38. Jawaban Atas Segala Luka

10.1K 437 43
                                    

Langit telah menghitam kala sang surya memilih beristirahat dengan tenang. Memberi kesempatan pada bulan untuk bersinar dengan indah karena pantulan cahaya nya. Membiarkan bintang dengan kesederhanaan cahaya nya berserakan di langit sana. Menaungi tiga orang laki-laki dengan umur yang berbeda di pinggir lapangan dengan akrabnya berbincang, melepas kelelahan selepas latihan dengan keras.

"Jadi, Kakak gak bisa ngelatih kita lagi?" tanya Dika.

Ya, Seza sengaja memberi latihan kepada mereka --Dika dan Dino-- hari ini, sekaligus memberi kabar tentang dirinya yang akan bergabung dengan timnas U-19 beberapa saat lagi.

Seza mengangguk, "hanya untuk sementara waktu. Mulai beberapa bulan ke depan, Kakak akan tinggal disana dulu, dan selama itu, kakak gak bisa ngelatih kalian," Seza menatap serius dua anak yang terlihat bahagia juga sedikit sendu dengan kabar ini, "tapi tenang aja! Sebelum Kakak kesana, Kakak akan sering-sering latihan sama kalian. Jangan sedih gitu, dong!"

"Kita seneng, kalo akhirnya Kakak bisa wujudin impian Kakak, kita cuman.. " Dika melirik Dino yang dari tadi hanya diam, "kita cuman sedih, gak bisa latihan sama Kakak lagi dalam waktu yang mungkin gak sebentar."

Seza mendengus samar. Ia juga merasakan hal yang sama. Rasanya berat jika harus meninggalkan mereka, tapi ini demi mimpinya! "Tapi walaupun gak ada Kakak, kalian harus tetep latihan, ya! Sebuah mimpi hanya dapat diraih oleh mereka yang mau bekerja keras. Jangan pernah nyerah sama lelah kalian, kalian harus tetap berusaha, walau mungkin dunia gak berpihak pada kalian."

Kedua anak itu terdiam. Merasakan desiran hebat kembali menguasai jiwanya. Ini yang mereka suka dari Seza. Dia selalu mampu membuat tekad di dada mereka menggolak lebih hebat. Seza selalu mampu membuat mereka kembali berharap saat mimpi itu hampir musnah. Karena bagi Seza, yang terpenting itu motivasi. Motivasi selalu membuat kita berusaha lebih keras. Itulah kenapa setiap selesai latihan, Seza selalu memberikan asupan semangat pada mereka. Agar mereka tidak menyerah. Agar mereka selalu berusaha.

"Kakak," kata Dino, anak berumur 10 tahun, "Dino bangga bisa dilatih sama pemain bola kayak Kakak," anak itu tersenyum tulus.

Seza membalas senyumannya dengan kekehan kecil. Sejenak ia teringat sesuatu. Lalu menatap kedua anak itu dengan cerah, "oh iya! Selama Kakak gak ada, kalian latihannya sama Kak Lea aja! Kak Lea juga jago kok main bola nya."

Dika membulatkan mata, "Kak Lea bisa main bola?"

Seza mengangguk pasti, "tapi kalo latihan sama Kak Lea, latihannya sore-sore aja, Kak Lea kan cewek, gak boleh pulang malem-malem."

"Siap Kak! Kita kapan aja bisa kok."

"Yaudah, nanti Kakak bilangin ke Kak Lea ya?"

Kedua anak itu mengangguk.

"Atau, kalo Kak Lea lagi gak bisa, kalian bisa latihan sama Kak Randy, temen Kakak, nanti Kakak bilangin ke dia, oke?"

"Oke Kak!"

. . .

Rasa penasaran yang menggebu membuat Lea secepat kilat meraih laptopnya, menyalakannya, lalu mencolokkan flashdisk yang terkirim bersama kotak kecil yang ia temukan di dalam tas.

Ada dua video disana. Lea sedikit bingung, video mana yang harus ia lihat dulu? Akhirnya jarinya tertarik untuk meng-klik video pertama. Ia memasang matanya pada layar lekat-lekat.

Awalnya biasa saja. Hanya ada Kelvira yang memasuki cafe. Sukses membuat hati Lea terasa memanas, apa maksudnya ngirimin video mantan? Tapi kemudian Zahra dan Afra masuk bersamaan, membuat ia semakin tertarik untuk tetap memperhatikan. Suara mereka terdengar cukup jelas. Pada awal percakapan, Lea tidak mengerti, rencana apa yang mereka maksudkan. Sampai Zahra mengatakan, 'Gue yang bego! Gue rela nyakitin Lea cuman karena cowok yang bahkan gak pernah peduli sama gue.' Ia membulatkan mata saat namanya disebut Zahra. Maksudnya apa? Nyakitin apa? Cowok? Siapa?

Why Stay Away?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang