Revanda Nada Baladraf adalah seorang putri bungsu dari Rangga Adi Baladraf dan Renata Nada Aulia. Reva juga mempunyai dua kakak laki-laki bernama Rafi Anggara Baladraf dan Reno Rafael Baladraf. Umur mereka tidak berbeda jauh, selisih Reva dan Reno hanya dua tahun sedangkan dengan Rafi berbeda lima tahun. Reno dan Reva bersekolah di SMK ternama di Bandung. Sedangakan Rafi sudah memasuki jenjang kuliah dan mengambil Fakultas Kedokteran. Papanya seorang pemilik sekaligus pemimpin di perusahaan Baladraf yang dikelolanya sejak dia masih muda. Hanya saja yang akan menggantikan posisi papanya di perusahaan tersebut adalah Reno, karena Rafi ingin fokus mengejar cita-citanya menjadi dokter. Keluarganya-pun menyetujui keinginan Rafi tersebut.
-----
"Kak Reno cepet dong pake seragamnya. Nanti kita telat!" teriak Reva dari depan pintu dan menggedornya dengan kencang.
Reno membuka pintu kamarnya dengan wajah kesal. "Berisik banget sih lo! Lo ngapain nungguin gue. Biasanya juga lo berangkat sendiri," ucapnya tertawa di akhir kalimat.
Reva melengos. "Gue mau bareng sama lo. Titik! Lo nggak boleh nolak. Gue tunggu di ruang makan!" Tanpa menunggu persetujuan kakaknya Reva langsung meninggalkan kamar Reno.
Reno mencekal tangan Reva sebelum Reva melesat.
"Kan udah gue bilang. Jangan nolak!" ketus Reva lebih dulu.
"Nggak, gue nggak mau berangkat bareng lo!" tolak Reno.
"Bang anterin Reva nih. Manja banget." Reno langsung mengeluh kepada Rafi yang lewat di depannya.
Belum sempat Rafi menjawab, Reva telah memotongnya terlebih dulu. "Nggak apa-apa ya Bang. Adik manja sama kakaknya, lagian kalau Bang Rafi yang nganter gue kasian Kak dia muter-muter. Ya kan Bang?" ujar Reva sedikit nyindir.
"Itu Reva tau," ujar Rafi menepuk pundak Reno. Kemudian Rafi pergi meninggalkan mereka yang masih berdebat satu sama lain.
"Oke, oke Fine! Lo bareng gue. Tapi hari ini aja!" ujar Reno dengan sangat terpaksa.
"Itu baru kakak gue yang paling ganteng." Reva memeluk Reno kemudian menyusul Rafi ke ruang makan.
"Fitnah!" gumam Reno. Reva tertawa mendengar gumaman kakaknya tersebut.
-----
Reva dan Rafi sudah menyantap sarapannya pagi ini. Sedangkan Reno? Reno tak sempat sarapan karena perdebatannya dengan Reva. Reno semakin kesal dengan Reva. Tetapi Reva merasa santai seolah tak terjadi kesalahan diantara mereka.
Reno dan Reva berpamitan kepada Rangga, Renata dan Rafi. Reno berjalan mendahului Reva yang berada di belakangnya. Renata dan Rangga hanya tertawa kecil melihat tingkah kedua anaknya yang jarang terlihat akur.
"Ma, liat deh muka Reno," bisik Rafi kepada Renata. Mereka bertiga hanya tertawa tanpa memperdulikan Reno dan Reva.
------
"Kak mukanya bisa nggak biasa aja?" kesal Reva karena sedaritadi muka Reno cemberut terus sampai ia mengendarai mobilnya.
"Ini udah paling biasa ya Dek!" jawabnya.
"Senyum gitu kek Kak, biar keliatan gantengnya," Reva terus menerus merayu Reno, sampai ia bisa mendapatkan senyuman indah kakaknya tersebut.
Reno menoleh kearah Reva kemudian tersenyum kecut padanya. "Puas lo?!" Sinis Reno.
Reva tertawa terbahak melihat wajah Reno saat sedang tersenyum seperti tadi. Senyumnya kayak nahan berak. Umpat Reva.
"Kenapa lo? Bahagia amat," ketusnya.
"Muka bisa dikondisikan?" tanya Reva dengan tawanya.
"Lo diam atau gue turunin?"
Reva mendadak kaget dengan perkataan yang Reno lontarkan.
"Kalau gue punya pacar, nggak bakal gue nyuruh lo lagi," umpat Reva.
Sekarang giliran Reno yang terbahak mendengar umpatan Reva. "Siapa yang mau jadi pacar lo Dek?" ledeknya di sela-sela tertawa.
Reva menatap Reno tajam dengan tatapan sinis dan muka kesalnya. Merasa tak suka dengan perkataan yang Reno ucap, Reva melempar benda yang ada di sekitarnya ke arah Reno. Reno mengaduh saat benda lemparan Reva tepat mengenai pelipisnya. Reno mengusap pelipisnya yang kesakitan itu.
"Dek mending lo turun deh! Bisa bonyok gue kalau lo lama-lama di sini," ucap Reno dengan tatapan fokus menyetir.
"Lo resek sih Kak!" balasnya.
"Kok jadi gue?" Reno heran dengan perkataan Reva yang menyalahkan dirinya.
"Lo nggak ada puas-puasnya ngeledek gue jomblo terus. Kalo lo jomblo baru tau rasa lo!" Reva menyumpah serapahi Reno.
"Sekalipun gue putus sama Syakira, hubungan gue jelas. Nggak kayak lo di tinggal pergi dan menghilang sampai sekarang." Reno terus meledek Reva hingga tanpa di sadari Reva mengingat kejadian empat tahun silam yang menimpa dia dan mantan pacarnya, Bintang.
"KAK STOP!!! GUE GAK MAU INGET ITU LAGI!" teriak Reva di tengah tangisannya, Reva menangis. Setelah kejadian empat tahun lalu, Reva menjadi sensitif dengan hal yang berhubungan dengan kisah lalunya.
Melihat adiknya yang semakin terisak karena tangisannya, Reno kemudian mengerem mobil jazz silvernya secara mendadak dan membuat Reva terdorong ke bagian depan mobil.
"Lo kenapa? Gue minta maaf Rev. Gue nggak tau kalau lo bakal sedih kayak gini Rev, maafin gue yang gak bisa ngertiin perasaan lo," ucap Reno dengan nada khawatir dan langsung memeluk gadis di depannya untuk sekedar memenenangkan tangisannya.
"Gue turun sini aja deh Kak!" Pinta Reva dengan tatapan pasrah. Bukan pasrah karena Reno, tetapi pasrah pada takdir yang memisahkan ia dengan Bintang empat tahun silam.
"Jangan Dek! Gue nggak akan ngeledek lo lagi. Janji!"
Kemudian Reno kembali mengendarai jazz silvernya dengan kecepatan sedang. Suasana di mobil hening, tak ada lagi keributan satu sama lain. Keduanya fokus menatap jalan. Diam. Hening. Hanya itu keadaannya sekarang. Sampai Reno dan Reva tiba di sekolah.
"Maafin gue ya Dek," ucapnya lembut dan mengelus rambut Reva.
"Iya Kak! Tapi lo harus janji sama gue. Jangan pernah bahas itu lagi. Gue harap lo bisa ngertiin perjuangan gue selama empat tahun buat ngelupain Dia."
"Siap bos!" Reno berlagak layaknya sedang hormat kepada atasannya.
"Mau gue anter ke kelas?" tawar Reno lagi.
"Gue masih inget jalan ke kelas kok Kak." ucap Reva dengan senyum tipisnya.
"Ini baru adik gue!" ucapnya sembari mengelus rambut Reva lagi dan lagi.
---
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia Cinta
Teen Fiction[SELESAI] [Proses Editing] Ini bukan suatu kebetulan. Bisa dikatakan ini Takdir. Takdir menemukannya lagi. Lagi yang dulu pernah terpisah. Kata orang 'kesempatan kedua ga akan bisa sama dengan awal perkenalan'. Tapi aku ga percaya. Aku yakin ini tak...