ngusap dahinya saat ini.

"Hahahaha!" Tawa para penonton pecah, tepat saat tragedi itu terjadi. Rayyan hanya diam. Bagaimana dia akan tertawa, jika mengetahui bahwa Lea dan Seza akan membersihkan semuanya bersama-sama?

"Sakit, Bu...." Gumam Seza dengan wajah cemberut so imutnya.

Bu Fitri memperhatikan pergerakan Seza dengan senyum horror khas miliknya. Seza gelagapan sendiri hingga akhirnya ia berjalan keluar, diikuti Lea yang daritadi menahan senyumnya.






Gaje na teh edan:'v

Hm









Why Stay Away?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang