Lagi-lagi pagi ini Lea harus berlari agar tidak disanksi akibat entah yang keberapa kali ia terlambat mengikuti upacara bendera di hari senin.
Gadis itu terengah mengatur napas. Memegang lututnya yang terasa lemas. Menatap lega pada gerbang yang masih terbuka lebar, memperlihatkan murid-murid yang berbondong berjalan menuju lapang.
Lea menghela napas, kemudian berlari kedalam. Melewati barisan-barisan belum rapi yang berjajar di sepanjang lapangan. Untuk kemudian menyusuri koridor kelas XII demi mencapai kelasnya.
Kaki Lea terhenti tepat di depan kelas bertuliskan XII IPA 3. Dengan cepat ia buka pintu kelas yang tak dikunci, kemudian berlari ke dalam kelas yang penghuninya sudah berada di lapangan upacara.
Tas yang dari tadi Lea gendong, dengan sigap langsung ia alihkan ke depan, membuka resleting nya, mencari-cari sesuatu di dalamnya.
"Kok gak ada?"
Lea mulai panik ketika topi, benda yang wajib dipakainya saat upacara tidak ada di dalam tas nya!
"Ih anjir masa ketinggalaaaann?" Gerutu Lea, yang saking kesalnya sampai mengacak-ngacak rambutnya frustasi.
"Percuma dong gua lari-lari biar gak telat, kalo akhirnya tetep aja harus upacara di depan," Lea merengut, "dasar topi sialan!"
Lea berdiri di hadapan seluruh siswa-siswi. Pancaran matahari langsung tepat menyorot wajahnya, menyilaukan matanya, membuat ia harus menunduk, selain karena malu menjadi objek perhatian dari siswa-siswi yang taat aturan. Tidak seperti dirinya yang setiap senin selalu kena hukuman.
Shit!
Lea malu Maah:(
Upacara belum dimulai. Para pengurus OSIS masih sibuk merapihkan dan menenangkan seluruh siswa yang sama sekali tidak bisa diatur.
Samar-samar, dalam tundukan dalam yang Lea lakukan, di hadapan sang surya yang dengan teganya memancarkan panas yang begitu menyengat, gadis itu merasakan sosok tinggi nan asing berdiri di sampingnya. Sukses membuat Lea tertarik untuk menoleh. Menatap aneh laki-laki yang detik itu tersenyum manis ke arahnya.
Lea tidak mengenal cowok itu. Anak kelas lain yang telat mungkin... bodo amatlah, ia tak ingin peduli. Lea kembali menarik wajahnya untuk menunduk lagi, melindungi wajah putihnya yang tak ingin kusam, serta demi menghindari temu pandang dengan siswa-siswi lain.
"Panas?" Suara bass yang berasal dari cowok disampingnya kembali berhasil membuat Lea menoleh singkat.
"Enggak."
Lea mengalihkan pandangannya ke depan. Sukses membuat matanya reflek menyipit karena silau.
Laki-laki di samping Lea jelas tau, bahwa gadis manis di sampingnya ini sedang menjunjung tinggi rasa gengsinya. Tidak panas apanya, lihat saja bagaimana raut merengut yang diciptakan gadis itu. Hanya orang bodoh yang percaya bahwa Lea tidak kepanasan.
Cowok itu melangkahkan kaki hingga tubuh tegap nya berada di depan Lea.
Cukup ampuh membuat gadis di belakangya terkejut.Ni orang ngapain sih?
"Ngapain bang?" Lea melongok ke depan. Berusaha melihat wajah laki-laki yang kini berdiri tepat di depannya.
"Biar lo gak kepanasan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Why Stay Away?
Teen Fiction"Salah gue cinta sama lo? gue bahkan gak tau, sejak kapan perasaan itu ada. Gua bahkan gak ngerti, kenapa gue bisa cinta sama lo. Gue bahkan gak pernah sadar, kalo gue takut kehilangan lo!" [Alea Afsheen Nindya] "Gue kira, gue gak suka dia. Tapi ter...