45. Pergi Tak Kembali?

8.7K 432 85
                                    

-Tuhan, jangan ambil dia, sebelum aku membuktikan padanya, bahwa cinta tak seburuk yang dia kira-

. . .

"Masih sakit?"

Rayyan menidurkan Afra dengan perlahan. Tak ingin membuat luka gadis itu semakin terasa menyakitkan.

Afra menggeleng pelan, menatap lemah pada laki-laki yang selama dua minggu ini tak bosan menjaganya. Tak mengeluh karena direpotkannya. El-Loco Rayyan. Nama yang sudah terpatri begitu kuat dihatinya. Bersarang begitu dalam dilubuknya. Afra tak bosan menatap wajah teduh Rayyan setiap harinya. Melihat wajah serius Rayyan saat menjaganya. Ia telah jatuh. Benar-benar jatuh yang tak mampu terengkuh.

Ia menarik napas, "aku pengen sekolah, Ray.."

Rayyan berdecak disana. Menatap kesal sosok Afra yang terbaring lemah di atas kasur namun masih so so an mau sekolah, "Diem aja kenapa sih? Lagian lu kan pinter, ketinggalan pelajaran sebulan doang gak papa kali, otak lu bakal mampu ngejarnya kan?"

Afra mendengus keras, masih Setia menatap tubuh tegap Rayyan yang berdiri dengan balutan seragam sekolah rapih yang ia kenakan, "ya enggak--"

"Lu mau ketemu bokap lu lagi? Mau dipaksa pulang lagi? Mau, hah?"

"Pada akhirnya, aku emang harus pulang kan? Gak mungkin juga tinggal disini selamanya."

"Ya seenggaknya, tunggu lo beres operasi dulu. Jadi kalo nanti lo pulang, bokap lo mukulin lo lagi, dan gue gak bisa lindungin lo, seenggaknya pukulan itu gak akan terlalu berbahaya buat tubuh lo. Ngerti?"

Afra diam seribu bahasa. Mati kutu ia. Sial. Rayyan selalu berhasil membuatnya merasa benar-benar dilindungi, benar-benar dipedulikan.

"Yaudah, gue berangkat ah! Tar kesiangan lagi untuk kesekian kalinya dengan alasan yang sama.. lo," Rayyan menunjuk Afra sekilas dengan dagunya. Lalu melengos pergi mengambil langkah dengan tawa yang ia tahan. Sukses membuat Afra mendelik samar, lalu merutuk dalam hati, suruh siapa ngurusin aku. Hih.

Clek. Suara knop pintu ditutup pelan, bersama sayup-sayup langkah yang semakin menghilang.. Diiringi deruan motor yang siap membelah jalanan, lalu melesat menyisakan sepi yang tak berkesudahan. Afra menghela napas. Kini sepi menyapa kembali. Kini sunyi begitu mendominasi. Matanya menerawang pada langit-langit kamar yang setiap hari menemani. Tak sekalipun mengeluh, selalu dijadikan objek pandangan kosong nan sendu. Sekilas angan nya terbang pada kejadian beberapa hari yang lalu, saat ia memaksa untuk sekolah sehingga Rayyan mau tidak mau harus mengabulkannya. Afra masih ingat betul, bagaimana Rayyan menggenggam hangat tangannya saat sesak membuatnya tak bisa bernapas. Bagaimana Rayyan selalu disampingnya, bahkan untuk duduk pun, tak Rayyan izinkan Afra bersama yang lain. Harus dengan dia. Sekilas bayangan indah itu hilang, diganti dengan memori kelam saat entah bagaimana Fahri tiba-tiba berada di depan gerbang saat jam pulang. Menarik dan menyeret Afra dari sisi Rayyan dengan kasar. Menciptakan jeritan pelan yang menyakitkan. Memacu amarah semakin meluap dalam dada. Dada sang ksatria yang setia menjadi penjaga. Afra ingat betul bagaimana Rayyan dengan sigapnya memukul rahang Fahri dengan keras. Merebut kembali sosok Afra dengan tangkas. Terlibat perkelahian sekilas, lalu segera berlari saat kesempatan menyapa dengan batas. Berlari dan menggenggam tangan Afra dengan kuat, memberi hangat juga obat untuk sakit juga sesak yang semakin menusuk dada Afra.

Itulah alasan kenapa Rayyan tidak lagi mengizinkan Afra untuk sekolah dulu saat ini. Kejadian beberapa hari yang lalu itu hampir saja membuat keadaan Afra semakin memburuk. Membuat sakit semakin menusuk.

Perlahan gadis itu meraba dada nya.
Sakit kembali berdenyut disana.
Sesak kembali bersarang disana.
Perih kembali bermukim disana.
Afra terbatuk, sukses membuat sakit semakin menusuk. Membuat perih semakin menancap. Ia meringis samar. Merasakan luka semakin menghantam. Merasakan pilu semakin menikam. Pandangannya memburam. Peluh membasahi pelipisnya. Seiring dengan sakit yang semakin memuncak. Sebulir air mata lolos dari mata sendu nya. Sakit. Benar-benar sakit. Akhir-akhir ini ia sering merasakan sakit yang teramat sakit seperti ini. Entah apa yang terjadi.. Tapi Afra tak ingin memberitahu Rayyan. Ia.. Ia.. Tak.. Mampu..

Why Stay Away?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang