- Kata orang, cinta itu menyakitkan. Tapi kenapa aku tetap bertahan? -
"Makasih ya, Za." Ucap Lea yang baru saja selesai meminum obatnya.
Seza menatap Lea dengan lekat, "Gue seneng bisa jagain Lo."
Seza senyum. Lea membalasnya. Lalu tanpa sadar, lapisan bening membendung di mata Lea.
Gue juga seneng punya Lo...
"Eh, kenapa nangis?" Sontak Seza panik melihat buliran yang hampir jatuh di mata Lea.
"Eh, enggak..." buru-buru Lea seka sebulir air yang turun dari matanya, "Gue... cuma bersyukur, ketemu Lo."
Sungguh! Kalimat itu keluar begitu saja dari mulut Lea. Sampai ia sendiri terkejut dengan apa yang barusan ia katakan.
Seza diam.
Hening.
Sebelum akhirnya tawa keras Seza memecahkan sunyi yang tercipta.
Lea mengernyit, "Ih, kenapa sih Lo?"
"Lucu aja denger Lo so dramatis gitu, hahaha!!"
"WOY DISINI MASIH ADA GUA BEGO! LU BEDUA PADA ASIK SENDIRI AJA GILA!"
Suara lontang dari seseorang di ambang pintu berhasil membuat Seza menghentikan tawanya. Menoleh bersamaan dengan Lea, lalu menahan tawa, melihat ekspresi Zahra yang merengut kesal ke arah mereka.
"Eeeh Raa! Maaf, Maaf, sumpah gue lupa." Lea hanya nyengir tanpa dosa.
Seza kembali tertawa lepas.
Dengan kesal, Zahra menghentakkan kakinya mendekati mereka. Mengambil tissue yang ada di atas meja, lalu memasukkannya ke dalam mulut Seza yang terbuka lebar.
Langsung saja suara tawa Seza menghilang. Digantikan dengan batuk dan semburan tissue yang Zahra cebloskan ke mulutnya.
"Hahahahaha rasain lo!" Seru Zahra puas melihat Seza terbatuk-batuk.
"Sialan lo jahat." Ucap Seza setelah berhasil mengeluarkan tissue laknat dari dalam mulutnya.
"Gue ke kelas ah! Apa-apaan disini cuma liat lo bedua drama dramaan!" Zahra berbalik, melangkahkan kaki menuju pintu yang terbuka lebar.
"IYAA SONO LU GANGGU AJA!!" Teriak Seza. Berhasil membuat Zahra semakin menghentakan kakinya ke lantai. Lalu benar-benar pergi hingga keadaan hening kembali.
"Lu gak makan dulu tadi?" Tanya Seza setelah yakin kalo Zahra sudah pergi.
"Enggak...."
"Kenapa gak bilang? Tau gitu tadi gue bawa lo lari ke kantin aja, bukan ke kelas."
Gausah so perhatian gitu deh Za, suka pengen terbang.
"Gue kira gak bakal kambuh."
"Yeu, suka bego sih!" Reflek Seza menoyor kepala Lea tanpa canggung, sudah biasa sekali ia melakukan hal itu pada Lea, "Dari dulu juga kan lu kalo telat makan pasti langsung kambuh, bego!"
Lea berdecak kecil, "Bawel lu kaya ibu-ibu."
"Lagian lu ih bego banget. Lain kali gak usah sok kuat. Orang punya perut kayak barang butut juga, sok-sokan! Kenapa gak makan dulu coba, hah?"
Lea mendengus, "Nih ya, dengerin!Tadi itu pas gue mau mandi, si Papa pengen boker, yaudah gue kasih--"
"Lu kasih dia eek?" Seza membulatkan mata.
Seza sialan!
Dengan gemas Lea menjambak rambut Seza yang sedikit dibuat lebat, entah biar apa.
"Gue belum selesai ngomong bego! Main potong-potong aja, dosa tau lu!"
Lea masih betah menyiksa Seza dengan menarik-narik rambut baday nya.
"Iya, iyaa, anjir lepasin! Sakit bangsat!"
Seza meringis sakit. Membuat Lea tidak tega menjambaknya lebih lama lagi.
"Terus gue kasih dia masuk dong," Lea melanjutkan ceritanya, "Baru aja Papa keluar, giliran Mama yang pengen eek! jadinya gue harus ngalah lagi, kan ngeselin. Jadinya gak makan dulu, udah telat soalnya."
"Hahahaha!! buah jatuh gak jauh dari pohonnya ternyata."
"Lah emang iya gak jauh, bego?"
"Iya."
"Terus maksud lo ngomong gitu apa?"
Seza berdecak pelan, "Lo juga kan sama sama hobi eek! Turun dari nyokap bokap ternyata."
Seza kembali tertawa. Sementara Lea memukul-mukul pundaknya kesal, yang sama sekali tak ampuh membuat Seza berhenti tertawa.
"Emang lu gak suka eek?!" Tepat saat Lea meneriaki nya, Seza langsung berhenti tertawa... wajahnya memucat.
Melihat ekspresi Seza yang mengkhawatirkan, membuat Lea perlahan menghentikan pukulannya. "Kenapa Lo?"
"Anjiirr! Gue sakit perut!" Seza berdiri dengan cepat, lalu segera berlari seiring dengan suara 'broottt' yang keluar dari pantat nya.
Terdengar jelas oleh Lea.
"Sialan bauuuuu!!" Lea sontak menutup hidung. Agar tak mencium bau kentut nya Seza yang menyengat luar byasaahh.
Lo gila gitu aja gue tetep sayang, Za.
KAMU SEDANG MEMBACA
Why Stay Away?
Teen Fiction"Salah gue cinta sama lo? gue bahkan gak tau, sejak kapan perasaan itu ada. Gua bahkan gak ngerti, kenapa gue bisa cinta sama lo. Gue bahkan gak pernah sadar, kalo gue takut kehilangan lo!" [Alea Afsheen Nindya] "Gue kira, gue gak suka dia. Tapi ter...