35. Berjuang Atau Berhenti Melangkah?

9.4K 457 25
                                    

Gua berjuang bukan karena perintah dari lo, gua berjuang karena gua sayang dia

- Seza Rey Aldebaran

. . .

Seza sontak melotot saat es teh manis yang sedang ia nikmati, tiba-tiba direbut secara paksa oleh seseorang. Segera Seza mendongak, dan napsu nya naik pesat saat melihat Rayyan tengah menyeruput minumannya dengan nikmat. Ia langsung memukul kepala Rayyan dengan keras, "sialan!"

Rayyan meringis, sakit yang berdenyut di kepalanya terasa sangat menyakitkan, "sakit bego!"

"Lu kalo mau ciuman sama gua, gak gitu caranya bego!"

"Najis homo!" sergah Rayyan cepat.

"Yah, jadi jijik kan minuman gua, ah!" Seza menatap nanar es teh manis nya yang sudah ternodai bibir Rayyan.

Rayyan berdecak, "yaudah, gua abisin!" Rayyan meraih es teh manis yang tinggal tersisa setengah lagi, lalu menyeruputnya cepat hingga tersisa satu tetes.

"Lu ngapain sih nyamperin gua?!" Seza nyolot. Terlampau kesal karena minumannya kini telah hilang. Kan lumayan, gocengan.

Rayyan segera menelan tetes terakhir yang ada di mulutnya, lalu menjawab pertanyaan Seza dengan santai. "Kasian, jomblo sendirian mulu."

"Jomblo teriak jomblo."

"Yeuu!!" seru Rayyan tak terima, "gua mah punya-" tiba-tiba lidahnya berhenti berucap saat sebuah fakta terasa menamparnya, "oh iya, Lea kan baru gua putusin kemarin."

Seza mengangguk-ngangguk setuju, "bego."

"Yah kan keinget lagi! Ah lu mah bikin patah hati gua tambah parah, Za!"

Seza berdecak, "alay."

"Eh btw," Seza masih menatap dengan malas Rayyan  yang seakan ingin berbicara serius. Diam-diam Seza berpikir, kenapa Rayyan jadi tiba-tiba so akrab seperti ini? padahal sebelumnya mereka ini rival. Rival abadi dalam urusan percintaan.

"Sebenernya lu udah kasih tau Lea apa belom?" lanjut Rayyan.

"Kasih tau apaan?"

"Pura-pura polos anjing. Soal Zahra yang ngurung dia?"

Seza mengangguk dingin, "udah."

Rayyan mengernyit, "terus kenapa diantara mereka kayak gak ada masalah? Seakan semuanya baik-baik aja?"

"Tapi Lea gak percaya."

Rayyan memiringkan kepala beberapa saat untuk memahami perkataan Seza. Ia mengerti! Maksud Seza, Lea tidak percaya jika Zahra yang mengurungnya? Bukankah dalam buktinya sudah jelas?

"Kan ada buktinya?"

"Gak gua kasih," sahut Seza santai.

Rayyan sontak melotot, "kenapa, goblok?!"

Seza mengangkat bahu sekilas, "dia bilang gua berlebihan, dia bilang gua cuma mau ngancurin persahabatan dia, dia bilang gua gak usah repot-repot cari siapa pelakunya, karena dia gak peduli," Seza masih hafal betul tiap ucapan Lea yang begitu menyakiti hatinya. Menghancurkan segala perjuangannya. Meruntuhkan perasaannya.

"Dan lo nyerah gitu aja?"

Seza menarik napas, "tuduhan Lea terlalu sakit. Dan gua gak mau memaksakan apa yang gak mau dia dengar, gua gak mau mendesak apa yang gak mau dia terima," Seza menjeda kalimatnya, "kalo dia gak mau gua berjuang, gua gak akan berjuang."

"Hey, man! Lu harus berjuang! Inget patah hati gua yang bakal lama sembuh! Gua rela kayak gini, cuma buat nyatuin kalian, karena Lea lebih bahagia sama lo."

Why Stay Away?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang