Raka tersenyum kecil "lo bukan lupa, cuma pas gue lagi kenalin diri lo malah asik sama tulisan-tulisan lo."
Reva menganga tak percaya "kok lo tau?"
Raka kaget kerena dirinya keceplosan berbicara. Untungnya Raka mempunyai ratusan alibi untuk menutupinya "tadi gue gak sengaja ngeliat ke arah lo,"
Reva ber-oh-ria. "Nama lo tadi siapa deh?"
"Raka."
"Iya, ya gue lupa" Reva tertawa. Malu akan tingkahnya. "Ketauan deh gue gak ngehargain perkenalan lo, Raka." ucap Reva di sela tertawanya.
"Terus gue panggil lo apa?" Tanya Raka berlagak polos. Konyol juga lo Rak, kalau lagi jatuh cinta, batin Raka.
"Oh iya gue lupa. Gue Reva." Reva mengulurkan tangannya dengan lengkupan garis miring yang terukir di bibirnya, senyuman.
"Jabatan tangan? kayaknya kita telat." Raka membalas jabatan tangan itu dengan tawa yang membahagiakan.
"Iya, ya," Reva juga tertawa bersama Raka.
Keduanya saling tertawa. Berfikir konyolnya tingkah mereka. Mereka bertatap satu sama lain. Diam. Mungkin itu keadaan setelah mata mereka bertemu. Kediaman yang terjadi membuat keduanya salah tingkah. Raka membuka pembicaraan di sela diamnya itu. Reva kembali pada tulisannya. Bait demi bait yang ia tulis dengan rasa. Tulisan yang nantinya akan membawanya pada cinta sejati.
"Lo sering ke tempat ini?" tanya Raka membuat Reva menoleh ke arahnya.
Reva tersenyum sambil berkata, "Sering. Soalnya disini sepi, terus jarang juga siswa yang kesini."
"Iya sih. Dari tadi gue juga ga liat orang selain lo," ucap Raka.
"Lo suka nulis juga?" lanjut Raka dengan pertanyaan.
Reva berhenti sejenak dari tulisannya. Ia menatap Raka kemudian berganti ke tulisannya. "Iya, gue suka!"
"Lo ga coba buat terbitin tulisan-tulisan lo?"
Reva tertawa kecil, baginya ucapan Raka hanyalah sebuah lelucon. "Bercanda lo lucu juga," Reva menghela nafas, kemudian melanjutkan bicaranya "Mana mungkin tulisan abal-abal ini nempatin rak buku gramedia atau sejenisnya."
Raka menatap perempuan disampingnya dengan heran. Kenapa pesimis banget sih, batin Raka. "Gue boleh liat?"
Reva menoleh, lalu tersenyum "yakin? Nanti nyesel loh"
Raka membalas senyuman yang melengkung di bibirnya Reva, "iya!"
Reva memberi sebuah kertas lembar berisi Tulisan indahnya. Terukir huruf-huruf indah dan tertata rapi diatas garis lembaran putih tersebut. Terukir kata indah di dalamnya.
Kita bertemu
Di tempat berhambur bunga
Beralas tanah
Dan beratap awanKita menatap indahnya awan
Meneduhkan dari panasnya sinar mentari
Kita tertawa di bangku taman
Hingga tak sadar awan putih telah menjinggaAku kembali ke tempat ini
Menunggumu dan awan indah
Namun kau tak ada
Aku masih menunggumu lagi dan lagi
Ternyata kau sudah pergi
Membawa awan indah yang
menenangkan hatiAwan-pun menangis saat kau pergi
bersama awan-awan indah
Sekarang aku merindukanmu
Bersama awan indah berwarna cerah
Bukan mendung seperti saat ini.Revanda.
"Lo puitis juga ya, hahaha...." ucap Raka sembari tertawa kecil.

KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia Cinta
Teen Fiction[SELESAI] [Proses Editing] Ini bukan suatu kebetulan. Bisa dikatakan ini Takdir. Takdir menemukannya lagi. Lagi yang dulu pernah terpisah. Kata orang 'kesempatan kedua ga akan bisa sama dengan awal perkenalan'. Tapi aku ga percaya. Aku yakin ini tak...