- Siapa yang mengasuh anak yatim dan berbuat baik pada mereka akan dijadikan baginya tirai pelindung dari api neraka (HR. Bukhori). -
"OM TELOLET OM!!" Teriak anak-anak panti tepat saat bis besar melaju di hadapan mereka.
Telolet~ telolet~ telolet~
Bunyi klakson yang akhir-akhir ini sangat viral berbunyi nyaring mengundang sorakan gembira dari anak-anak yang entah kenapa begitu menyukai klakson telolet itu. Padahal suaranya gak merdu kayak Ed Sheeran, menurut Lea.
"Kak! Ikutan teriak dong!" Salah satu anak panti itu berteriak pada Lea dan Seza yang sejak tadi hanya memperhatikan. Membuat Lea dan Seza hanya bertukar pandang untuk beberapa saat.
"Oke deh..." putus Lea akhirnya, "Ikutan, Za!"
Seza mengangguk. Malas, sebenarnya... namun Seza tak sanggup jika sampai anak-anak itu kecewa padanya.
"OM TELOLET OM!!" Mereka berteriak bersamaan, dan seketika klakson bis telolet menggema.
"Kita pulang dulu ya, Bun." Pamit Seza, lalu menyalami Bunda Devi, wanita paruh baya--Sang pemilik Panti Asuhan Kasih Bunda.
Lea yang berada di belakang Seza, melakukan hal yang sama. Menyalami Bunda Devi untuk pamit undur diri, setelah puas menghabiskan waktu bersama anak-anak panti yang selalu menyambut mereka dengan riang.
"Makasih ya, Nak, sering-sering dateng kesini! Anak-anak pada seneng kalo ada kalian."
"Iya, Inshaa Allah, Bun," jawab Seza.
"Kakak pulang dulu, yaaaaa...!" Lea mensejajarkan tubuh nya dengan anak-anak yang langsung berhamburan ke pelukan Lea. Sungguh, Lea kaget! Ia terkepung oleh lebih dari dua puluh anak saat ini.
"Makasih ya Kak mainan nyaa!"
"Baju baru nya juga!"
"Makanannya enak-enak, Kak!"
"Sering-sering kesini ya, Kak!"
Ucapan-ucapan gemas dari anak-anak dalam pelukan Lea membuat gadis itu tersenyum penuh arti. Ada bahagia yan berbeda dalam dada, ada haru yang menelusup mengguncang jiwa. Tuhan, jaga mereka.
"Cepet jadian sama Kak Seza!"
Bisikan halus yang dengan lembutnya masuk ke telinga Lea. Membuat gadis itu sedikit mengurai senyumnya. Mengerjap samar, lalu segera berdehem demi menghilangkan kikuk yang tiba-tiba saja menyerang.
"Iya sama-sama, Sayaang...." Lea berdiri. Membiarkan anak-anak itu kini berbondong-bondong menghampiri Seza.
"Kak Seza! Makasih ya, Kak."
"Jangan bosen dateng kesini ya!"
"Kita kangen kalo Kakak gak ada."
"Cepet tembak Kak Lea yaaaa!!" Ucap anak laki-laki dengan polosnya. Lalu tertawa melihat Lea dan Seza yang akhirnya jadi saling pandang menahan tawa.
"Nanti Kakak nya mati dong kalo ditembak." goda Bunda Devi.
"Maksudnya ditembak di ajakin pacaran Buuu!"
"Tuh! Baju nya aja udah samaan gitu Bun. So sweet... hahahhaa!!"
"Kak Lea pasti mau kok, Kak! Gak bakal nolak. Iya kan Kak Lea?" Anak laki-laki bertubuh sedikit berisi itu menoleh jahil ke arah Lea
Iya, dong.
Mobil honda jazz hitam yang dikendarai Seza melesat menembus angin siang di jalan yang tidak terlalu macet saat ini.
Setelah dari panti asuhan, Lea dan Seza telah sepakat untuk makan siomay di pinggir jalan yang sering mereka kunjungi.
Lea maupun Seza memang berbeda dari remaja-remaja lainnya. Jika remaja yang lain lebih memilih untuk makan di cafe, menghabiskan uang demi membeli makanan yang belum tentu membuat kenyang, maka Lea dan Seza lebih memilih untuk makan di pedagang-pedagang pinggir jalan. Bukan karena tak punya uang. Hanya saja, rasanya uang itu akan lebih baik jika disimpan lalu disumbangkan untuk orang-orang yang membutuhkan. Terutama anak-anak.
"Aku... Tak perlu.... bahasa apapun... untuuk mengungkap, aku cinta kamu. Aku tak pernah beristirahat, tuk mencintaaai kamuu, sesuai janjiku~" Lea bersenandung menyanyikan lagu Melly Goeslaw, Promise.
Seza tak sadar... bahwa lirik itu dikhususkan Lea untuk Seza. Lea sengaja bernyanyi untuk mengungkapkan perasaannya. Tapi Seza benar-benar tidak peka!
"Berisik. Gak nyadar suara kayak radio rusak apa." Ucap Seza dingin.
Lea mendengus, menghentikan nyanyiannya, lalu menatap Seza tajam.
"Suka-suka gue lah! Suara-suara gue kenapa lu yang nyolot?"
"Tapi yang ngedengerin kan gue!"
"Yaudah, jangan di dengerin!"
"Kan kedengeran, bego!"
"Sini gua copotin telinga nya biar gak kedengaran."
Seza melotot, dan Lea tersenyum miring.
"Mang! Siomay nya dua, ya!" Seza berteriak lalu mengangkatkan tangannya pada tukang siomay yang sedang sibuk di depan gerobaknya.
Mereka menunggu beberapa menit. Sebelum akhirnya dua piring siomay diletakan Si Amang tepat di atas meja.
"Si Aa sareng teteh teh meni cocok pisan atuh, acukna samian kitu..." Tukang siomay itu berbicara dengan campur bahasa sunda, yang kira-kira artinya adalah 'Kalian sangat cocok, bajunya samaan gitu.' Dan ini entah untuk keberapa kalinya orang-orang yang berkomentar tentang baju couple yang tanpa sengaja mereka pakai. Padahal ini semua diluar dugaan. Bentuk ketidaksengajaan.
"Hehe, makasih Mang." bukannya mengelak, Seza malah tersenyum mengiyakan.
Entah kenapa Lea sangat suka ketika ada yang memuji pakaian mereka yang serasi. Tapi tidak dengan Seza. Ia merasa biasa saja. Tidak ada yang spesial.
Mereka menyantap siomay dengan tenang. Menganggap ramai nya suasana sebagai angin berlalu yang tak mengganggu.
Telat ngapdet maap:v
Comment nya doooongggg;(
KAMU SEDANG MEMBACA
Why Stay Away?
Teen Fiction"Salah gue cinta sama lo? gue bahkan gak tau, sejak kapan perasaan itu ada. Gua bahkan gak ngerti, kenapa gue bisa cinta sama lo. Gue bahkan gak pernah sadar, kalo gue takut kehilangan lo!" [Alea Afsheen Nindya] "Gue kira, gue gak suka dia. Tapi ter...